.. adalah ketika fitnah bertebaran, keluarga percaya dan mendukung sepenuhnya. Suami yang siap menjadi perisai, orangtua serta mertua yang menguatkan hati, dan saudara-saudara yang menghibur..
Rasanya, saya tidak perlu dukungan siapa-siapa lagi, I have all that I need. They know me well. Kalau ada omongan yang ga baik tentang saya, pengaruhnya apa di hidup saya? Ga ada! emm, ada sih, karena pahala saya bertambah dengan cuma-cuma. Alhamdulillah..
Lalu, perlu diluruskan ga?
Gimana yah, yang paling berkepentingan dan berkontribusi terhadap kebahagiaan saya adalah anak, suami, orangtua, mertua, serta saudara-saudara saya. Kalau mereka aja percaya sama saya, kenapa juga perlu diurusin pendapat-pendapat fitnah itu, apalagi kalau pendapat itu hasil dari pemikiran yang kurang didukung fakta, atau hasil dari emosi cemburu buta. Biasalah kalau orang emosi suka ga masuk akal kan.
Tapi kenapa saya terus yang jadi sasaran? Nah, kalau yang ini saya ga bisa jawab. Emm, macam kasus nazaruddin deh. Belum tentu loh dia salah, meskipun diserang bertubi-tubi dari sini dan sana. Dia hanya "tau" terlalu banyak. Contoh lain, kasus Antasari Azhar. Akhirnya terbongkar ya kalau semua rekayasa. Ah, emang deh, suatu saat kebenaran pasti tampak ya..
Kenapa sih ga speak up aja supaya semuanya lebih clear? Hmm.. kalau lagi emosi, kadang saya juga berpikir yang sama. Capek ya diserang terus menerus. Tapi, kalau saya speak up lalu akan banyak pihak yang kecewa dan terluka, buat apa? bisa-bisa saya malah jadi ga happy. Jadi, gapapa lah saya tetap seperti ini aja. Buat apa sih menang diatas penderitaan orang lain?
Saya udah ga permasalahkan siapa yang benar dan salah. Toh, sehitam apapun masa lalu seseorang, masa depannya masih suci. Semua orang berhak dapet kesempatan kedua kan. Dan saya hanya akan menunggu. Diam. No action. Saya yakin, semua akan sampai pada muaranya dengan baik. Hanya orang bodoh yang menyia-nyiakan kesempatan kedua, dan hanya orang yang arogan yang ga mau introspeksi. Logika sederhana aja.
Jadi, pasrah aja nih ceritanya? Nanti sikap ini diartikan sebagai "tahu diri" karena merasa bersalah? Atau lebih parah lagi, dimanfaatkan dan dipolitisasi untuk semakin menjatuhkan image saya. Ah saya sudah ga peduli apa kata orang. Saya tau apa yang saya lakukan, dan once again, keluarga saya percaya. Udah hukum alam kalau suatu saat kebenaran akan tampak. Jadi sabar aja lah..
A yosi, Atha, Akies Enins, sisters.. thanks a lot :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar