Hari ini aku melewatkan pagi yang bersemangat bersama suamiku.. sepertinya badanku terlalu letih untuk melakukan aktivitas seperti biasa.. Sebenernya sudah sejak Desember tahun lalu aku keletihan yang amat sangat, tetapi semangatku selalu bisa mengalahkan semuanya. Tp hari ini aku mengalah, berkompromi dengan tubuhku yg sudah meronta-ronta ingin istrirahat. Kebetulan hari ini jam kantor berlaku efektif setengah hari saja, krn after lunch akan ada acara perpisahan pimpinanku yg akan memasuki masa purna bakti.
Seharian aku di rumah bersama Athazka. Menyenangkan sekali, meskipun melelahkan juga. Kau tahu kan, pengasuh atha pulang lagi. Sebagai last resort, tentu saja mamah enin jadi andalan. I love my mom soooo much! sosok wanita kuat yang sederhana, tulus dan penuh cinta. Hatinya luar biasa cantik. Mamaku dulu bekerja, namun kami tidak pernah kekurangan kasih sayangnya. Anak-anak mama tumbuh sehat dan pintar (fyi, kami semua lulus kuliah dengan predikat sangat memuaskan serta cumlaude, sombong mode: on). Dan ayahku, ah.. tidak perlu dipertanyakan lagi. Pria hebat itu tentu saja sangat beruntung memiliki istri seperti mama. Through good or bad, for better for worse... she still beside him. Kisah cinta mereka so much inspiring. Dan aku sungguh beruntung dibesarkan dikeluarga yang sangat demokratis. Ayah sebagai Presiden, ibu sebagai Perdana Menteri, dan anak2 ibarat anggota parlemen.
Aku baru saja membaca buku La Tahzan For Working Mom. Alhamdulillah, ternyata masih banyak ibu-ibu hebat lainnya yang seperti aku dan mamaku. Bukan berarti aku menyepelekan ibu rumah tangga. Tentu saja tidak, karena bekerja maupun tidak bekerja, seorang prestasi seorang ibu akan dinilai dari seberapa hebat dia menghandle rumahtangganya, terutama mengurus suami dan anaknya. Kau setuju kan?
Knowing that I'm not alone sangat membuatku bangga dan semakin bersemangat untuk tetap menjalankan profesiku sebagai analis. Jangan ditanya soal keletihan pada seorang working mom, karena dari skala 10, mungkin keletihan yang kami rasakan adalah 11. Otak ini bekerja seharian penuh. Kau tahu, saat ini Athazka sudah berusia 10 bulan dan aku masih menyusui! Itu berarti aku masih melakukan kegiatan memomopa di sela rapat dengan pihak ketiga di kantor serta mengalami restart tidur pada malam hari karena aktivitas menyusui athazka tadi. Dan tentu saja aku belum bisa melakukan diet untuk menurunkan berat badan, tp ah.. sudahlah.. bagiku yang terpenting adalah tumbuh kembang athazka..
Suamiku sendiri sebetulnya sudah memiliki pekerjaan bagus yang -untuk angkatan kerja berusia 27 tahun- memiliki penghasilan jauh lebih dari cukup. Belum lagi variabel income dari perjalanan dinas luar negerinya yang cukup sering itu. Duh, kok jadi sombong gini ya. Aku hanya ingin menghindari pandangan orang-orang yang menganggapku bekerja karena suamiku tdk mampu menafkahiku dan anakku. Bukan begitu. Suamiku adalah seorang laki-laki hebat yang bertanggungjawab. Dan percayalah, dia mapan. Dan dia sebentar lagi akan menyelesaikan studi masternya yang -aku yakini- akan berkorelasi secara positif dalam perjalanan karirnya ke depan, Insya Allah. Dalam 2 tahun pernikahan kami, aku adalah saksi hidup dlm lompatan-lompatan karir suamiku,dan aku bangga bisa mendampinginya from no one to someone, from nothing to something, and I'm so excited to step to his another journey of career.
Aku mungkin idealis, tetapi sesungguhnya alasanku bekerja adalah karena aku ingin memberikan yang terbaik semampuku dalam hidupku. Aku ingin menjadi sebaik-baiknya manusia, yaitu yang bermanfaat. Bukankah Siti Khadijah, istri Nabi Muhammad SAW, pun adalah seorang pengusaha (which is a working mom?). Sungguh sayang jika potensi yang telah Allah karuniakan padaku ini hanya aku gunakan untuk diriku sendiri, atau -paling banter- keluarga kecilku. Jika memang aku bisa memberikan kontribusi yg lebih untuk orang banyak, Jika dengan bekerja aku dapat memperoleh pahala silaturahim dan sedekah, maka aku memilih untuk bekerja.
Memang betul adanya ketika kita berumahtangga, maka konsep rejeki akan menjadi satu pintu. Tetapi dalam penalaranku, bukan berarti secara spesifik penghasilan hanya dicari oleh suami saja. Allah memberi rejeki bisa melalui suami maupun istri. Satu pintu means, segala penghasilan yang didapat selama masa pernikahan adalah rejeki untuk rumahtangga tersebut. Tidak ada lagi penghasilan istri atau suami, yang ada penghasilan bersama. Arogansi dalam hal ini sangat tidak benar. Tidak berhak seorang manusia berbangga hati dan menyombong-nyombongkan penghasilannya di depan istri/suami, karena sesungguhnya Allah-lah yang menitipkan rejeki itu padanya. Satu hal lagi, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Siapa yang mengetahui usia kita? dan bayangkan jika something happen with our husband and we don't have any job, what will we do? and how will our children's need be fullfilled? oleh karena itu, bekerja keras dan menabunglah.Jika kau tidak bekerja, maka jadilah manajer keuangan keluarga yang baik. Bangun kemandirian dengan berinvestasi dan mengikuti asuransi jiwa. Jika kau mencintai suamimu, berhentilah menggantungkan seluruh kebutuhan keluargamu padanya seorang sedangkan kau 'hanya' menikmati semuanya as u take it for granted. Baik suami maupun istri harus melebur menjadi satu tim yang kompak! Setuju kan?
Tetapi memang tantangan menjadi seorang working mom tidaklah mudah.Karena bagaimanapun juga, suami dan anak adalah nomor satu. Dalam lelah, aku masih menyempatkan diri untuk mengurus suamiku. Dari mulai menyiapkan pakaian sebelum ke kantor, menyuapinya sarapan di mobil, membuatkannya air hangat untuk mandi pagi dan sore, membuatkannya minuman hangat pagi dan sore, membereskan semua keperluan travellingnya, membelikannya baju, celana, ikat pinggang, kacamata ,dll. Kebetulan suamiku adalah tipe yang terbiasa dilayani sedari kecil, jadi mau tidak mau aku harus mengurus semua keperluannya, bahkan dari hal-hal yang remeh temeh sekalipun. Bisa dibilang aku ini istri merangkap manajer keuangan dan investasi, kepala urusan rumah tangga, sekaligus fashion stylish untuk suamiku. Alhamdulillah, benar-benar multifungsi. So far, Insya Allah semuanya berjalan dengan baik. Suamiku sehat dan tampak terawat. Atasan dan teman-temannya seringkali memuji penampilannya (memang sih kl aku naik kereta bersamanya, he is so stunning,hehe) dan prestasinya, duh senangnyaaa..
Dan aku pun mengurus athazka. Alhamdulillah Athazka pun tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas. Aku memang tidak setiap waktu bersamanya, namun aku yakin Allah menjaga pangeranku ini. Karena Allah lah yang Maha Berkehendak. Apapun dapat saja terjadi, sekalipun aku di rumah kan? oleh karena itu, aku lebih percaya pada kekuatan do'a daripada sibuk berspekulasi mengenai cara terbaik mengasuh anak. Allah tau, betapa aku mencintai Athazka lebih dari aku mencintai diriku sendiri. Allah tau,betapa aku selalu berusaha memberikan kemampuan terbaikku untuknya. Aku lah yang mengurus perlengkapannya, menyiapkan bahan makanannya, melatih pengasuhnya, mengajarkannya berdoa dan membacakannya cerita sebelum tidur. Alhamdulillah,meskipun aku bekerja, Athazka lebih dekat denganku daripada pengasuhnya,bahkan ayahnya.
I'm so much unhappy with those who judge me from my appearence and comparing to them. Menurutku amatlah bodoh dan dangkal jika kau mengira-ngira kebahagiaanku hanya karena aku tak bersolek. Dengan semua kesibukanku, praktis yang terakhir kali kupikirkan adalah diriku sendiri. Dan dengan waktu yang terbatas itu, aku lebih memilih belajar, membaca buku tentang perkembangan anak, dan hal-hal bermanfaat lainnya. Sedari dulu aku memang tidak terlalu berminat dengan urusan kecantikan sih. Aku hanya berdandan jika ke kantor dan ke pesta. Suamiku sendiri sejak dulu paling tidak suka melihatku berdandan heboh. Padahal dalam Islam, seorang wanita diperbolehkan berdandan hanya untuk suaminya,bukan untuk orang lain, apalagi jika kelak kau menjadi Riya karena kecantikan yg sengaja kau pamer-pamerkan pada orang lain. Klop sudah faktor-faktor demotivasi bersolekku.
Seorang sahabat pernah mengatakan bahwa wajahku sekarang kuyu. aku memang lelah, tidak dipungkiri. Tetapi Aku bahagia. Bayangkan saja, di usia yang baru 27 tahun, aku telah memiliki keluarga yang lengkap : suami yang shaleh dan anak yang lucu. Dan Allah sungguh baik padaku karena di usiaku dan suami yang masih muda ini, Allah berkenan mewujudkan mimpi kami setiap tahunnya. Tahun 2008 kami menikah, 2009 Athazka lahir, 2010 kami membeli rumah pertama kami, Insya Allah tahun 2011 cicilan mobil kami selesai (mobil untuk mamaku), dan jika Allah berkenan , pada tahun 2012 kami ingin menunaikan ibadah haji (amin).
Oya, kami juga bercita-cita tinggal di luar negeri, tepatnya di Brussel (amiin). Jadi,meskipun sekarang aku bekerja di sebuah instansi besar dengan fasilitas remunerasi yang sangat baik, tetapi jika pada waktunya suamiku memintaku untuk berhenti bekerja dan mendampinginya secara utuh, dengan senang hati aku akan mematuhi suamiku demi mewujudkan cita-cita kami tersebut. Sampai kapanpun, aku adalah co-pilot suamiku. Semoga Allah meridhai langkahku.. amin..
hhmmmm,, what should I write, my dear icha??
BalasHapustulisan ini dengan tepat menggambarkan kehidupan wanita bekerja tapi kalo icha yang jalanin semuanya jadi tampak mudah dan gampang (walau uni tau itu ga segampang yang kelihatan) serta well organized,,
mungkin uni beruntung karena si kakak (my hubby) bukan tipe suami yang kudu diurusin semuanya,, paling2 yang biasanya uni bikin teh manis hangat, atau masak pas hari libur,, that's it,, tapi uni selalu berusaha nyediain bahu untuk kakak melepas lelah plus senyuman manis pas kakak pulang,,hahahhahaaa,,,
alhamdulillah banget cha,,, icha bisa menjalani hidup sesuai dengan planning2 yang udah icha buat, seperti nikah, punya atha, mobil dan yang terakhir rumah,,, alhamdulillah banget sayyy,,,,
oia, satu lagi cha,, masalah penghasilan itu,, uni beberapa kali browsing2 tentang hal ini,, ternyataaaa,,, penghasilan bersama malah tidak dikenal dalam Islam,,, ketika menikah penghasilan suami dan istri tetap disebut sebagai penghasilan suami dan penghasilan istri,,, cuma karena suami yang wajib menafkahi istri maka penghasilan suami pun akan digunakan untuk menafkahi anak dan istrinya dan istri pun ketika menggunakan penghasilan suami harus meminta izin dulu,, sedangkan untuk penghasilan istri bisa digunakan untuk keperluan RT atau tidak ya itu tergantung kebijakan sang istri,,, itu rangkuman hasil browsing uni cha,,,
soal menggantungkan kehidupan kita, sebagai istri, kepada suami aja,,, SETUJUUUUU banget cha,,, bukan mikir macem2 tapi kalo besok terjadi apa2 sama suami setidak2nya anak2 masih bisa melanjutkan hidup dan sekolah mereka dengan baik,,,
dan satu lagi cha, please give yourself a break,,, kalo kita ga pinter2 jaga kesehatan akibatnya malah banyak yang terbengkalai,, jangan malah waktu untuk diri sendiri yang dinomorakhirkan cha,,,
segini cukup cha commentnya??? :D
Kyaaa.. gedubrakkk..Uniiii.. kynya ini adalah comment terpanjang sepanjang sejarah blog gw..
BalasHapusThanks ya sist, you're really listen to this..
hasil browsingannya uni menarik bangeeeeettss.. aseeekk.. ntar gw edit di bagian itu yaaa..
Also thanks for reminds me.Insya Allah aku jaga kesehatan kok ni. Aku cm flu, trus di kantor juga lagi ga banyak kerjaan,jadi izin deh. overall, I'm okay :)
cm mungkin kurang sering shopping aja, hahaha..
Salam untuk kakak reza, zahwa and Heyza..
They're so lucky to have you :)
Great mom!
ati2 chaaa,,, jangan jatuh atuhhh,,,
BalasHapusterpanjang?? apa kepanjangan ya cha?? yang icha tulis menarik jadinya uni semangat kasih commentnyaa,,, hahahahhahaaaa,,,,
waktu itu lagi browsing2 tentang harta gono gini dalam Islam cha,,, jadi dapet bahan seperti itu,,,
jadi sekarang ada di rumah ya?? sama donkkkss,,, (uni kan emang sering di rumah yaa,,,, niat bikin tesis malah belum mulai2 jugaaa)
kurang shopping?? ck,,,ck,,,ck,,, atau uni aja ya yang kurang perempuan??? ga terlalu tertarik shopping siy cha,, kecuali kalo ke toko buku,,,
salam juga untuk yosi dan atha,,, both of them r so lucky to have u in their live,, :D
Dia..Seorang ibu yang luar biasa bagi seorang jagoan kecil yang luar biasa, dan seorang istri yang luar biasa bagi seorang suami yang luar biasa..
