Jumat, 27 Juli 2012

I'm sorry..

I'm sorry to confuse you.

I just.. can't live a lie.

I can't stand it.

#nothingrelatedtomymarriagelife#

Rabu, 25 Juli 2012

Ramadhan pertama..

... tanpa asisten..

Sesuatu banget.

Akhirnya the power of kepepet yang berjaya. Saya yang terbiasa menjalankan Ramadhan as a princess sejak kecil (iya, saya suka susah bangun sahur, saya juga terbiasa bangun sahur dengan aneka lauk pauk yang sudah siap sedia di meja makan), kali ini saya harus jadi orang yang pertama bangun dan berkutat di dapur. Fitri belum bisa diandalkan untuk bangun pagi, kalau saya bangun siang, dia apalagi.

So far so good. Belum ada yang bolong sahurnya. Buat saya, ini prestasi. Iya dong. Soalnya jadwal harian saya jadi begini :

Pagi
Bangun 03.30 WIB
Tahajud
Memasak sayur dan lauk pauk
Bangunin husband
Sahur
Sholat subuh
Memasak lagi untuk Atha
Mandi
Berangkat ke kantor (sambil ngantuk)

Siang
Mikirin masak apa untuk buka dan sayur. Menetapkan menu masak supaya nanti pulang kantor sudah tidak galau lagi kalau belanja di tukang sayur. Oh iya, sepanjang saya di kantor saya usahakan selalu connect dengan kamera di rumah untuk mengawasi kegiatan Atha. Contact dengan si bocah sendiri kalau hectic day, dua kali, kalau lagi santai bisa berkali-kali.

Sore
Pulang kantor mampir ke tukang sayur, tukang buah, Alfamart, dll sesuai kebutuhan
Jemput Atha di Taman, ajak pulang
Gelar jajanan/takjil untuk buka
Sementara saya gelar takjil, si Fitri motong-motong sayuran dan bumbuin lauk sesuai instruksi saya
Cooking time
Buka puasa, makan takjil
Lanjut cooking time
Sholat
Makan malam
Main sambil mengulang pelajaran sekolah (misalnya warna-warna, hafalan surat) atau membahas aktivitas Atha hari ini
Tarawih (sendiri)
Bikin susu Atha,
Gosok gigi Atha (gantian sama husband)
Ganti baju Atha (gantian sama husband)
Ngelonin Atha
Bobo

To be honest, it's exhausting. No, it's Super Exhausting. Saya sangat menanti-nanti kedatangan asisten baru. Semoga setelah lebaran ada. Amin.

Sementara ini jalanin dulu apa yang ada, sebisa saya. Masak pun yang gampang-gampang aja. Paling tumisan, sop, sayur bening,sayur asem, dendeng, kentang balado, bakwan, goreng ikan,  ayam, dll. Kalau lagi pengen rendang atau kering kentang atau soto, biasanya saya order ke nin ai. Beres deh. Alhamdulillahnya, husband ga pernah sekalipun komplain tentang masakan saya. Sold out terus.

Mungkin ini hikmahnya maidless ya. Belajar jadi nyonya rumah beneran yang terjun sampai ke dapur. Belajar lebih sabar dan lebih wise dalam time managementnya. Yah, pokonya akan selalu ada saat-saat pertama untuk segala sesuatunya kan.

Alhamdulillah, setiap Ramadhan jadi punya kesan :)

Happy fasting all!



Senin, 23 Juli 2012

Sadar keuangan (part II)

Lanjutan dari postingan kemarin.

Di post sebelumnya saya sudah menceritakan tentang pos-pos keuangan primer saya. Nah di postingan kali ini saya mau ceritakan juga mengenai pos-pos sekunder saya. Di pos sekunder saya mencatat antara lain :

1. Vacation

Siapa yang tidak perlu berlibur? Oh well, diantara semua perjuangan memenuhi kebutuhan primer, we deserve a life kan? Saya sendiri menganggarkan liburan keluarga setahun sekali. Sumber dananya darimana? dari uang cuti tahunan dong. Alhamdulillah masih ada pos aktiva untuk dikais-kais :p

In case tidak ada uang cuti tahunan pun, saya akan bela-belain buka rekening khusus yang diambil dari penghasilan bulanan untuk vacation. Biar sedikit asal konsisten dan timing pencairannya pas, dana liburan ini sebaiknya memang dibentuk. Sungguh, ini investasi psikologis yang tidak akan pernah rugi.

2. Menyenangkan orangtua/kakak/adik

Maksud saya disini bukan porsi rutin bulanan ya. Itu sih sudah default. Maksud saya disini adalah mengabulkan keinginan khusus orangtua misalnya membelikan mobil, tanah. memberangkatkan umroh, mensponsori wisuda adik, dsb.  Kalau ada rejeki yang sangat berlebih, apa salahnya menyenangkan keluarga yang kita cintai. Toh, kita juga tidak bisa menjadi seperti kita sekarang kalau bukan karena support mereka kan.

Saya memang menaruh pos ini di pos sekunder, line kedua karena sifatnya kan hura-hura. Sama sekali bukan force major. Konyol rasanya mengorbankan dana pendidikan, dana darurat, dan dana haji demi pos ini. Kalau vacation mungkin masih bisa dinegosisasi, seberapa urgent-nya keinginan orantua atau event keluarga yang dihadapi.

Jujur, setelah menikah, saya tidak seleluasa dulu untuk memenuhi pos ini. Maklum, waktu single belum ada pengeluaran KPR, KPM, dll jadi semua jor-joran kesini. Meskipun sekarang pengeluaran banyak tersedot, kalau sudah niat, ada saja jalannya. Sumber dananya dari mana? biasanya sih dari lumpsum perjalanan dinas saya atau husband yang tidak menentu jadwalnya. Secara jumlah mungkin jadi lebih sedikit, tapi Alhamdulillah orangtua saya tidak pernah menghargai pemberian dari harganya. I always feel happy seeing them happy when opening my gift. The same smile for every gift, from a car to a simple bag..

3. Beternak rumah/Bisnis

Kalau ada rejeki yang super duper berlebih. Siapa juga yang tidak mau berinvestasi dibidang property. Ini kalau saya memperoleh softloan (meskipun softloan, tetaplah judulnya pinjaman berbunga), atau menang undian, atau penghasilan saya dan husband sudah memenuhi semua kebutuhan-kebutuhan sebelumnya, barulah saya berpikir untuk membeli rumah baru, mobil baru, atau berbisnis. Saya sendiri saat ini belum sampai ke tahap ini, but one day I will, Insya Alloh. Amin.



Jumat, 20 Juli 2012

Sadar keuangan (part I)

Saya Insya Alloh memulai puasa besok. Tapi semangat ramadhan sudah mulai dari hari ini. Dan entah kenapa, semesta mendukung sekali semangat saya. Di saat saya sibuk mengkalkulasikan penerimaan bulan ini+THR (aheeemmmm), di saat yang sama saat keinginan untuk membeli ini itu, atau vacation kesini kesitu bermunculan, eh tiba-tiba saya mendarat di blog ini . Saya anggap ini sebagai reminder dari Alloh (saya percaya bahwa tidak ada satu hal pun yang terjadi secara kebetulan), bahwa there are still lots of things to do with that amounts.

Iya, there are still lots of things to do.

Di urutan primer saya : Dana pendidikan anak, Dana Darurat, Dana Haji

1. Dana Pendidikan


Dana pendidikan anak apa kabar? Insya Alloh sejak Atha di kandungan, saya sudah berpikir mengenai hal ini.  Sayangnya, pada saat itu saya masih belum cerdas secara finansial plus tidak tega dengan saudara, jadilah saya kadung memiliki dua unitlink. Ya sudah lah. Those two unitlinks will be our first and last invesment instrument to hold. Sekarang unitlinks saya sudah masuk tahun ketiga, untuk dicairkan juga malah rugi. Jadi, Bismillah, si unitlink mau saya lanjutkan sampai 10 tahun. Toh potongan dana setiap bulannya juga ringan. Lumayan, jika dihitung, tabungan pendidikan+2 unitlink untuk Athazka Insya Alloh cukup sampai dia SMU, bahkan kuliah. Timing pencairan juga sudah saya atur ketika Atha masuk TK, SD, dan SMP. Sudah level aman? belum juga. Bagaimana jika nanti Atha passionnya adalah di dunia kedokteran. Hayah, mari membuat ember tampungan baru untuk menampung penyisihan pendapatan saya dan husband supaya mimpi Atha bisa terwujud. Saya ingin bisa mengatakan pada Atha :" Go with your dream, son. we're behind!"

So, untuk saat ini, prioritas utama saya adalah dana pendidikan. Sumbernya dari mana? dari mana lagi kalau bukan dari penghasilan setiap bulan. Setelah KPR, KPM, Zakat, maka  pos berikutnya adalah si Dana Pendidikan ini. Nanti kalau merencanakan anak kedua, saya ingin membuat financial plan-nya juga. Maunya sih begitu. Mudah-mudahan Allah merestui. Amin.


 
2.Dana Darurat

Ini termasuk pos penting juga dalam rumah tangga. Apa salahnya mempersiapkan diri untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga. Misalnya, kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba, atau kerabat sakit, atau adik menikah atau .. yah banyak lah hal-hal yang tidak terduga yang bisa mengganggu cashflow rumahtangga kalau tidak dipersiapkan. Sebisa mungkin saya mengatur supaya dana yang seharusnya digunakan untuk pendidikan anak terpaksa digunakan untuk hal-hal lain, meskipun sifatnya force major. Nah supaya tenteram, maka dana darurat ini harus dibentuk juga. Idealnya 9 kali biaya hidup. Kalau diaplikasikan ke saya, berarti termasuk 9 kali biaya cicilan KPR dan dana Pendidikan Atha (KPM tidak dihitung karena kredit yang saya ambil jangkanya sangat pendek).

Karena peruntukkannya adalah untuk sesuatu yang darurat, maka instrumennya pun pilih yang cukup likuid. Prinsipnya, lebih likuid lebih baik. Kalau butuh dana tunai cepat, instrument yang kita pilih bisa diandalkan.Saya sendiri memilih instrument fine gold alias emas batangan. Ngg, ada yang perhiasan juga sih (untuk perhiasan, jangan harap bisa diandalkan dalam waktu dekat kecuali rela nilainya tergerus. Tapi kalau dalam jangka panjang masih oke kok. Kalau harga emasnya naik gila-gilaan, biaya ongkos perhiasan bisa ditutup bahkan surplus. Contohnya perhiasan under tahun  2010 ).


Kenapa tidak tabungan atau deposito? Hm, saya termasuk tipe yang susah melihat uang nganggur alias hobi belanja belanji. Tidak compatible dengan simpanan dalam bentuk tabungan. Nah kalau deposito, timing pencairannya kurang fleksibel. Harus tunggu jatuh tempo dulu. So, fine gold jadi pilihan deh meskipun tetap ada risiko return lebih kecil daripada waktu beli. Yang penting nyaman di hati.

Btw, jadi si Dana darurat sudah sampai mana? Masih jauh bos. But, we are always working on that. Oiya, Dana Darurat ini sudah pernah beberapa kali dipakai, terutama waktu orangtua sakit. Waktu ke Paris juga (Sungguh tidak sesuai dengan peruntukkan. Tapi daripada berhutang untuk vacation, ya terpaksa ambil dana darurat dulu. Waktu dapat bonus tahunan,  langsung  deh ditutup). Sumber dana untuk dana darurat ini adalah dari bonus tahunan saya dan husband. Jadi tidak mengganggu cashflow. Kalau mengacu kepada 9 kali living cost, sepertinya masih jauh deh. Jadi lupakan ya itu beli cincin diamond atau luxury vacation sebelum dana darurat ini sampai pada level aman.

3. Dana Haji

Sebagai seorang muslim, tentu saya bercita-cita naik haji. Kalau sudah mampu, kan hukumnya jadi wajib seperti halnya syahadat, shalat. puasa, dan zakat.  Nah, mumpung masih muda, inginnya bisa menunaikan kewajiban ini sesegera mungkin. Bukannya sok merasa sudah masuk ke kategori "mampu", tapi saya sendiri sudah sampai ke tahap cukup secara material, dalam artian, sandang pangan papan yang saya miliki sudah cukup layak. Kalau berpikir duniawi terus sih pastinya never ending demand. Sudah punya rumah 1 ingin jadi 2, punya 2 ingin jadi 3, dst. Tidak. Saya sudah memantapkan diri saya untuk mengalokasikan kelebihan rejeki rumahtangga untuk berhaji terlebih dahulu sebelum saya beternak rumah atau gonta ganti mobil. Sumber dananya darimana : Sama seperti dana darurat, dana haji diambil dari bonus tahunan+sisa THR. Kalau KPM selesai tahun ini, rencananya si ekses likuiditas akan dialokasikan kesini juga, Insya Alloh. Mudah-mudahan bisa berangkat secepatnya. Amin ya Alloh ya robbal alamiin.

Kamis, 19 Juli 2012

Marhaban ya Ramadhan

Sekilas menuju Ramadhan, saya sekeluarga mengucapkan..

"Marhaban ya Ramadhan.. Selamat menunaikan Ibadah puasa ya semuanya. Mohon maaf jika ada salah dan khilaf. Semoga Ramadhan kali ini bisa menjadi Ramadhan yang lebih baik dari Ramadhan sebelumnya. Amin ya Rabbal Alamiin."

Ayo kita fokus beribadah, namun bukan hanya menjalankan ritualnya, tetapi sekaligus memahami maknanya. Tidak ada tolak ukur, karena yang Maha Menilai hanyalah Allah SWT. Namun demikian secara teori dan kasat mata, manifestasi dari keimanan dan pelaksanaan ibadah atas dasar keimanan tadi harusnya berwujud menjadi akhlak.

Akidah+Ibadah = Akhlak.

Semoga Ramadhan tahun ini bisa membuat kita semua menjadi manusia yang lebih baik dan bermartabat.

Salam,
Tapjani's Family

Senin, 16 Juli 2012

Berbunga-bunga

Berbunga-bunga itu adalah..

..ketika pulang dating dengan husband, pegangan tangan di dalam taksi, lalu membicarakan tentang our love journey.

I asked him, how and when he realized that he loves me. He answered : I know from the first time we met that you and me, it's just a matter of time. I love you since we were in the highschool. * he kiss my hand*

I just smile at him that time. Just a simple smile. Tapi dalam hati sebetulnya berbunga-bunga karena ternyata he is the one who crushed on me first. Hihihi. I was wrong this far. I thought I love him first. Ternyata...

Hihihi.

Sesuatu banget deh.

Ok, this is stupid. Just call me lebay. Siapa juga yang bisa memverifikasi gombalan husband. It could be a white lie, but that's okay. He's just trying to make me happy.

And I love being berbunga-bunga anyway :)

PS : Nice answer husband. Kalau ada mata kuliah merayu, husband dapet A+++ deh.

Rabu, 11 Juli 2012

Hari Krida

Definisi hari krida yang sebenarnya : Hari untuk berlatih keterampilan, olahraga, kerajinan tangan, kesenian, dsb.

Definisi hari krida saya : Hari yang bisa santai-santai di kantor :)

Misalnya hari ini, hari Pilkada DKI Jakarta dimana hampir semua kantor instansi pemerintahan libur, kantor saya tetap masuk. Ciyeh, nasionalisme banget. Tapi pegawai yang mau menggunakan hak pilihnya tetap diberikan dispensasi absen pagi. Terus yang bukan warga DKI gimana dong? jawabannya : tetap masuk jack! Hiks *tertunduk lesu*

Yah, alhasil jadilah hari ini hari krida. Atasan, peer, sampai staff pada nyoblos, trus saya ngapain dong? Mau ngemall juga kepagian. Ya akhirnya ngeblog aja deh ya. Sekalian updating lately kemarin ngapain aja.

Well, this week is still a busy week. Kerjaan di kantor lagi lumayan banyak. Dan entah kenapa badan saya semingguan kemarin itu rasanya lelah banget. After singapore trip itu saya memang lanjut shopping rally di Jakarta great sale. Kelarin semua urusan persiapan lebaran dari Atha, husband, mama papa, kakak, adik, keponakan, mertua sampai adik ipar semua beres. Si fitri juga. Tinggal keperluan saya aja yang belum. Gampang lah itu mah. Bisa di sela-sela waktu istirahat hari jum'at. Huehehe.

Kenapa dibela-belain belinya sekarang? Bukan apa-apa, selain mumpung banyak sale, kalau pas ramadhan saya nyerah deh belanja belanji. Dimana-mana penuh. Lagian billing kartu kerditnya juga baru muncul belakangan, bisa langsung dilunasin  nanti kalo THR turun. Ya kan? Ini masalah strategi aja sih kalau menurut saya.

Tapi jujur, shopping is always reliefing. Capek tapi bahagia.

Nah, setelah kelar urusan shopping, sungkem deh sama orangtua sekalian minta maaf sebelum masuk ramadhan. Secara jarak, yang paling memungkinkan adalah ketemu mertua dulu di bogor minggu awal Juli. Setelah itu, gantian deh sungkem ke orang tua di Garut minggu lalu. Eh ternyata ada acara lamaran adik saya. Sekalian deh. Abis itu, kondangan ke kawinan sahabatnya husband di Bandung. Wow. Acara padat merayap. Cuti deh saya sehari.

Pulang dari Garut-Bandung, ada jadwal parents meeting di Pratiwi Pre-school dan Initial day di Qonita. Hayah, cuti lagi saya senin kemarin. Anter si bocah belajar ngaji di Qonita, abis itu ke Pratiwi urus administrasi, daftar anter jemput, bayar buku, seragam dan snack. Setelah itu lanjut belanja mingguan (sayur, daging, dll) di the foodhall Depok.

I feel like a useful engine judulnya :)

Saya baru masuk kantor hari selasa kemarin. Lalu hari ini hari krida. Jadi setelah hectic day berlalu, mari santai-santai dulu. Jakarta Great Sale masih sampai tanggal 14 Juli. *maksud?*

Selasa, 03 Juli 2012

Kok kerja? (update)

Setelah sekian lama, akhirnya saya pingin nyampah lagi di blog. Tiba-tiba kepikiran pingin nulis tema working mom lagi. Sampai sekarang dan entah sampai kapan issue ini akan jadi hot topics.

Suka heran deh. Kan manusia itu beda-beda. Bisa ga sih saling menghargai aja. Toh diantara semua perbedaan, benang merahnya ada kok : kita semua pingin hidup bahagia, selamat dunia akhirat. Ya kan?

Saya suka dengan timeline teman saya yang kurang lebih bilang bahwa mau bekerja atau di rumah, yang membedakan seorang ibu dengan yang lainnya hanya keberadaan fisik saja. Kalau kadar cinta mah, pasti sama. Langsung saya retweet. Setuju banget. Sungguh jahat orang yang berkomentar ibu bekerja itu ibu yang egois. Oh C'mon. Lo punya alat apa gitu yang bisa ngukur kadar cinta orang lain sama anaknya, dan yakin banget kalo rasa sayang lo udah pasti lebih besar daripada orang lain hanya karena lo di rumah dan dia kerja?

Dasar resek ih. Cih.

Atau, di lain waktu, ada juga yang mengkait-kaitkan dengan kodrat. Ya Alloh, tahun 2012 masih ada aja ya yang belum bisa membedakan apa itu kodrat. Kodrat perempuan itu tuh ya : punya rahim, punya payudara, mengalami menstruasi, dan hal-hal given semacam itu. Masalah kerja atau engga, itu balik lagi ke kondisi rumahtangga dan tentunya orang itu sendiri. Gemes banget kalau masih ada aja yang nyinyir berkodrat-kodrat ria.  Hih.  

Perempuan kerja lari dari kodrat? sebelah mananya? 

Gw kerja tapi gw tetep punya anak, menyusui anak gw juga, mengurus suami gw juga kok. Masalahnya definisi mengurus suami dan anak itu yang ga sama. Suami gw sendiri ga masalah dengan definisi 'mengurus keluarga' ala gw. Toh gw juga ga pernah ngeribetin dia sama urusan cuci baju, masak, nyapu, ngepel dan pekerjaan domestik lainnya, (meskipun kalau dia mau involve sampai kesitu gw akan sangat terharu juga sih). So, gw cukup disupport untuk kerja daripada stay di rumah tapi sibuk sirikin orang dan ngerongrongin suami. 

Jadi kalo masih ada yang ngomong gitu sih, saya suka mengibur diri dengan menganggap : Kalo yang ngomong cowok, mungkin dia ini kuper atau ga pede punya istri kerja kali, jadi justifikasinya kesana. Kalo yang komen cewek, pilihannya antara kurang wawasan atau iri. Deep down insidenya pengen juga tuh padahal nyobain gegayaan pake blazer, heels,meeting dengan kece, atau mininal dandannya ga cuman buat foto-foto naris doang lah. hihihi. Ih kok jadi ikutan nyinyir gini sih. Skip.

Eh tapi yah, sesungguhnya, bohong banget kalo saya ga kepikiran untuk stay at home. Itu pencitraan doang. Gini-gini, jiwa saya tetaplah jiwa emak-emak. Pasti pingin lah ngikutin tumbuh kembang anak dengan mata kepala sendiri. Terus kenapa sampe sekarang masih kerja?

Ngg, agak ribet dan panjang penjelasannya. Semua ga semata karena actualizations needs. Dulu sebelum menikah, iya banget saya perlu aktualisasi diri secara temen-temen semua udah duluan kerja di tempat yang bonafid. Gengsi juga kan. Tapi, setelah menikah, orientasi berubah. Aktualisasi diri ga sampe segitunya. Apalagi setelah menikah, selang sebulan, saya langsung hamil. Ostosmastis dong yang ada dipikiran nomor 1 adalah anak.

Sejak itu, saya mulai deh ribet tarik-tarikan antara mau lanjut berkarir atau stop. Kalo kata atasan saya yang sudah puluhan tahun kerja, katanya biasa itu kalo perempuan kerja pengen berhenti. Gubraknya, ucapan itu keluar dari ibu bos dengan pangkat tertinggi di kantor. Beliau berhasil melewati  masa-masa itu dengan baik. Tapi dulu, ternyata sama aja ya, perempuan dimana-mana juaranya galau.

Jadi gini, pertimbangan saya sendiri kenapa masih lanjut adalah karena situasi dan kondisi rumah tangga saya masih memungkinkan untuk itu. Selain itu, kalau di lihat dari fasilitas remunerasi kantor, masih sayang untuk dilepas. Apalagi anak dan suami juga ditanggung. Double protection kan jadinya, bisa ke kantor suami atau ke kantor saya. Saya ga tau umur saya, saya juga ga tau apa yang akan terjadi di depan, yang bisa saya lakukan adalah mempersiapkan yang terbaik untuk keluarga saya, terutama anak, jika something happen with me or husband. Bukan ga percaya sama Alloh, tapi masak salah sih kalau kita mempersiapkan segala sesuatunya sebaik mungkin? Alloh juga ga pingin kan kita cuma ongkang-ongkang terus sim salabim apa yang kita mau tiba-tiba terwujud. Harus ikhtiar dong ya..

I don't say that stay at home itu ongkang-ongkang, No. Saya juga tau gimana capeknya mengurus rumathangga, anak, suami dan hal-hal domestik lainnya. Sama, those activities are also time consuming and exhausting. I really put my appreciation on that. It is also part of ikhtiar. Tapi kembali lagi ke situasi dan kondisi rumah tangga masing-masing. For now, it's just not applicable in mine. Entah nanti.

Balik lagi ke alasan kenapa masih kerja, bagi saya ini juga bisa jadi salah satu wujud syukur saya. Sungguh saya bersyukur diberikan Alloh banyak kemampuan, lalu ketika saya mewujudkan rasa syukur saya dengan berusaha mengotimalkannya dengan berkontribusi untuk negara, apa itu salah? mudah-mudahan engga ya, karena sebelum saya mendedikasikan diri saya untuk skala yang lebih sekunder, saya pastikan dulu skala primer saya, which is anak dan suami, terpenuhi dengan baik. For this, I thank you so much for my family for being around and makes everything possible.

Alasan lain yang juga klise adalah orangtua saya. Saya masih ingat, waktu pertama kali saya diterima di tempat kerja saya sekarang, yang menitikan air mata haru adalah ayah dan ibu saya. They are so proud. Maklum, riwayat keluarga saya PNS. Yah pokonya jadi birokrat buat mereka itu cool banget deh. Padahal at that time saya keterima juga di Conoco Phillips Indonesia. Alhasil begitu pengumuman BI keluar, contract Conoco yang udah tinggal sign langsung di lepas. Kalo dilihat dari sisi carier path maupun salary sih maybe masih bagus Conoco yah, secara multinational oil company gitu. Tapi rasa bangga orangtua saya itu ga sebanding dengan materi. Bok, I'm include the 200 of 30.000 peserta seleksi waktu itu. Merinding deh kalo ingat itu.

Jadi, untuk semua pengorbanan tulus Bapak Mamah, apapun akan saya lakukan. Ini jadi bukan lagi sekedar materi, tapi bagaimana caranya menggantikan rasa bangga dan bahagia orangtua saya?

Mungkin karena ridho orangtua, dan ridho suami juga sampai saat ini saya masih bisa menjalankan dua-duanya. Karir dan keluarga. Alhamdulillah banget. Sungguh saya bersyukur. Meski bukan tanpa kekurangan, rumahtangga maupun kehidupan berkarir saya baik-baik saja.

Meski begitu, jika nanti saya benar-benar dihadapkan dengan situasi deadlock dimana saya harus memilih, karir atau keluarga (misalnya kalo husband masuk deplu dan dapet penempatan luar negeri dan sebagai istri diplomat saya harus ikut), tentu saya pilih keluarga. Setinggi-tingginya cita-cita saya, tetap ujung-ujungnya keluarga.

Sementara ini, karena situasi masih mendukung, saya jalani peran saya sebaik-baiknya. Jadi, sungguh, saya ga perlu lagi di judge atau dinyinyirin macam-macam ya dengan pilihan saya ini. Toh jika memang yang terbaik adalah stay at home, saya juga ga menutup diri kan. Saya percaya semua ada waktunya. Lagian, semakin kita nyinyir sama pilihan orang lain, sesungguhnya semakin kita menampakan betapa rendahnya kelas kita. Kan katanya, when you judge someone, you don't define them, you define your self. Betul banget itu.

Saya juga percaya teori kebalikan. Yaitu ketika kita koar-koar bangga dengan pilihan kita dengan cara menyudutkan orang yang tidak sama dengan kita, itu sebenernya menunjukkan betapa insecure-nya diri kita. Bilang bangga ini itu, bahagia bisa begini begitu, padahal di dalemnya membara dan penuh kegamangan, do you really happy? If you do happy, you don't need people recognizition of your happiness. Penting banget kah pengakuan orang kalo kita bahagia? Happiness is in within, isn't?

Jadi inget film sex and the city (lupa season berapa, pokonya yang episode ke abu dhabi), Carry pernah mengajukan sama suaminya tentang me time. Jadi untuk menghilangkan kebosanan, si carry ini mau tinggal di apartemen lamanya sebulan sekali. Nah ide ini terus di nyinyirin sama temennya yang full house wife.  Kok udah nikah masih perlu me time segala. Dia sendiri udah punya dua toddlers dan ngakunya bahagia selalu tanpa me time.Beberapa saat mereka jadi renggang gara-gara beda pendapat. Tapi, at the end of the movie, tau siapa yang ada di apartemen itu untuk me time? yes, itu si ibu yang tadi nganggap ide me time egois. Hahaha, malah dia kemakan omongannya ya.

So, jalani hidup biasa-biasa aja lah. Banyak bersyukur dan stop judging people. Stop being nyiyir juga. I mean it. Hidup itu berputar, kawan. Just be good, karena kita ga tau kapan ada di atas, kapan ada di bawah. Iya ga?

Senin, 02 Juli 2012

Friends, you're mean a lot

Barusan nengokin my wedding blog disini dan baca guest booknya. Alhasil, saya jadi senyum-senyum sendiri. Our friends are just so funny. Thanks guys, your words is so entertaining. Kalau lagi down, baca tulisan-tulisan mereka itu menghibur banget. Sometimes mengembalikan semangat yang mulai kendor.

Saat saya menikah dulu teman-teman mendo'akan saya dan suami bisa membentuk keluarga yang samarra.

Well, we are still working on it :)