Senin, 19 Maret 2012

Belum bisa

Mimpi buruk itu datang sekitar akhir tahun 2010, lalu getting worse di tahun 2011. Again dan again saya ambil posisi ngalah. Entah dimana benang kusutnya, semakin coba diurai, semakin njelimet. Semua orang merasa benar.

Saya sebetulnya lelah lahir batin, apalagi saya juga punya masalah intern yang tidak kalah peliknya. Lagi-lagi, dengan tema yang sama. Ada plus minus, karena satu sisi satu masalah bisa menjadi acuan masalah lainnya. Tapi di sisi lain, reaksi orang untuk satu masalah yang sama sungguh tidak bisa diperhitungkan secara matematis. Beda-beda.

Pada suatu titik, jalan keluar yang paling mudah dan "aman" adalah dengan bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa. Iya, berpura-pura. Sayangnya, saya bukan aktris yang baik. Reaksi kimia tubuh saya akan seirama dengan suasana hati saya. Ini pula yang sering dikomentari oleh bapak saya, kenapa sih ga bisa basa basi sedikit aja?

Oh andai saya punya hati seluas Bapak. Saat ini saya belum bisa..

Semuanya masih terlalu menyakitkan. Rasa-rasanya, jika saya berkorban lebih jauh lagi, saya akan kehilangan diri saya sendiri. If I loose my self, I risk my any kind of relationship.

Membahagiakan orang lain bukan berarti dengan mengorbankan diri sendiri dan rela menjadi sangsak tinju dari pukulan yang salah sasaran kan?

Saya tahu, orangtua saya akan sangat kecewa dengan keputusan saya, this is not the way they expect me to be, tapi untuk sekali ini saja, boleh ya saya mendahulukan diri sendiri sebelum orang lain?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar