Rabu, 13 April 2011

Mom's don't give up!

Tulisan ini terinsipirasi dari banyaknya pro dan kontra yang dihadapi oleh mommies zaman sekarang dalam setiap perjuangannya memberikan yang terbaik selama masa tumbuh kembang anak.

Saya pribadi kadang merasa miris dengan beberapa kampanye yang justru bukannya encouraging, malah irritating.

Jujur, ketika saya menjadi seorang ibu, itu adalah moment dimana saya sadar bahwa saya memikul tanggungjawab yang luar biasa besarnya. Dalam definisi saya, orangtua yang baik adalah orangtua yang mampu mengawal anak menjadi yang terbaik sesuai passsionnya, sehingga kelak dia akan menjadi orang yang dapat berkontribusi bagi lingkungannya. Untuk itu, selain kesehatan fisik, parents juga perlu mulai memfokuskan pada kesehatan psikologis dan mentalnya. Rasanya, itu pula yang menjadi main issue mommies zaman sekarang. Sungguh merupakan tantangan yang besar untuk dapat menciptakan atmosfer yang penuh cinta ditengah-tengah waktu dan kesibukan mommies.

Saya masih ingat nasihat orangtua saya, bahwa cara terbaik mendidik anak adalah dengan memberikan teladan yang baik. Apabila dikaitkan dengan tantangan dalam menciptakan lingkungan yang penuh cinta, menurut saya, step pertama yang perlu dilakukan mommies adalah menerima kondisi kita sebagai mommy yang memiliki banyak sekali kekurangan. Jangan mem-push diri untuk menjadi sempurna karena nantinya hanya akan membuat anak tampak sebagai 'beban'. Enjoy your motherhood yaaa..

Ketika kita menikmati peran kita sebagai mommy, anak akan merasa 'diterima' sebagai karunia yang tidak ternilai. Dengan begitu, hubungan batin antara mommy dan anak akan terjalin dengan sendirinya. Tulus. Tidak direkayasa.

Sikap penerimaan terhadap diri sendiri ini pula yang nantinya akan menjadi benteng pertahanan mommies dalam menjawab issue-issue parenting yang sedikit atau banyak akan menimbulkan friksi di hati mommies. Manusia kan heterogen. Pasti ada lah satu-dua atau beberapa certain people yang terus membombardir kita dengan perbandingan-perbadingan you vs the ideal's. Oh yes. It's happen.

Jadi, bersihkanlah hati terlebih dahulu. Saya sendiri ingin memberikan contoh kepada anak saya bagaimana caranya bertahan untuk tidak berlarut-larut dalam penyesalan dan caranya agar tidak berbesar kepala ketika menghadapi keberhasilan.

Contohnya:

Saya tidak mau berlarut-larut dalam penyesalan dan komentar orang-orang yang bertanya kenapa saya melahirkan dengan cara Sectio Caesar. Mereka semua tidak berada dalam posisi saya saat itu. Belum menjadi wanita sejati jika belum melahirkan normal? Tutup kuping. Selesai urusan. Saya masih punya segudang tantangan ke depan. Apabila ditanyakan kepada hati nurani, tentu saya sedih. Meskipun saya tampak tegar, jika ada perbincangan mommies bertemakan ini, pasti hati saya tergores, meskipun sedikit.

Di sisi lain, saya pun tidak hendak berbangga hati karena saya berhasil memberikan ASI kepada anak saya selama 2 tahun (kurang 3 bulan). Saya termasuk mommy yang blessed karena produksi ASI saya masih lancar tanpa harus bersusah payah mengusahakan ini dan itu. Saya bahkan menyapih anak saya di saat ASI saya masih berproduksi (keputusan berat itu diambil dengan pertimbangan yang matang, namun saya tidak hendak membaginya karena yang berkepentingan terhadap keputusan saya bukanlah oranglain yang tidak berada dalam posisi saya saat itu.)

Meskipun tergolong sukses menyusui Atha, saya tidak hendak menggunakan istilah Sarjana ASIX, S2, S3 atau apa lah. Mohon maaf, bagi saya menyusui bukanlah sesuatu yang pantas untuk menjadikan saya atau anak saya merasa ekslusif. Biasa saja. Selain itu, saya juga kurang setuju dengan istilah itu karena seolah menjadikan anak saya superior dan istimewa dibandingkan anak-anak lainnya. Ya mungkin saya terlalu perasa, tetapi adalah mimpi buruk bagi saya jika secara tidak sadar saya membentuk anak saya menjadi pribadi yang sombong.

Oya, saya juga amat mengecam penggunaan istilah 'bayi sapi' atau 'ASI Nazi'. Dua-duanya kasar, namun herannya justru ramai dan sering berseliweran di forum ASI vs Sufor. Saya heran, bagaimana bisa mommies menciptakan lingkungan yang penuh cinta kepada anak dengan mental seperti itu? Urusan menyusui bukanlah perkara menang atau kalah karena kondisi momies kan berbeda-beda. Jangan terpancing ya mom. You are the best for your baby!

Nah, itu baru dua issue. Masih banyak issue-issue lain yang akan mommies hadapi selama masa tumbuh kembang anak. Saya sendiri saat ini sedang sibuk menenggelamkan diri di literatur dan diskusi kesehatan. Tujuannya sih ikut aliran RUM (Rational Use of Medicine). Tapi once again, saya mempelajarinya dengan santai, tidak ngotot atau sebagainya (selain, ilmu saya masih belum ada apa-apanya). Mudah-mudahan bisa konsisten menerapkannya ya.

Gosh, tulisan saya jadi panjang dan tidak fokus. Tapi intinya satu. In any condition, mom's don't give up! Just don't let the negative words  make u down. We know what the best for our child. To raise our child with love is much more important than listening to people's opinion.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar