Rabu, 24 Oktober 2012

Hela Nafas

Sore ini saya menghela nafas panjang. Dalam sekali. Seolah ada beban emosi yang ingin saya lepaskan. Iya, tentu saja ada. Sejak kapan manusia hidup tanpa masalah? Saya rasa, mereka yang kelihatan tidak bermasalah itu dua kemungkinannya. Satu, dia pandai menyembunyikan masalah. Dua, dia pandai lari dari masalah. Saya ada dimana? Bukan dua-duanya. Saya tidak suka dramatisasi. Saya juga tidak pandai bersembunyi. Masalah bagi saya adalah sesuatu yang harus dihadapi sewajarnya.

One day, somebody told me that my life is too good to be true? Oh kidding. But thank you for seeing me that way. It means I'm good in hiding my flaws. Just like others, I do have flaws. Tapi apakah harus dibicarakan dan diumbar di social media? Tentu tidak. Menurut saya, kita tidak perlu bertelanjang di dunia maya. Apa urusan orang lain untuk tahu luar dalam diri kita.

Ketika suatu masalah terblow-up di social media, dalam penalaran saya, orang-orang yang tidak mengenal kita hanya akan menghakimi, mem-bully, atau menyudutkan kita di posisi yang tidak kita inginkan. Salah? Belum tentu. Menurut saya itu sah-sah saja. Toh setiap orang bebas berpendapat dan memproses informasi sebatas input yang mereka terima. Apalagi di Indonesia ini variabel tambahannya banyak : perbedaan value, pandangan agama, pandangan politik, de-es-be. Lalu kita harus marah kan menyikapinya? Tergantung, sejauh mana penyimpangan informasi yang salah proses tadi beredar. Kalau kelewatan sih, itu bukan salah proses lagi, tapi fitnah. Misalnya yang dilihat A, yang disimpulkan bukan A++, tapi malah jadi B, C. Bahkan F. Kalau sudah begitu, ya wajar lah marah. Kita juga manusia kan. Tapi kalau orang lain sekedar mengartikan informasi berdasarkan apa yang dilihat dan didengar langsung, ya jangan langsung marah. Manusia kan bukan Tuhan yang Maha Tau segalanya. Maklumin ajalah kalau kejadiannya A, diartiinnya A++. si ++ itu anggap aja variabel tambahan yang bikin versinya aslinya jadi beda. Bisa lebih drama, bisa juga sebaliknya. 

Misalnya gini, ada orang pakai baju seksi banget. Nah, persepsi orang yang melihat kan lain-lain. Ada yang biasa aja, ada yang malu melihat aurat diumbar, ada yang menganggap keren dan sebagainya. Si mbak yang pakai baju seksi tadi ga berhak membatasi pikiran orang lain saat mereka melihat dia. Ya memang sih pakai baju seksi kek, pakai gamis kek, itu urusan yang memakai. Tapi urusan orang yang melihat juga dong punya pendapat tentang apa yang dilihatnya. Dalam benak si Mbak, mungkin kejadiannya A. Tapi untuk orang bisa jadi A++, atau A--. Ya biarin ajalah. Konsekuensi adanya perbedaan.

Jadi, jangan gampang marah atau gampang merasa dihakimi. Ga usah juga sedikit-sedikit defense dengan  kalimat, "itu urusan saya", atau " itu urusan saya, pacar saya, dan Tuhan". Oh right, jadi urusan kita yang melihat bagaimana? Harus seiya sekata meskipun ga sesuai nurani, gitu? Bukankah kita punya hak yang sama dalam berpendapat. Dan bukankah kita punya hak yang sama untuk berbeda? Jalan tengahnya, tau sama tau ajalah.

Saya tidak menghakimi anda, saya hanya berpendapat. Maaf jika saya tahu rahasia terdalam hidup anda. Jika anda bertanya, bagaimana bisa? tanyalah pada Tuhan. Sayapun tidak tau jawabannya karena saya tidak pernah merencanakannya. Hidup saya cukup damai, dan jika bisa memilih, tentu lebih baik saya tidak tau. Jika anda merasa dihakimi, berarti suara nurani andalah yang sedang menyapa :)

Jumat, 19 Oktober 2012

Bala Bantuan Datang

Hari ini saya bisa absen lebih pagi dari biasanya. Kenapa? Karena bala bantuan telah datang. Mamah tersayang, disela-sela kegiatan mengurus persiapan pernikahan adik saya 2 minggu lagi, masih bisa menyempatkan diri untuk mencarikan asisten rumah tangga untuk saya dan kakak saya. Benar ya, kasih ibu sepanjang masa :)

Makasih ya mah, makasih juga @putriangrela, adik saya yang paling cantik, yang sudah mau repot-repot mengantar art ke Depok. Kiss hug dua-duanya :*

Semoga drama-drama art ini segera berakhir yah. Amin.

Kamis, 11 Oktober 2012

Reuni B5

Minggu kemarin saya reunian sama temen-temen B5. Seru karena pada bawa suami dan anak. Time flies, perasaan baru kemarin seseruan ngobrol ngalor ngidul di kosan, tau-tau udah ada buntutnya sekarang. Yang jelas spending time sama mereka tuh selalu menyenangkan, dari dulu sampe sekarang. Even anak-anak kita pun bisa langsung akrab, padahal baru ketemu. Chemistry-nya langsung nyampe ke anak ya. Really happy! Kapan-kapan lagi yaaaa...

Gathering, minus ela and yasmin


Atha and Raka

Senin, 08 Oktober 2012

Atha Belanja

Ini gaya Atha kalau lagi nemenin saya belanja mingguan di daily foodhall Depok..



Adorable ya?

(the picture was taken around six month ago, but he still act like this everytime I take him to the foodhall).




Jumat, 05 Oktober 2012

Cooking award

Engga, saya ga menang Masterchef. Boro-boro, daftar aja engga. Saya lebih suka nonton atau ngomentarin Masterchef, hehe..

Cooking award buat saya simple aja. It is when my husband and especially my son love my cook. Taunya darimana? Saya juga ga tau, karena so far masakan sold out selalu. Entah karena cocok di lidah atau karena ga ada pilihan lain.  Hehe. Saya juga ga berusaha cari tau sih, takut kecewa ah, sampai suatu hari Atha's teacher told me that he is refusing food that is served by the school. Atha always said like this in the school:

"Atha mau sayur mama", or

"Atha mau tahu bikinan mama", or

" Atha mau makanan mama", or

"Atha mau makan di rumah aja", or

"Mama cepet sembuh ya, kalau mama sembuh nanti mama masakin Atha ya", or yang paling hits adalah..

"Mama Atha hebat, masakan mama Atha enak"

Itu yah hati saya seneng banget diceritain begitu. GR berat nih. Tolong bantu tangkepin hidung saya dong..

Rasaya terbayar deh capeknya masak. Ga usah menang masterchef deh, asalkan Atha habiskan makanannya, buat saya itu udah cukup banget.

Pasca tumbang kemarin husband minta saya untuk menurunkan standar saya. Ga usah ideal-ideal amat lah. Oke, saya setuju, but not in cooking. Saya mau memastikan asupan gizi anak saya terpenuhi dengan baik, meskipun itu berarti lebih melelahkan. But I tell you, when Atha said so, I feel like.. "hey, I made it!".

-sorry narsis-

Selasa, 02 Oktober 2012

Harga rumah naik, so....??

Mulai bulan Oktober ini, Jalan Raya Kartini di Pancoran Mas-Depok, which is jalan raya di depan rumah saya mengalami pelebaran. They said waktu pengerjaannya sampai akhir Desember nanti. Bisa kebayang beberapa bulan ini bakal painful macetnya. Untungnya, jalan raya bukan satu-satunya alternatif. Jarak rumah saya ke stasiun kereta hanya 100m. Sangat possible untuk jalan kaki. Don't worry be happy sih. Tapi tetap saja, proses pelebaran jalan itu akan jadi sesuatu..

Infrastruktur yang lebih baik, apalagi jalan raya, akan mendorong peningkatan pembangunan (entah itu pemukiman atau public place) di daerah sekitarnya. Efeknya, harga tanah/rumah melesat naik. People said that I supposed to be happy.

I do happy...

Tapi.. ini kan rumah untuk saya tinggali. Bukan rumah untuk investasi. Sejak saya beli tahun 2010 lalu, sekarang harganya sudah hampir dua kali lipatnya. Dengan pelebaran jalan raya ini, mungkin harganya naik lagi. Tapi, once again, ini kan rumah untuk saya tinggali. Kenaikan tadi ga pengaruh juga, selain.. rasa prestige tinggal di rumah mahal. Kata orang itu juga. Bukan saya banget lah merasa naik derajat karena tinggal di rumah mahal. Saya ya saya. Dari dulu sampai sekarang ya begini aja. Apalagi ini rumah baru satu, ditinggali pula, mau naik gila-gilaan bagi saya ga ada pengaruhnya. Luasnya tetap segitu-gitu juga. Kecuali, kalau sertifikatnya mau digadai. Kenaikan harga pasti menguntungkan. Saya sendiri belum kepikiran sih untuk top-up plafon KPR.

Mungkin ceritanya bakal beda kalo saya punya rumah investasi. Kalau ada kenaikan harga gila-gilaan, saya pasti jingkrak-jingkrak. Koar-koar. Abis itu jual rumahnya, beli lagi rumah yang lain, lalu mulai beternak rumah. Ya kan namanya juga investasi ya, pas kebagian untung, efeknya bukan cuma di mulut, tapi ada wujud nyatanya. Kucuran dana segar bisa langsung ke mengalir ke cashflow. Yihaa..

Sementara ini sih saya bersyukur banget infrastruktrur di sekitar rumah ditingkatkan. Alhamdulillah. Akses kemana-mana yang sebelumnya terhitung mudah, sekarang jadi tambah mudah. Kalau masalah kenaikan harga sih, biasa-biasa aja. Beda kriteria lah rumah tinggal sama rumah investasi :)