Minggu lalu suami saya mendapatkan undangan acara penglepasan wisudawan pascasarjana di Hotel Four season, Jakarta. Tertera di amplop undangan itu, yth. Sdr. Yosi Tapjani, S.E, M.M. Huaa..akhirnya dia menyandang gelar itu juga. Bagaimana dengan saya?
Ketika melamar saya dulu, suami saya pernah mengungkapkan cita-citanya bahwa baik dia maupun saya harus memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan. Hanya, waktunya yang nanti disesuaikan. Pada saat itu, suami saya sedang dalam proses merampungkan studi masternya. Idealnya, begitu suami saya selesai dengan studinya, giliran saya yang maju ke jenjang master.
Setahun berlalu pasca kelulusan suami saya. Where I am now? Ternyata saya masih terlalu menikmati peran saya sebagai ibu. Memiliki seorang putra lucu seperti Athazka membuat orientasi saya berubah haluan. Saya tidak lagi menggebu-gebu, santai, dan mungkin pernah juga berpikir untuk tidak usah melanjutkan sekolah. Saya rasa, apa yang saya miliki sekarang telah melebihi apa yang pernah saya impikan. It's my comfort zone.
Sampai suatu hari, teman seperjuangan saya di kantor, mba santi, berhasil diterima di dua universitas bergengsi di USA : Chicago University dan New York Univesity. It's a wow! Chicago and NYU!
Harus saya akui bahwa semangat mba Santi membangunkan cita-cita lama saya yang mulai buram sebelumnya. Yap, saya mulai kembali berpikir untuk sekolah.
Harus saya akui bahwa semangat mba Santi membangunkan cita-cita lama saya yang mulai buram sebelumnya. Yap, saya mulai kembali berpikir untuk sekolah.
Tidak disangka, pada waktu yang hampir bersamaan, suami saya mempertanyakan kesepakatan kami perihal sekolah. Saya surprise karena saya pikir suami saya termasuk tipe konservatif yang menganggap bahwa aktualisasi seorang istri tidak harus di luar rumah. Ditengah kegamangan saya dalam memutuskan, suami saya justru lebih bersemangat dibandingkan saya. Berulang kali dia menegaskan bahwa tidak ada hal lain yang lebih dia inginkan saat ini selain melihat saya kembali ke habitat saya, kampus. Oya, salah satu 'pecutan' yang kerap dilayangkan oleh suami saya adalah Athazka. Bayangkan Athazka memiliki figur terdekat yang dapat dia contoh dan banggakan. Oh yeah, It's so Inspiring.
Baiklah, semua tidak harus dilakukan dengan tergesa-gesa bukan? Saya belum membuat keputusan final tentang ini, tetapi sebagai persiapan, saya sudah mulai bergeriyla mencari tempat kursus TOEFL dan GMAT. Saya masih melihat berbagai kemungkinan serta mempertimbangkan dengan matang berbagai plan jika saya mantap melanjutkan sekolah. Mimpi saya adalah tetap bersama-sama dengan keluarga kecil saya dimanapun dan kapanpun. Jika diizinkan oleh Alloh SWT, salah satu skenario yang saya inginkan adalah: saya mengambil master degree, suami bekerja di salah satu lembaga internasional yang ada negara itu dan Athazka will have his preschool/kindergarden abroad (hopefully it's UK).
Amin Ya Alloh ya Robbal Alamin..
PS :
Athazka sabar ya sayang. Mom is really trying the best to accomplish our goals. Once you through it, you will learn about peace, patience, and happiness. Just don't search it boy, it's in within. It's in your heart. It's you who decide. Don't let your feeling control everything..
I tell you something. It is true that I'm not always around you, but when you're sleeping, I am filling your heart with love. It's growing in my heart I can do nothing but sharing with you. I know you can feel it.. *smooch*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar