Rabu, 08 September 2010

Tulisan di penghujung Ramadhan

Ramadhan sebentar lagi usai. Sebagai refleksi dari usaha mengkoreksi diri sendiri, kali ini aku ingin mengenai tema yang agak serius. Tentang aplikasi ibadah dalam kehidupan nyata.

Sewaktu mengikuti kursus islamic banking, aku pernah memperoleh beberapa materi mengenai prinsip-prinsip dasar dalam agama islam. Bahwa sejatinya islam terdiri dari akidah, syariah, dan akhlak. Islam mengatur kehidupan manusia secara vertikal dan horizontal. Dan perlu diingat, bahwa kedua hal tadi harus terintegrasi. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya manifestasi islam yang nyata adalah akhlak.

Aku ingat pendapat dosenku, Bpk.T.Hani Handoko, saat memberikan kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia di Magister Sains UGM, bahwa ibadah dan kegiatan keagamaan lainnya tidak dapat dijadikan parameter atau tolak ukur keimanan seseorang. Masyarakat Indonesia jika dilihat dari skala ibadah, nilainya amat tinggi.Dapat dikatakan sebagai bangsa yang religius. Tetapi kenapa korupsi masih merajalela? Itu salah satu contohnya..

Merefleksikan hal tersebut kepada skala yang lebih kecil, yaitu diri kita (seperti Aa Gym bilang, mulailah dari diri sendiri, dari hal yang terkecil, dan dari sekarang), mari kita berintrospeksi, apakah ibadah-ibadah kita dalam kerangka hubungan vertikal kita dengan Allah SWT telah betul-betul berhasil? Apakah kita termasuk  orang yang beribadah amat taat dan patuh namun hatinya penuh dengki? Apakah kita termasuk orang yang setiap harinya diisi dengan shalat dan mengaji, namun di lain sisi amat fasih dalam  menghina dan menjatuhkan orang lain? Shalat adalah obat penenang jiwa, Al-Qur'an adalah penenang hati. Jika setelah shalat dan mengaji, emosi masih mendominasi, apakah shalat itu dapat dikatakan berhasil? 

Aku tidak hendak menempatkan diriku sebagai orang yang sok tahu, apalagi sok suci. Sungguh. Sebetulnya malu hati menulis tema ini karena aku sadar betul bahwa tidak semua shalat dan tadarusku juga berhasil. Aku masih suka marah, aku terkadang bersikap frontal memperjuangkan sesuatu yang menurutku benar, aku mudah tersinggung oleh hal-hal yang sepele, dan yang paling buruk adalah aku tidak mudah melupakan perbuatan buruk orang lain yang pernah dilakukan kepadaku atau keluargaku.

Hingga saat ini aku masih belajar untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Lebih sabar, lebih pemaaf, lebih konsisten dan konsekuen antara sikap dan perbuatan, serta lebih dewasa lagi dalam menyikapi segala hal.

Besok Ramadhan telah mencapai penghujung. Menggenapi serangkaian ibadah yang telah kujalankan selama Ramadhan, mohon keikhasannya untuk memaafkan segala kesalahan dan kekhilafan yang pernah kulakukan yah. Mari mensucikan diri, mensucikan hati menyambut datangnya hari kemenangan. 

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H
Mohon Maaf Lahir dan Batin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar