2010 is when :
1. I signed the agreement of my house ownership (February)
2. Athazka was stepping for the first time (April)
3. Resmi terbebas dari ikatan dinas, no more penalty, yay! (Juni)
4. My husband signed his new contract as a Trust Fund Officer (September)
5. Moving out from Cimanggu to Depok (November)
6. Trade in my old car into a new one (Desember) --> It looks silly to do this in the middle of my financial turbulence, but somehow i found a very best deal that won't ruin my cashflow at all.
Alhamdulillah, that i've passed so many things in 2010. Most of my goals are completed, but some of it aren't and i'm still working on it. I never know what 2011 will bring, but i'm still excited stepping to it.
Happy new year everyone. May Alloh bless us in every step we make. Amin
Jumat, 31 Desember 2010
Rabu, 29 Desember 2010
Beautiful Marriage
Pernikahan adalah proses dua menjadi satu. Tetapi bagiku, itu bukan berarti hanya "aku dan kamu". Sedari awal aku sadar bahwa "aku" berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda dengan "kamu". Saat aku memilih suamiku, itu berarti aku telah siap menerima dengan segala konsekuensinya, termasuk menerima keluarganya untuk menjadi keluargaku. Menghargai value keluarganya sebagaimana aku menginginkan value keluargaku dihargai oleh suami. Aku tidak hendak memaksa untuk membentuknya menjadi seseorang yang aku inginkan, karena aku pun tidak menginginkan hal serupa menimpaku. Bukankah lebih menyenangkan untuk tetap menjadi diri sendiri dan dicintai sepenuh hati?
Saat aku memutuskan untuk menikah, aku tidak hendak memisahkannya dari keluarga besarnya, karena aku pun tidak hendak dianggap sebagai entitas yang terpisah dari keluargaku. Hubungan orangtua-anak, serta kakak-adik tidak boleh terputus hanya karena pernikahan. Dari pemikiran itulah sejak awal hubungan aku selalu mencamkan betapa pentingnya penerimaan yang baik dari kedua belah pihak keluarga besar. Dimana bumi di pijak, disitulah langit dijunjung. Sebelum resmi menjadi anggota keluarga, pantang bagiku untuk menuntut macam-macam dari (calon) suami dan apalagi keluarganya. Pada waktu itu, aku selalu merasa bahwa orang yang paling berhak atas (calon) suamiku adalah keluarganya, terutama ibunya. Aku hanya seorang pacar yang baru mengenalnya selama 8 tahun, tidak ada apa-apanya dibandingkan ibu yang telah melahirkannya, ayah yang telah menyekolahkannya, serta kakak dan adiknya yang telah berbagi kasih sayang dengannya selama 25 tahun.
Saat aku memutuskan untuk menikah, aku tidak hendak memisahkannya dari keluarga besarnya, karena aku pun tidak hendak dianggap sebagai entitas yang terpisah dari keluargaku. Hubungan orangtua-anak, serta kakak-adik tidak boleh terputus hanya karena pernikahan. Dari pemikiran itulah sejak awal hubungan aku selalu mencamkan betapa pentingnya penerimaan yang baik dari kedua belah pihak keluarga besar. Dimana bumi di pijak, disitulah langit dijunjung. Sebelum resmi menjadi anggota keluarga, pantang bagiku untuk menuntut macam-macam dari (calon) suami dan apalagi keluarganya. Pada waktu itu, aku selalu merasa bahwa orang yang paling berhak atas (calon) suamiku adalah keluarganya, terutama ibunya. Aku hanya seorang pacar yang baru mengenalnya selama 8 tahun, tidak ada apa-apanya dibandingkan ibu yang telah melahirkannya, ayah yang telah menyekolahkannya, serta kakak dan adiknya yang telah berbagi kasih sayang dengannya selama 25 tahun.
Aku bersyukur, amat bersyukur karena aku memulai proses pembentukan keluargaku dengan -Alhamdulillah- wajar. Pada saat memutuskan untuk menikah, usiaku dan suami sudah cukup umur, kami telah bekerja, sifat pekerjaanku memungkinkanku untuk berumahtangga (tidak ada ikatan dinas atau larangan untuk hamil dan semacamnya), serta keluarga besar kami merestui. Tidak ada alasan lain selain ibadah. Friksi kecil memang ada. Maklum, di Indonesia, pernikahan juga berarti menyatukan dua keluarga besar. Ada banyak pendapat, pertanyaan, ide, dan demand-demand lain yang membuat darah ini naik ke otak. Alhamdulillah semua hanya masalah kecil, bukan sesuatu yang prinsipal apalagi skandal. Aku meyakini bahwa segala sesuatu yang dimulai dengan baik-baik akan membuahkan hasil yang baik-baik pula.
Sekarang usia pernikahanku genap 2,5 tahun. Masih amat baru. Perjalanan masih panjang. Kami masih kerap berbeda pendapat, masih suka bertengkar untuk hal-hal yang sepele, dan masih dalam proses mengendalikan ego. Pernikahanku masih penuh gejolak, tetapi itulah yang membuatnya sempurna.
Aku dan suami sepakat untuk selalu mengedepankan kejujuran karena rumah tangga bukan panggung sandiwara. Aku selalu menceritakan masalahku pada suamiku, dari yang besar hingga yang ecek-ecek, beserta detailnya. Tidak ada satu hal pun yang kulakukan tanpa sepengetahuan suami. Begitupun sebaliknya. Belakangan aku baru menyadari keuntungannya saat beberapa waktu lalu seseorang mengadukanku pada suamiku atas hal yang dirasakannya satu pihak dan mengakitkannya dengan masalah yang tidak ada relevansinya sama sekali. Suamiku sendiri menanggapinya dengan tersenyum dan memintaku untuk banyak beristighfar dan bersabar. Tidak perlu ditanggapi. Secara kasat mata, tidak perlu ilmu khusus untuk menilai kualitas orang yang mengadukan istri pada suaminya sendiri. Lagipula, apapun yang aku rasakan tidak sebanding dengan rasa malu yang dia tanggung.
Anyway, aku bersyukur meski kerap diwarnai dengan perbedaan pendapat, meski masih ada benturan ego, pernikahanku cukup membahagiakan. Saat aku terluka, Alloh selalu menumbuhkan rasa cinta yang lebih besar dari kekecewaanku. Saat aku menangis, Alloh selalu mengganti tiap tetes air mataku dengan gelak tawa dengan jumlah yang berlipat-lipat di hari yang lainnya. Saat aku frustasi, Alloh selalu mengingatkanku bahwa suamiku adalah orang pilihanku sendiri, yang aku terima lamarannya dengan sadar, dan aku ikhlaskan untuk menjadi suamiku. Apalagi kini kami telah memiliki Athazka yang semakin hari semakin lucu. Rasanya aku tidak berhak lagi untuk mengeluh.
Terima kasih ya Alloh. Janji-Mu tidak pernah ingkar. Bahwa hidup bersama laki-laki pilihanku dalam koridor yang telah Kau halalkan adalah nikmat yang tak terkira. Alhamdulillah.
Rabu, 22 Desember 2010
A whole New World
I found a whole new world this last weekend. For the first time, we sing together. I was very surprise knowing that my husband knows the lyrics of this song almost perfectly. I thought, in singing, he is very lack just like I'm lack in technology. Hahaha.
Masayu, now I have a very great duet partner in singing. Yeah! Husband, let's do more practice...
Oya, this is the lyrics of our beautiful song. Just imagine how romantic to sing it with a person you are in love with..
Unbelievable sights
Masayu, now I have a very great duet partner in singing. Yeah! Husband, let's do more practice...
Oya, this is the lyrics of our beautiful song. Just imagine how romantic to sing it with a person you are in love with..
A whole new world
I can show you the world
Shining, shimmering, splendid
Tell me, princess, now when did
You last let your heart decide?
I can open your eyes
Take you wonder by wonder
Over, sideways and under
On a magic carpet ride
A whole new world
A whole new world
A new fantastic point of view
No one to tell us no
Or where to go
Or say we're only dreaming
A whole new world
A dazzling place I never knew
But when I'm way up here
It's crystal clear
That now I'm in a whole new world with you
Now I'm in a whole new world with you
Unbelievable sights
Indescribable feeling
Soaring, tumbling, freewheeling
Through an endless diamond sky
A whole new world
Don't you dare close your eyes
A hundred thousand things to see
Hold your breath - it gets better
I'm like a shooting star
I've come so far
I can't go back to where I used to be
A whole new world
Every turn a surprise
With new horizons to pursue
Every moment red-letter
I'll chase them anywhere
There's time to spare
Let me share this whole new world with you
A whole new world
That's where we'll be
A thrilling chase
A wondrous place
For you and me
Jumat, 17 Desember 2010
Turbulence, It's just about consequences
Hari ini tanggal 17 and it's my salary day. Dimajukan seminggu lebih awal dari biasanya. Pikiran ge-erku menganggap seolah Alloh bermurah hati atas kondisi cashflow kami. Dan aku semakin ge-er saat mendapati sejumlah nominal yang tak biasa muncul sebagai penambahan. Alhamdulillah.
Bisa dibilang, beberapa bulan belakangan, kami sedang mengalami turbulensi dalam cashflow rumahtangga kami. Ternyata, keputusan untuk membeli rumah sekaligus melakukan renovasi betul-betul membuat kami memutar otak untuk tetap survive. Ya memang sih, kami termasuk kaum ogi alias ogah rugi. Meskipun dalam kondisi mepet, kami masih bersikeras untuk tidak mengutak-ngatik beberapa pos aktiva kami dan memaksakan diri untuk tetap menabung untuk Athazka. Sebagai gantinya, kami memilih untuk mengencangkan ikat pinggang.
Sebagai orang yang kerap dimintakan pendapatnya mengenai masalah cashflow (financial planner amatir), aku terkadang suka malu hati. Hihi, this is not supposed to happen. Dalam kehidupan yang wajar dan seimbang, jumlah kewajiban dibandingkan dengan income seharusnya masih bisa menyisakan savings kira-kira 10-20% dari total income.
Aku sendiri, saat memutuskan untuk membeli rumah, aku masih dalam proses menyelesaikan cicilan mobilku dan sudah kadung committed dengan 2 asuransi pendidikan (tenor 10 tahun), 1 asuransi hospitality savings (tenor 5 tahun) dan 1 tabungan rencana pendidikan (tenor 3 tahun). Semuanya untuk Athazka. Teori cash on hand pada waktu itu mendorongku dan suami untuk segera memarkirkan sejumlah uang untuk pendidikan Atha di masa depan.
Secara perhitungan kasar, aku sadar bahwa keputusan ini akan menimbulkan turbulensi .Tetapi sehubungan dengan masa cicilan mobilku yang sebentar lagi selesai, maka aku memberanikan diri untuk membeli rumah itu. Aku sudah jatuh cinta betul dengan lokasinya, suasananya, lingkungannya, even bentuknya. At the first time i saw the house, i know that it was what i am looking for. Dan sayangnya, rumah yang tersisa hanya 2 unit. Itu pun aku masih harus berlomba dengan para peminat lain dalam waiting list. Bagaimana bisa aku memutuskan untuk menunggu hingga cicilan mobil selesai. Tidak mau kehilangan rumah impian, aku langsung memutuskan untuk membayar downpayment dan mengurus KPR sesegera mungkin. Selang satu bulan, KPR-ku di approve dan resmi aku menempati prioritas pertama dalam daftar peminat.
Time flies, and now i am officially live in my dream home. I am very much happy i can't even describe. I stand in my own floor, i sleep in my own bed, i cook in my own kitchen, i take a shower in my own bathroom, i design the detail of its interior, i choose the colours of my curtain on the most favor, and lots of things more. I feels like a real queen. *lebay*
But now i am also dealing its challenge. Until my car's loan is fully completed, i will working hard on balancing my cashflow. No pain, no gain. I never think that i've made a wrong decision with buying a house. It's just about consequences. For the next several monts, i will stay away from discounts, the hardest part of all (what is the joy of going to a mall without participating their sale's season anyway?). I am not bankrupt, i just have to be a little bit wise to use my money. I just have to rearrange my priority which should be completed first. Once i through it, i think i willl start a 'new' me. No more madam overspent. Amin Ya Alloh.
Above all, I am deeply thankful to Alloh for His countless blessing. It is beyond my dream to live a life like what i have right now. It is really beyond what i could ever dream. Alhamdulillah..
Kamis, 16 Desember 2010
Goals
Inspired by Confucius (551-479 SM), Filsuf dan Guru terkemuka asal China :
" Ketika sudah jelas bahwa tujuan tidak tercapai, jangan tujuannya yang disesuaikan, tetapi sesuaikan lagi langkah-langkah untuk mencapainya"
Selamat menuliskan resolusi untuk tahun depan teman-teman. Jangan menyerah ya..
" Ketika sudah jelas bahwa tujuan tidak tercapai, jangan tujuannya yang disesuaikan, tetapi sesuaikan lagi langkah-langkah untuk mencapainya"
Selamat menuliskan resolusi untuk tahun depan teman-teman. Jangan menyerah ya..
Rabu, 08 Desember 2010
My cute boy
Rasanya sudah lama tidak mengupload foto Athazka.
My baby is turn to be a toddler now. He is getting smarter and still cute. Love you, Athazka.
My baby is turn to be a toddler now. He is getting smarter and still cute. Love you, Athazka.
Senin, 06 Desember 2010
3 Things
Ada 3 hal dalam hidup yang tidak bisa kembali :
1. Waktu
2. Kata-kata
3. Kesempatan
So, manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, berhati-hatilah dengan kata-kata yang diucapkan dan bersiaplah menyambut kesempatan. Semoga kita semua dijauhkan dengan hal-hal yang akan mendatangkan penyesalan.
3 hal yang dapat menghancurkan hidup seseorang:
1. Kemarahan
2. Keangkuhan
3. Dendam
1. Waktu
2. Kata-kata
3. Kesempatan
So, manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, berhati-hatilah dengan kata-kata yang diucapkan dan bersiaplah menyambut kesempatan. Semoga kita semua dijauhkan dengan hal-hal yang akan mendatangkan penyesalan.
3 hal yang dapat menghancurkan hidup seseorang:
1. Kemarahan
2. Keangkuhan
3. Dendam
Mengakui kesalahan, menerima kekurangan dan berintrospeksi adalah lebih baik daripada melampiaskan kekesalan dengan berbalik menyerang, mencari-cari kesalahan orang lain dan menyimpan bara dendam (ciri-ciri manusia angkuh)
Ada 3 hal yang tidak boleh hilang :
1. Harapan
2. Keikhlasan
3. Kejujuran
Andrea Hirata dalam buku Laskar Pelangi pernah menulis.. "bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu". That is so right. Bermimpilah selagi mimpi itu gratis. Jangan putus berharap. Itulah yang akan memacu semangat kita untuk mewujudkannya. Dan percayalah, di dunia yang semakin menyerupai panggung sandiwara ini, akan selalu ada tempat yang istimewa untuk keikhlasan dan kejujuran, value utama yang harus dimiliki setiap insan. Konsistensi dalam berbuat ikhlas dan jujur niscaya membuahkan hasil yang indah : hidup yang nyaman dan bebas dari rasa takut.
3 Hal yang paling berharga :
1. Kasih sayang
2. Keluarga dan sahabat
3. Kebaikan
Tidak perlu diuraikan lagi. It's clear bahwa atas apapun yang kita usahakan, semuanya akan tertuju kepada keluarga serta sahabat tercinta, tempat dimana kasih sayang paling tulus di dunia dapat dirasakan.
3 Hal yang membentuk karakter seseorang:
1. Komitmen
2. Ketulusam
3. Kerja Keras
Pernah mendengar istilah "no pain, no gain"? It's so true karena manusia yang sukses adalah yang selalu bekerja keras dengan tulus dan penuh komitmen.
3 Hal yang membuat kita sukses :
1.Impian
2.Kemauan
3.Fokus
If there is a will then there is a way. Asalkan ada kemauan, maka ada seribu jalan menuju roma. Fokuslah pada tujuan, singkirkan rasa takut dan pesimis, bersiaplah menuju sukses!
*forwarding from my blackberry broadcasted message*
Happy Monday All. Cheers ^_^
Jumat, 03 Desember 2010
Mama Atha
So, my neighbours officially call me "mama Atha" instead of Mrs.Yosi or even my own name. I guess Atha is more popular than his mommy or daddy. It's funny but I like it ^_^
Happy weekdend guys. Have you make a 'to do' list for this weekend? I have, and it seems gonna be an exhausting weekend since i have to re-arrange and unpack a lot of stuffs in my home. I can hardly wait for it.
Cheers!
Happy weekdend guys. Have you make a 'to do' list for this weekend? I have, and it seems gonna be an exhausting weekend since i have to re-arrange and unpack a lot of stuffs in my home. I can hardly wait for it.
Cheers!
Rabu, 01 Desember 2010
Peterpan
Menjadi dewasa adalah pekerjaan yang menyebalkan, tetapi harus kulakukan juga. Perjalanan menuju kedewasaan itu sendiri tidak selalu mulus. Tetapi tiga hal yang kuyakini bahwa tidak ada satu pun permasalahan yang tidak ada jalan keluarnya, tidak ada yang salah dengan perbedaan dan sampai kapanpun kebenaran akan menang.
Ah, teringat kembali masa-masa kecilku yang bahagia, saat kerikil dalam proses pendewasaan tidak terlalu tajam dan membara. Aku sekarang paham mengapa Peterpan tidak mau menjadi dewasa.
Selamat hari rabu teman-teman. Selamat memasuki bulan terakhir di tahun 2010.
Langganan:
Postingan (Atom)