Kamis, 28 April 2011

Seminar Smart Parenting

Saya baru mengikuti Seminar Smart Parenting di kantor saya siang ini. Narasumbernya Ayah Edi, readers sudah familiar dong ya. Seminarnya bagus, meski agak bertele-tele, tapi cukup menambah wawasan saya sebagai orangtua. Maklum, saya baru 2 tahun memasuki dunia parenting. Rasanya masih banyak yang perlu saya upgrade tentang dunia yang menurut saya paling menantang ini. 

Untungnya saya bergabung di institusi yang cukup concern terhadap dunia parenting, bahkan sering memfasilitasi pegawainya dengan penyelenggaraan berbagai seminar. Thanks office!

Back to the seminar, dari semua pemaparan yang dijelaskan oleh Ayah Edi, intinya, dalam mendidik anak, kenali dulu tipe anak kita karena tidak semua anak dapat digeneralisir. Saat anak menunjukkan perilaku yang sulit, maka introspeksilah dulu kita sebagai orang tua. Karena mostly anak adalah miniatur dari perilaku orang tuanya.

Yang agak sulit mungkin bagian menahan emosi. Yap, parents pasti tahu bagaimana gemasnya kita jika anak tidak mau menuruti perintah kita. Sabar adalah jalan terbaik. Bagaimanapun juga, eksplorasi anak jangan dianggap sebagai kenakalan.

Oya, dari tipe-tipe anak yang dipaparkan, saya baru mengetahui jika Athazka termasuk tipe melankolis. Lembut hati. Mudah tersentuh. Dan pada usia sekarang akan cenderung cengeng. Semua ciri-ciri melankolis ada pada Atha, termasuk bentuk matanya. Untuk menghadapi si melankolis, saya tidak boleh menerapkan sistem reward dan punishment, saya justru harus lebih menekankan pada rasa empati. Menempatkan diri saya, logika saya pada posisi Atha yang baru berusia 2 tahun. Sudah dapat ditebak, pasti bukan hal yang mudah ya. Saya harus bisa memposisikan diri saya sejajar dengan Atha. Wah ilmu saya bertambah nih.

Oya, jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang tipe-tipe anak serta pendekatan terbaik menghadapinya, readers dapat membaca buku Ayah Edi. Ada beberapa judul. Cari di toko buku terdekat ya. Jika saya berhasil mendapat softcopy dari seminar tadi, nanti saya akan sharing selengkapnya.

Let's practicing!

Senin, 25 April 2011

Ayoo.. sekolah!

Minggu lalu suami saya mendapatkan undangan acara penglepasan wisudawan pascasarjana di Hotel Four season, Jakarta. Tertera di amplop undangan itu, yth. Sdr. Yosi Tapjani, S.E, M.M. Huaa..akhirnya dia menyandang gelar itu juga. Bagaimana dengan saya?

Ketika melamar saya dulu, suami saya pernah mengungkapkan cita-citanya bahwa baik dia maupun saya harus memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan. Hanya, waktunya yang nanti disesuaikan. Pada saat itu, suami saya sedang dalam proses merampungkan studi masternya.  Idealnya, begitu suami saya selesai dengan studinya, giliran saya yang maju ke jenjang master.

Setahun berlalu pasca kelulusan suami saya. Where I am now? Ternyata saya masih terlalu menikmati peran saya sebagai ibu. Memiliki seorang putra lucu seperti Athazka membuat orientasi saya berubah haluan. Saya tidak lagi menggebu-gebu, santai, dan mungkin pernah juga berpikir untuk tidak usah melanjutkan sekolah. Saya rasa, apa yang saya miliki sekarang telah melebihi apa yang pernah saya impikan. It's my comfort zone.

Sampai suatu hari, teman seperjuangan saya di kantor, mba santi, berhasil diterima di dua universitas bergengsi di USA : Chicago University dan New York Univesity. It's a wow! Chicago and NYU!
Harus saya akui bahwa semangat mba Santi membangunkan cita-cita lama saya yang mulai buram sebelumnya. Yap, saya mulai kembali berpikir untuk sekolah.

Tidak disangka, pada waktu yang hampir bersamaan, suami saya mempertanyakan kesepakatan kami perihal sekolah. Saya surprise karena saya pikir suami saya termasuk tipe konservatif yang menganggap bahwa aktualisasi seorang istri tidak harus di luar rumah. Ditengah kegamangan saya dalam memutuskan, suami saya justru lebih bersemangat dibandingkan saya. Berulang kali dia menegaskan bahwa tidak ada hal lain yang lebih dia inginkan saat ini selain melihat saya kembali ke habitat saya, kampus. Oya, salah satu 'pecutan' yang kerap dilayangkan oleh suami saya adalah Athazka. Bayangkan Athazka memiliki figur terdekat yang dapat dia contoh dan banggakan. Oh yeah, It's so Inspiring.

Baiklah, semua tidak harus dilakukan dengan tergesa-gesa bukan? Saya belum membuat keputusan final tentang ini, tetapi sebagai persiapan, saya sudah mulai bergeriyla mencari tempat kursus TOEFL dan GMAT. Saya masih melihat berbagai kemungkinan serta mempertimbangkan dengan matang berbagai plan jika saya mantap melanjutkan sekolah. Mimpi saya adalah tetap bersama-sama dengan keluarga kecil saya dimanapun dan kapanpun. Jika diizinkan oleh Alloh SWT, salah satu skenario yang saya inginkan adalah: saya mengambil master degree, suami bekerja di salah satu lembaga internasional yang ada negara itu dan Athazka will have his preschool/kindergarden abroad (hopefully it's UK). 

Amin Ya Alloh ya Robbal Alamin..

PS :
Athazka sabar ya sayang. Mom is really trying the best to accomplish our goals. Once you through it, you will learn about peace, patience, and happiness. Just don't search it boy, it's in within.  It's in your heart. It's you who decide. Don't let your feeling control everything..

I tell you something. It is true that I'm not always around you, but when you're sleeping, I am filling your heart with love. It's growing in my heart I can do nothing but sharing with you. I know you can feel it.. *smooch*

Kamis, 21 April 2011

Kesetaraan gender dan feodalisme

Kartini, pejuang kesetaraan hak-hak wanita pada masanya. Hingga kini, semangat kesetaraan tersebut diperingati setiap tanggal 21 April. Beberapa satker di kantor saya menyarankan pegawai wanita mengenakan kostum kebaya. Lucu sih, kreatif. Tapi untuk seorang commuter seperti saya tentu artinya juga adalah repot. Hehe. Piss ahh..

Anyway, talking about kesetaraan gender, saya senang dan bersyukur hidup di masa sekarang dimana feodalisme sudah dianggap so yesterday. Bisa dibilang, saat ini wanita memiliki hak-hak yang sama seperti laki-laki hampir dalam segala hal: pendidikan, pekerjaan, eksplorasi diri, kreativitas, etc.. (you name it).

Tapi kadang kesetaraan gender ini dipahami secara kebablasan oleh kaum pria. Mau contoh? Lihat saja di kereta jabodetabek ekspress. Para laki-laki sudah tidak malu-malu lagi mengokupasi kursi ibu hamil. Duh..

Bukan saya bersikap ambigu, apalagi oportunis, akan kesetaraan gender ini, tetapi dalam pandangan saya, ada beberapa hal kodrati yang secara fitrah memang memerlukan pengecualian. Misalnya, dalam kasus ibu hamil. Jika seandainya laki-laki bisa hamil, saya tentu akan dengan senang hati menghapus pengecualian tadi.

Satu lagi, bagi saya, sehebat-hebatnya wanita dalam eksplorasi dirinya sebagai individu, ketika memasuki kehidupan rumah tangga, maka ia tetaplah wanita sebagaimana halnya kartini pada masanya, Bukan berarti melulu mengurus dan bertanggungjawab penuh atas kehidupan domestik (pada hal-hal teknis kini hal tersebut dapat dibagi dua dengan suami dengan konsep teamwork), tetapi yang saya maksudkan disini adalah wanita sebagai makmum yang tetap perlu untuk menghargai suaminya sebagai pemimpin. Untuk hal ini saya tidak memandangnya sebagai bentuk lain dari feodalisme, melainkan kodrat.

"Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakuan yang lebih baik" (Rohana Kudus).

Selamat hari Kartini!

NB: Happy Birthday to my lovely Lakeisha Kayla Athasari (teteh kekey), semoga menjadi anak yang sholehah dan membanggakan ya sayang. Amiin..

Senin, 18 April 2011

Silly Conversation (1)

Berikut adalah secuplik kisah nyata yang diambil dari sisi lain kehidupan rumahtangga kami..

Percakapan 1 (via bbm)

Husband : Ping!
Wife : Ya pa?
Husband : Mama, tolong kirimin aku pulsa 25 ribu sekarang. Urgent
Wife : (wah kasian suami gw, masa pulsa 25 ribu aja ga punya. turun bentar ah ke ATM beli pulsa)

Husband : tolong ya ma, penting!
Wife : (Aduh, iya..iya .. cepetan ah turun. Wait a minute, kayaknya ada yang aneh deh. Masa suami gw minta pulsa sih?Tumben amat. Wah, jangan-jangan bb-nya ilang nih, diambil orang. Tapi kl diambil, kok dia tau gw istrinya, kan di bb-list dia namanya Icha Tapjani. Namanya dia Yosi doang. Harusnya ga connect nih. Ah gw dikerjain ini mah. Pasti deh akal-akalan laki gw minta perhatian *sigh*)

Wife : Papa, is it really you?
Husband : Iya ini aku
Wife : Papa beneran ga punya pulsa? Aku takut bb kamu ilang
Husband : Hahahahaah! Got u. Eehhehe, aku cuma ngetes aja sih..
Wife : Arrrrggghhh.. tau ga sih aku lagi rempong! aku sih ga percaya kamu ga punya pulsa (ga mau ngaku), tapi aku khawatir bb kamu ilang (ngeles). errrr...

Beberapa jam kemudian..

Husband : Ping!
Wife : Ya sayang?
Husband: Mama dimana?
Wife : Di stasiun tanah abang, kenapa?
Husband : Beliin tiket dong. Aku ga punya duit.
Wife : (hahaha, dipikir gw bego apa. masa iya sih dikerjain dua kali berturut-turut dalam sehari kena terus. cuek aja ah.)

Husband: Mama, udah dibeliin kan tiketnya?
Wife : Engga, aku cuma beli satu, weeek. Masa sih aku ga belajar dari kesalahan yang tadi. dududu
Husband : Tapi aku beneran ga punya duit
Wife : Ga mungkin
Husband : Mamaaa... aku tadi bayar bla..bla..bla.. sekarang uang di dompetku tinggal xxx USD, itu juga sangu ke KL besok.
Wife : Jadi papa beneran ga punya rupiah? (mulai kasihan)
Husband : iya ma. tolong yah.
Wife : ATM pa? (mulai cari solusi)
Husband : Yang rupiah kan kebawa kamu kemarin pulang dari Majestyk kamu yang ambilin ke ATM sebelahnya. Sekarang aku cuma pegang yg rek dollar. Repot ma kl aku tarik tunai disini. Kena dua kali kurs karena beda bank. Udah gitu antri lagi.
Wife : Tapi sekarang aku udah di dalam kereta daaann...ng..ng.. udah jalan pa.. (mulai merasa bersalah)
Husband : Terus gimana dong..
Wife : ........ (speechless)

moral of the story : mungkin sekali-kali perlu belajar ilmu dukun supaya bisa bedain mana yang ngerjain mana yang beneran.. *sigh*

Kamis, 14 April 2011

After wedding session

Gara-gara melihat foto prewedding seorang sahabat, saya jadi bernostalgia dengan foto-foto serupa milik saya dan suami. Bedanya, kami melakukan sesi foto tersebut setelah akad nikah. Lokasinya pun tidak jauh-jauh, yaitu di rumah saya sendiri di Garut. Ide yang sederhana, persiapan yang sederhana, dan hasilnya....

artistik

 


 








Dan yang menjadi favorit saya adalah yang  dibawah ini. Ekspresi kebahagiaan kami as a newly wed is been captured so well..


Oya, foto ini juga belum di edit sama mas fotografernya. Saya lupa karena setelah akad saya sibuk mempersiapkan acara resepsi bulan depannya. Padahal kalau di edit mungkin lebih bagus yaa..


 
#sorry narsis#

Rabu, 13 April 2011

Mom's don't give up!

Tulisan ini terinsipirasi dari banyaknya pro dan kontra yang dihadapi oleh mommies zaman sekarang dalam setiap perjuangannya memberikan yang terbaik selama masa tumbuh kembang anak.

Saya pribadi kadang merasa miris dengan beberapa kampanye yang justru bukannya encouraging, malah irritating.

Jujur, ketika saya menjadi seorang ibu, itu adalah moment dimana saya sadar bahwa saya memikul tanggungjawab yang luar biasa besarnya. Dalam definisi saya, orangtua yang baik adalah orangtua yang mampu mengawal anak menjadi yang terbaik sesuai passsionnya, sehingga kelak dia akan menjadi orang yang dapat berkontribusi bagi lingkungannya. Untuk itu, selain kesehatan fisik, parents juga perlu mulai memfokuskan pada kesehatan psikologis dan mentalnya. Rasanya, itu pula yang menjadi main issue mommies zaman sekarang. Sungguh merupakan tantangan yang besar untuk dapat menciptakan atmosfer yang penuh cinta ditengah-tengah waktu dan kesibukan mommies.

Saya masih ingat nasihat orangtua saya, bahwa cara terbaik mendidik anak adalah dengan memberikan teladan yang baik. Apabila dikaitkan dengan tantangan dalam menciptakan lingkungan yang penuh cinta, menurut saya, step pertama yang perlu dilakukan mommies adalah menerima kondisi kita sebagai mommy yang memiliki banyak sekali kekurangan. Jangan mem-push diri untuk menjadi sempurna karena nantinya hanya akan membuat anak tampak sebagai 'beban'. Enjoy your motherhood yaaa..

Ketika kita menikmati peran kita sebagai mommy, anak akan merasa 'diterima' sebagai karunia yang tidak ternilai. Dengan begitu, hubungan batin antara mommy dan anak akan terjalin dengan sendirinya. Tulus. Tidak direkayasa.

Sikap penerimaan terhadap diri sendiri ini pula yang nantinya akan menjadi benteng pertahanan mommies dalam menjawab issue-issue parenting yang sedikit atau banyak akan menimbulkan friksi di hati mommies. Manusia kan heterogen. Pasti ada lah satu-dua atau beberapa certain people yang terus membombardir kita dengan perbandingan-perbadingan you vs the ideal's. Oh yes. It's happen.

Jadi, bersihkanlah hati terlebih dahulu. Saya sendiri ingin memberikan contoh kepada anak saya bagaimana caranya bertahan untuk tidak berlarut-larut dalam penyesalan dan caranya agar tidak berbesar kepala ketika menghadapi keberhasilan.

Contohnya:

Saya tidak mau berlarut-larut dalam penyesalan dan komentar orang-orang yang bertanya kenapa saya melahirkan dengan cara Sectio Caesar. Mereka semua tidak berada dalam posisi saya saat itu. Belum menjadi wanita sejati jika belum melahirkan normal? Tutup kuping. Selesai urusan. Saya masih punya segudang tantangan ke depan. Apabila ditanyakan kepada hati nurani, tentu saya sedih. Meskipun saya tampak tegar, jika ada perbincangan mommies bertemakan ini, pasti hati saya tergores, meskipun sedikit.

Di sisi lain, saya pun tidak hendak berbangga hati karena saya berhasil memberikan ASI kepada anak saya selama 2 tahun (kurang 3 bulan). Saya termasuk mommy yang blessed karena produksi ASI saya masih lancar tanpa harus bersusah payah mengusahakan ini dan itu. Saya bahkan menyapih anak saya di saat ASI saya masih berproduksi (keputusan berat itu diambil dengan pertimbangan yang matang, namun saya tidak hendak membaginya karena yang berkepentingan terhadap keputusan saya bukanlah oranglain yang tidak berada dalam posisi saya saat itu.)

Meskipun tergolong sukses menyusui Atha, saya tidak hendak menggunakan istilah Sarjana ASIX, S2, S3 atau apa lah. Mohon maaf, bagi saya menyusui bukanlah sesuatu yang pantas untuk menjadikan saya atau anak saya merasa ekslusif. Biasa saja. Selain itu, saya juga kurang setuju dengan istilah itu karena seolah menjadikan anak saya superior dan istimewa dibandingkan anak-anak lainnya. Ya mungkin saya terlalu perasa, tetapi adalah mimpi buruk bagi saya jika secara tidak sadar saya membentuk anak saya menjadi pribadi yang sombong.

Oya, saya juga amat mengecam penggunaan istilah 'bayi sapi' atau 'ASI Nazi'. Dua-duanya kasar, namun herannya justru ramai dan sering berseliweran di forum ASI vs Sufor. Saya heran, bagaimana bisa mommies menciptakan lingkungan yang penuh cinta kepada anak dengan mental seperti itu? Urusan menyusui bukanlah perkara menang atau kalah karena kondisi momies kan berbeda-beda. Jangan terpancing ya mom. You are the best for your baby!

Nah, itu baru dua issue. Masih banyak issue-issue lain yang akan mommies hadapi selama masa tumbuh kembang anak. Saya sendiri saat ini sedang sibuk menenggelamkan diri di literatur dan diskusi kesehatan. Tujuannya sih ikut aliran RUM (Rational Use of Medicine). Tapi once again, saya mempelajarinya dengan santai, tidak ngotot atau sebagainya (selain, ilmu saya masih belum ada apa-apanya). Mudah-mudahan bisa konsisten menerapkannya ya.

Gosh, tulisan saya jadi panjang dan tidak fokus. Tapi intinya satu. In any condition, mom's don't give up! Just don't let the negative words  make u down. We know what the best for our child. To raise our child with love is much more important than listening to people's opinion.

Senin, 11 April 2011

Thomas and Friends

My son, Athazka is really obsessed to Thomas and Friends. His eyes couldn't stop starring to every kind of Thomas's picture everywhere he saw. He can also make a sound of Thomas, such as.. tuutt..tuuut.. jess..jess..jess..

I just can't imagine what will he feel when he sees Thomas in his birthday cake that he can also eats! yummy..

I think I've got the theme of Athazka's 2nd birthday..

Selasa, 05 April 2011

Ke Luar Kota, Finally!

Wiken kemarin saya memperoleh jatah rumah istirahat (semacam hotel) di Bandung dari Kantor saya. tentu saya ambil. Saya sekalian ingin mencoba mobil saya ke luar kota. Selama ini gerak-geriknya terbatas karena semenjak dibeli pada akhir Desember 2010, kami baru memiliki STNK resminya pada akhir Maret 2011 lalu. Selama proses pengurusan STNK, kami memang di'pinjam'kan nomor sementara oleh dealer. Tapi rasanya sungguh menyiksa hati setiap kali kami melintasi polisi. Harap-harap cemas kami tidak sedang tertimpa sial karena sudah pasti kami akan kena tilang karena surat mobilnya tidak lengkap.

Oya, mengapa proses pembuatan STNK begitu lama? karena kami pindah domisili. Dan saya keukeuh tidak mau mobil kami ber-plat F sebagaimana alamat domisili kami sebelumnya. Pemikiran saya, lebih baik repot di awal daripada ke depan lebih repot lagi. Kami kan sudah pindah ke Depok. Kalau ada apa-apa, masa harus mengurusnya ke Bogor?

Untuk bisa memperoleh plat B (Depok), maka saya harus merubah KTP saya dari Bogor menjadi Depok. Nah ini dia yang berbelit-belit. Ketua RT di alamat lama saya di Bogor sulit ditemui, begitupun dengan Ketua RT di alamat baru. Maka, proses penerbitan KTP dan Kartu Keluarga baru saya memakan waktu hampir 2,5 bulan lamanya. Setelah KTP baru terbit, saya baru bisa memproses STNK. Sungguh, rasanya ingin tumpengan begitu semua proses administrasi yang melelahkan fisik dan mental ini selesai. Oya, nomor mobil resmi kami sekarang adalah B 1562 EAA. Yippiiee..

Anyway, Bandung memang surganya barang-barang bagus. Selain berhasil memperoleh beberapa pakaian di rumah mode dan fashion mode, saya juga memperoleh dua pasang sepatu hasil jalan-jalan ke Sogo Paris van Java. Two pair of shoes (Everbest dan Chrissie) for only 500 thousand rupiah! Very worth!

Satu lagi, ternyata slogan speed maker and fuel saver di iklan mobil saya itu bukan bohongan. Memang itu yang kami perlukan untuk mengantisipasi krisis energi dan, hehe, krisis finansial domestik kami.  Hemat bo!

Alhamdulillah..

Nada Cinta


Akhirnya setelah sekian lama menghujat-hujat persinetronan Indonesia, saya harus mengakui bahwa saya sekarang mulai menonton sinetron. Dan pilihan saya adalah sinetron ini. Bukan justifikasi, tetapi alasan mengapa saya menonton sinetron ini adalah karena mereka menampilkan pemain-pemain yang cantik-cantik. Yah, meskipun jalan ceritanya -of course- tidak masuk akal, selama saya masih bisa melihat penampilan si cantik Luna Maya (kangen juga lihat mata bulatnya itu), Dewi Sandra, Olla Ramlan, Michaella Putri dan Mikha Tembayong (yang menurut saya mirip sekali dengan sahabat saya Yeyen), it's oke lah.

Oya, kadang-kadang, kekonyolan sinetron itu juga hiburan loh. Rasanya memang seperti di desain untuk dikritik. Hehehe.