Suntuk menunggu di stasiun, aku pun menulis blog..
Alhamdulillah, kali ini pak masinis tidak meninggalkanku.. Tidak pula ingkar dari jadwal yg ditentukan.. Yay!
Pakuan penuh, tp nasibku cukup baik sore ini. Aku bs duduk, meski sedikit was-was takut diusir, krn kursiku sebetulnya kursi khusus di kereta. Kau tau kan, itu loh kursi yg diperuntukkan utk ibu hamil, ibu dan balita, manula, dan penyandang cacat.
Mudah2an tidak ada orang2 berkategori itu naik di stasiun berikutnya spy aku bs duduk tenang menulis blog..
Aku br menyadari bahwa aku suka sekali menulis. Hari ini bahkan sampai 2x posting. Ada hal menarik yg ingin kubagi..
Siang ini aku berencana lunch di sarinah dgn tim hore. Karena cpanas, kami pun memutuskan utk naik taksi. Tidak perlu blue bird, krn jaraknya dekat sekali dgn kantor (ya bs dikatakan kami cukup hedonis dlm hal ini, tp wajar kan? Cuaca panas gitu loh!). Dan tepat ketika kami sampai di depan gerbang kantor, disitulah nasib mempertmukan kami dengan taksi silver merk celebrity. Tanpa firasat apa2, kami pun menumpang taksi tersebut, tentu dengan itikad baik..
Kami pikir pak Taksi sudah mengerti aturan main lalu lintas Jakarta, terlebih lagi thamrin. Maka ketika kami menyebutkan tujuan 'sarinah', ditambah sedikit petunjuk 'muternya di bank mandiri ya pak?', kami pun mulai mengobrol dengan asyik. Aku di duduk di depan, mba ria dan mba santi di belakang.
Tak disangka, pak taksi betul2 memutarkan taksinya di DEPAN Bank Mandiri, bukan masuk ke dalam bank lalu keluar lagi dengan konsekuensi bayar parkir rp2000 spt yg biasa kami lakukan dgn supir2 taksi sebelumnya.
Harap2 cemas kami berdoa semoga tidak ada polisi yg melihat. Kau tau kan, di perempatan Thamrin-kebon sirih, mobil tidak boleh sembarangan memutar. Tp kala itu lampu hijau, tancap gas sedikit saja, maka selesai urusan. Namun apa daya, kemalangan menimpa kami. Menjelang giliran taksi kami belok kiri, lampu mendadak jadi merah..
Sekonyong2 datanglah petugas DLLAJR yg sedari tadi bersembunyi di kerimbunan pohon (jd inget iklan A-Mild). Pak Jonny namanya. Sangar dan galak. Tp pak Sopir tak gentar. Kami yg gentar. Bukan apa2, waktu makan siang kan terbatas, sayang kl jd habis gara2 debat kusir dgn oknum2 itu. Nego saja lah, beres urusan (untuk urusan semacam ini mental kami tak lg idealis dan tiba2 sepakat menganut budaya orde baru)
Pak Jonny menyalak, Pak sopir menyangkal. Pak Jonny membentak, pak Sopir membalas. Perseteruan semakin sengit kala pak Jonny meminta dengan paksa surat2 Pak Sopir. Kala itulah pak sopir dengan heroiknya bertahan. Buntu. Dan panas. Apalagi kami terperangkap di dalam taksi. Panas yg sebetul2nya.
Tak lama kemudian, datanglah polantas muda yg bermaksud menengahi mereka. Tp pak polantas -yg menurutku dan mba santi cukup tampan- rupanya berat sebelah. Tentu saja dia lebih membela pak Jonny krn merasa senasib sepenanggungan, mengawasi lalu lintas dr pagi hingga petang..
Kasihan pak sopir, dibentak2 oleh mereka. Tapi salahnya juga sih. Ngeyel dan menantang polisi dgn perilaku yg minim etika..
Sebetulnya kami ingin membantu pak sopir krn merasa punya andil atas musibah yg dia alami. Terlepas dr perilakunya yg keras kepala, mungkin petunjuk kami tadi terlalu umum sehingga menjerumuskannya..
Namun rupanya pertengkaran semakin menjadi2, dan cuaca semakin panas. Pak sopir tetap bertahan utk tidak menyerahkan surat2nya. Mungkin dia tidak punya (mba santi berani bertaruh kl 70%pak sopir tidak pny surat). Rekan pak Jonny, seorang petugas DLLAJR lain yg kebapakkan turut meramaikan suasana. Mas polantas menyarankan kami untuk naik taksi lain. Mungkin karena kasihan melihat kami kepanasan di pinggir jalan.
Ragu2, kami pun berembug. Antara lapar dan kasihan. Akhirnya kami memutuskan untuk memberikan uang secukupnya kpd pak sopir dan berjalan kaki ke kawasan wisata mandiri (BDN) dan lunch disana.
Kami sengaja tak memberi banyak, krn sudah pasti tak lama lagi akan berpindahtangan bukan? Ah, kau pasti mengerti..
Dengan penat, kami makan siang dalam suasana panas tenda BDN. Tapi rupanya rasa kenyang ini tidak menghilangkan perasaan bersalah kami pada pak sopir malang itu. Ah, seandainya saja tadi kami bisa bersikap lebih berani dan luwes menghadapi pak Jonny cs, mungkin pak sopir tak perlu histeris dan panik..
Bang Johny is soooo cocky!!! May God protect the taxi driver...
BalasHapusMissing the old funny guy, too...Wonder what we'd be if he's still around...