Jumat, 20 Juli 2012

Sadar keuangan (part I)

Saya Insya Alloh memulai puasa besok. Tapi semangat ramadhan sudah mulai dari hari ini. Dan entah kenapa, semesta mendukung sekali semangat saya. Di saat saya sibuk mengkalkulasikan penerimaan bulan ini+THR (aheeemmmm), di saat yang sama saat keinginan untuk membeli ini itu, atau vacation kesini kesitu bermunculan, eh tiba-tiba saya mendarat di blog ini . Saya anggap ini sebagai reminder dari Alloh (saya percaya bahwa tidak ada satu hal pun yang terjadi secara kebetulan), bahwa there are still lots of things to do with that amounts.

Iya, there are still lots of things to do.

Di urutan primer saya : Dana pendidikan anak, Dana Darurat, Dana Haji

1. Dana Pendidikan


Dana pendidikan anak apa kabar? Insya Alloh sejak Atha di kandungan, saya sudah berpikir mengenai hal ini.  Sayangnya, pada saat itu saya masih belum cerdas secara finansial plus tidak tega dengan saudara, jadilah saya kadung memiliki dua unitlink. Ya sudah lah. Those two unitlinks will be our first and last invesment instrument to hold. Sekarang unitlinks saya sudah masuk tahun ketiga, untuk dicairkan juga malah rugi. Jadi, Bismillah, si unitlink mau saya lanjutkan sampai 10 tahun. Toh potongan dana setiap bulannya juga ringan. Lumayan, jika dihitung, tabungan pendidikan+2 unitlink untuk Athazka Insya Alloh cukup sampai dia SMU, bahkan kuliah. Timing pencairan juga sudah saya atur ketika Atha masuk TK, SD, dan SMP. Sudah level aman? belum juga. Bagaimana jika nanti Atha passionnya adalah di dunia kedokteran. Hayah, mari membuat ember tampungan baru untuk menampung penyisihan pendapatan saya dan husband supaya mimpi Atha bisa terwujud. Saya ingin bisa mengatakan pada Atha :" Go with your dream, son. we're behind!"

So, untuk saat ini, prioritas utama saya adalah dana pendidikan. Sumbernya dari mana? dari mana lagi kalau bukan dari penghasilan setiap bulan. Setelah KPR, KPM, Zakat, maka  pos berikutnya adalah si Dana Pendidikan ini. Nanti kalau merencanakan anak kedua, saya ingin membuat financial plan-nya juga. Maunya sih begitu. Mudah-mudahan Allah merestui. Amin.


 
2.Dana Darurat

Ini termasuk pos penting juga dalam rumah tangga. Apa salahnya mempersiapkan diri untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga. Misalnya, kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba, atau kerabat sakit, atau adik menikah atau .. yah banyak lah hal-hal yang tidak terduga yang bisa mengganggu cashflow rumahtangga kalau tidak dipersiapkan. Sebisa mungkin saya mengatur supaya dana yang seharusnya digunakan untuk pendidikan anak terpaksa digunakan untuk hal-hal lain, meskipun sifatnya force major. Nah supaya tenteram, maka dana darurat ini harus dibentuk juga. Idealnya 9 kali biaya hidup. Kalau diaplikasikan ke saya, berarti termasuk 9 kali biaya cicilan KPR dan dana Pendidikan Atha (KPM tidak dihitung karena kredit yang saya ambil jangkanya sangat pendek).

Karena peruntukkannya adalah untuk sesuatu yang darurat, maka instrumennya pun pilih yang cukup likuid. Prinsipnya, lebih likuid lebih baik. Kalau butuh dana tunai cepat, instrument yang kita pilih bisa diandalkan.Saya sendiri memilih instrument fine gold alias emas batangan. Ngg, ada yang perhiasan juga sih (untuk perhiasan, jangan harap bisa diandalkan dalam waktu dekat kecuali rela nilainya tergerus. Tapi kalau dalam jangka panjang masih oke kok. Kalau harga emasnya naik gila-gilaan, biaya ongkos perhiasan bisa ditutup bahkan surplus. Contohnya perhiasan under tahun  2010 ).


Kenapa tidak tabungan atau deposito? Hm, saya termasuk tipe yang susah melihat uang nganggur alias hobi belanja belanji. Tidak compatible dengan simpanan dalam bentuk tabungan. Nah kalau deposito, timing pencairannya kurang fleksibel. Harus tunggu jatuh tempo dulu. So, fine gold jadi pilihan deh meskipun tetap ada risiko return lebih kecil daripada waktu beli. Yang penting nyaman di hati.

Btw, jadi si Dana darurat sudah sampai mana? Masih jauh bos. But, we are always working on that. Oiya, Dana Darurat ini sudah pernah beberapa kali dipakai, terutama waktu orangtua sakit. Waktu ke Paris juga (Sungguh tidak sesuai dengan peruntukkan. Tapi daripada berhutang untuk vacation, ya terpaksa ambil dana darurat dulu. Waktu dapat bonus tahunan,  langsung  deh ditutup). Sumber dana untuk dana darurat ini adalah dari bonus tahunan saya dan husband. Jadi tidak mengganggu cashflow. Kalau mengacu kepada 9 kali living cost, sepertinya masih jauh deh. Jadi lupakan ya itu beli cincin diamond atau luxury vacation sebelum dana darurat ini sampai pada level aman.

3. Dana Haji

Sebagai seorang muslim, tentu saya bercita-cita naik haji. Kalau sudah mampu, kan hukumnya jadi wajib seperti halnya syahadat, shalat. puasa, dan zakat.  Nah, mumpung masih muda, inginnya bisa menunaikan kewajiban ini sesegera mungkin. Bukannya sok merasa sudah masuk ke kategori "mampu", tapi saya sendiri sudah sampai ke tahap cukup secara material, dalam artian, sandang pangan papan yang saya miliki sudah cukup layak. Kalau berpikir duniawi terus sih pastinya never ending demand. Sudah punya rumah 1 ingin jadi 2, punya 2 ingin jadi 3, dst. Tidak. Saya sudah memantapkan diri saya untuk mengalokasikan kelebihan rejeki rumahtangga untuk berhaji terlebih dahulu sebelum saya beternak rumah atau gonta ganti mobil. Sumber dananya darimana : Sama seperti dana darurat, dana haji diambil dari bonus tahunan+sisa THR. Kalau KPM selesai tahun ini, rencananya si ekses likuiditas akan dialokasikan kesini juga, Insya Alloh. Mudah-mudahan bisa berangkat secepatnya. Amin ya Alloh ya robbal alamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar