Once upon a time.. in Jogjakarta.. empat orang mahasiswa kreatif mendirikan sebuah usaha Library, coffeeshop and Bookstore. 2 UGM, 1 ITB dan 1 UI. Salah seorang dari mereka adalah sahabatku, Andina Setyowati. Setelah sibuk mencari nama yang tepat, mereka sepakat untuk menamakan usaha usaha tersebut "deket Rumah". Kami biasa menyebutnya dR.
Kedekatanku dengan mba Andin membuatku mengikuti perkembangan pendirian dR sejak awal. Dari penentuan lokasi, desain tempat, rekruitment staff, daftar koleksi buku untuk library, hingga perbincangan mengenai segmen pasar dan strategi pemasaran.
Oya, Mba Andin adalah kakak seniorku di FE-UGM. Kebetulan dia adalah sahabat-nya sahabat kostku, Mba Wayan. Karena mba Andin sering main ke kost-ku, maka lama-kelamaan kami menjadi akrab. Bahkan ketika akhirnya mba Wayan memutuskan untuk stay di Jepang, kami malah semakin akrab, seperti kakak beradik. Mba Andin ini lama tinggal di Amerika, anak tunggal dari keluarga yang kaya raya dan amat terpandang. Ayahnya adalah seorang profesor dan guru besar di FE UGM, ibunya seorang dosen. Benar-benar keluarga akademis. Demikian sekilas tentang mba Andin.
Kembali lagi ke cerita tentang dR, pada awal pendiriannya, rekruitment staff dimulai dari lingkaran persahabatan kami. Bukan apa-apa, sahabat-sahabat yang mengikuti perkembangan dR dari awal akan memiliki sense of belonging yang tinggi. Jadi segala sesuatunya tidak diukur dengan uang atau gaji. Kami kan harus berjuang membangun atmosfer yang nyaman. Untuk itu, sesuai dengan teori strategic human resources management, maka penempatan staff yang baik menjadi ujung tombak awal kemajuan dR. Masih ingat tentang organizational citizenship behaviour? perilaku dimana seorang staff diharapkan could do beyond his/her job automatically? Hal itu tidak dapat diperoleh secara instan bukan? Maka manajemen dR merekrut teman-temannya sendiri, salah satunya aku. Yay!
Mengapa aku begitu senang? karena dR adalah dunia yang betul-betul baru bagiku. Selama ini kan image-ku sangat akademis. Kegiatanku hanya seputar keluarga, B5, dan kampus (mengasisteni dosen dan aktivitas eskul kampus seperti IKAMMA ( Ikatan Keluarga Manajemen Gadjah Mada) dan DEM (Dewan Eksekutif Mahasiswa). Sekali-kali, aku ingin keluar dari tempurung-ku yang nyaman.
Di dR inilah kelak aku mengenal komunitas penyiar radio se-Jogja, komunitas wartawan, komunitas sineas, atlet, bahkan anak-anak punk. Benar-benar dunia baru. Dalam waktu sekejap, aku menjajal dunia Anak Gaul Jogja. Nongkrong di Batas Kota hingga dini hari, meeting di klub bilyar, serta menghadiri undangan berbagai talkshow di radio dan TV lokal. Pada suatu kesempatan aku bahkan pernah secara tidak sengaja terjebak dalam undangan pertunjukan musik outdoor yang sepertinya lebih menyerupai acara dugem (raft party?). Hahaha.
Meskipun demikian, teman-temanku di dR amat menghargai privacy-ku sebagai muslimah yang berhijab. Satu kalipun tidak pernah aku membuka kerudungku di hadapan teman-teman pria-ku, even lewat foto (ya sama saja dong?). Alhamdulillah, toleransi mereka terhadapku juga amatlah tinggi. Ketika waktu shalat aku selalu diingatkan. Saat bulan ramadhan, mereka menyemangatiku untuk 'tamat' puasa, meskipun kadang-kadang mereka sendiri tidak puasa. Bisa di bilang, di komunitas dR, aku ini amat dimanja. Mungkin karena pada awal pendirian dR, aku satu-satunya yang berkerudung ya? Semua kru dR sudah seperti kakak-ku.
Oya, pada awalnya aku direkrut sebagai staff. Job desc-ku banyak sekali, dari mulai membereskan dR, mengecek library dan bookstore, menyiapkan semua perlengkapan cofeeshop, mengecek persediaan daaaaan.. membuatkan berbagai menu minuman dan makanan di coffeeshop. Tapi tenang, sebelumnya aku di latih terlebih dahulu oleh salah seorang manajer dari Exelso cafe, jadi kau jangan meragukanku gitu dong, hehe.
Menu minuman dR -seingatku- terbagi menjadi kelompok hot and cold. Diantara kelompok cold yaitu Milkshake (choc, straw vanilla, and Oreo), Chocolate float, Frappuchino (plain and float), iced coffee (plain and float), Lime tea, rupa-rupa Juice and soft drinks. Diantara kelompok hot yaitu esspresso, Indonesian coffee (Manado, Medan, Bali, Toraja, dll-aku lupa), hot lime tea, hot choccolate and flavoured tea. Diantara semua minuman, I'm good at making iced choccolate and milkshake oreo ^_^
Kalau makanan, dR menyajikan menu yang tidak teralu berat. Misalnya french fries, nuggets, spaghetti dan aneka pastry (kl pastry, kami membeli di sebuah toko pastry besar).
Seingatku, bookstore dR memang tidak terlalu istimewa, tetapi harus aku akui bahwa Librarynya adalah yang terlengkap diantara semua cafe yang mengusung konsep serupa di Jogja. Buku-buku dR umumnya adalah buku-buku import yang sulit ditemukan di tempat lain, meskipun ada juga beberapa buku-buku lokal. Ini ada kaitannya juga dengan hobi salah satu pemilik dR yaitu Itonk (bukan nama sebenarnya) yang suka sekali membaca, dan setiap kali travelling ke luar negeri, itonk tidak pernah lupa untuk memborong buku-buku bagus untuk dipamerkan di dR.
Kl kau penasaran tentang setting dR, aku minta maaf karena tidak bisa menampilkannya disini karena kebetulan aku tidak punya. Tetapi sebagai ilustrasi saja, dR itu sangat mirip dengan cafe yang sering menjadi setting serial film friends. Kau tau kan, itu loh cafe dengan sebah sofa besar berwana merah yang kerap di jadikan tempat nongkrong chandler, monica, pheobe dkk? Yap, it really close to dR (terbalik ding, hehe)
Atmosfer dR sendiri amat menyenangkan. Semua staff dan konsumen sudah seperti sahabat. Pernah, pada suatu ketika kami kekurangan tenaga karena gerombolan komunitas penulis atau wartawan tiba-tiba datang ketika salah seorang staf kami izin krn ujian. Lalu dengan sigap, salah seorang konsumen setia kami, Kang Derry, menyelinap ke dapur dan bahu membahu membantu kami yang kewalahan. Case closed! Pada tahap tertentu, kadang kami suka nongkrong di dR meskipun bukan dakam jadwal tugas.
Pada awalnya aku merasakan kesulitan yang amat sangat ketika memutuskan bergabung di dR karena pada semester yang bersamaan aku mengambil 24 SKS! Apalagi, orangtua-ku tidak tahu menahu perihal dR ini. Maka pontang panting aku berjuang supaya prestasiku tidak merosot supaya kelak ketika aku memberitahu mereka, aku tidak sepenuhnya disalahkan. Tanggung jawab utamaku adalah kuliah.
Jadi, pada masa itu jam tidurku benar-benar kacau. Jika aku kebagian shift II (jam 17.00 s.d 22.30), padahal keesokannya aku kuliah jam 9.40, maka aku akan tidur jam 23.15 lalu bangun jam 3 pagi untuk membaca buku, dan menyiapkan tugas/makalah/presentasi (yang hampir selalu ada tiap minggu). Sepulang kuliah, kira-kira jam 1 siang, aku kembali melanjurkan tidur hingga sore jam 4. Kurang lebih ritme hidupku begitu.
Kacau memang, tetapi aku bahagia. Lelah memang, tetapi aku senang. Seingatku, pada masa itu aku jarang sakit dan jika aku tidak salah, pada semester itu pula aku berhasil memperoleh IPK tertinggi sepanjang masa sarjana-ku. Aneh bin ajaib. Mungkin the power of kepepet itu benar adanya. Dengan waktu yang terbatas, aku justru menghasilkan performa yang lebih baik ketimbang dalam keadaan santai.
Pada akhirnya aku memberitahu perihal dR pada orangtuaku. Mereka marah sih, tetapi karena prestasiku tidak merosot, jadi marahnya tidak berkepanjangan. Mereka juga appreciate keputusanku karena pada akhirnya aku mengerti bahwa mencari uang tidaklah semudah yang dibayangkan. Selama ini kan aku hanya meminta. Setelah bergabung di dR aku menjadi lebih menghargai uang..
Menjelang skripsi, aku mengurangi jadwa shift-ku karena aku membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Namun pada saat yang bersamaan pula, Mba Andin mengikuti program exchange student ke Jerman. Aku pun diminta menggantikannya menjadi manajer keuangan di dR. Kali ini urusanku adalah cash flow, neraca, laporan rugi laba, salary, dll. Meskipun menyita konsentrasi, namun alhamdulillah skripsiku tidak terganggu. Aku lulus sesuai target.
Ketika pada akhirnya mba Andin kembali dari Jerman, aku mengundurkan diri dari dR. Kebetulan pada saat itu tidak lama lagi aku wisuda dan berencana untuk kembali ke Bogor.
Hanya sebentar aku bergabung di dR, tetapi sungguh banyak nilai yag kupelajari. Bahwa dunia ini amat heterogen, bahwa semua orang memiliki preferensi yang berbeda bahkan berbenturan satu sama lain, bahwa kebahagiaan adalah mengenai kemerdekaan sebagai individu, bahwa anak-anak punk itu tidaklah seburuk yang dibayangkan (dan pada suatu kondisi mereka bahkan lebih baik dan jujur daripada mereka yang mengaku selalu shalat dan puasa), bahwa dunia gaul tidak melulu tentang dugem dan miras tetapi juga toleransi, dan banyak nilai-nilai lainnya.
dR telah membuka mataku, wawasanku dan memperluas pergaulanku. Thanks, dR..