BalasHapusSetiap pagi, dia selalu menyuapi sarapanku..kala aku bertarung dengan waktu memacu kendaraan menuju stasiun kereta..
Setiap sore hari, dia selalu menungguku..berpegangan di tiang dalam kereta api dan senyuman manis itu selalu menghiasi paras cantiknya..yang dalam sekejap menghapus semua letih lelahku bertarung melawan sadisnya ibukota..
Peluh keringatku takkan pernah dapat mengganti peluh keringatnya saat dirinya mengurus semua detail keluarga kami..
Terima kasih..terima kasih sahabat hidupku..
To aa, my best friend.. Shall we reach our dreams ahead? coz i just wanna reach them all with you..
BalasHapusMemangnya ada yang merendahkanmu karena tidak bersolek?
BalasHapusPrinsipnya, baik ibu yang punya karier dan ibu rumah tangga sama2 bagus. Menjadi wanita pekerja itu berbeban ganda karena pengasuhan dan penyelenggaran keluarga biasanya dinisbatkan ke ibu sementara suami biasanya dianggap 'bukan tugas utamanya'.
Namun menjadi Ibu Rumah Tangga penuh juga adalah pekerjaan tidak mudah. Saya cenderung gak suka bahasa2 normatif semacam "mulia, agung, pengabdianku". Secara praktis belaka, menjadi ibu RT bukan hal mudah. Serupa pekerjaan kantoran, pekerjaan domestik dapat menimbulkan rasa penat, tekanan, kebosanan.
Ringkasnya, dalam segala aspek kehidupan, selalu ada situasi menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Dulu, ketika masih muda, saya dihinggapi kecenderungan merendahkan perempuan ibu rumah tangga dan meninggikan ibu pekerja kantoran. Namun ketika jadi "emak2" dan berinteraksi dengan nyonya-nyonya rumah, saya berkesimpulan bahwa TIDAK SEMUA ORANG MAMPU MENJADI NYONYA RUMAH YANG BAIK.
Mengapa? Karena saya tidak bisa seperti mereka. Masakan saya tidak enak. Saya mengagumi penataan interior salah seorang nyonya rumah. Saya mengagumi kesupelan seseorang nyonya rumah, kepandaiannya bergaul, cara dia kelihatan elegan dan pandai meski "cuma" tamatan SMU..
So, selamat menikmati hidup..
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSetuju mba Mei,
BalasHapusIbu rumah tangga adalah sama mulianya dengan ibu pekerja.. sama-sama memiliki tantangan tersendiri..
Aku memang mengagumi mamaku yang seorang wanita pekerja, tetapi aku juga mengagumi mama mertuaku yang seorang ibu rumah tangga. Iya sih, dalam beberapa hal ibu mertuaku ini kelewat idealis dan gak praktis, tp di sisi lain, aku suka dengan totalitasnya..
Tulisan di atas aku posting bukan untuk membangga-banggakan ibu pekerja. Adapun aku, dengan berbagai pertimbangan di atas memang memilih untuk bekerja, namun aku tidak pernah merasa superior karenanya..
Satu hal mba Mei, menurutku seorang ibu, apapun perannya, haruslah memiliki jiwa KEMANDIRIAN. Cinta kan seharusnya tidak membuat kita lantas merasa berhak untuk menggantungkan semua keinginan kita kepada pasangan. No. Dengan ataupun tanpa suami, kita harus bisa mengaktualisasikan diri kita, menggali potensi yang kita punya dan memperoleh kepuasan serta kemerdekaan sebagai invididu. Saat suami jatuh, kita bisa membantunya bangkit, tidak ikut-ikutan menimpanya dengan tangga karena omelan-omelan yang tidak pantas, hanya karena keinginan kita menjadi tidak terpenuhi. Hidup kan berputar..
Dan kl kau bertanya adakah yang merendahkanku karena aku gak bersolek? Mba, di dunia yang heterogen ini, tidak semua orang seperti aku. Ada sekelompok orang yang sangat mengagung-agungkan kecantikan dan bahkan terobsesi olehnya. Mereka inilah yang mengamini hipotesis kaum adam bahwa beauty and brain doesn't come together. It doesn't mean that I'm feeling my self is smart, tetapi what should i say to orang yang setiap hari hanya mengutamakan penampilannya dan mungkin akan bunuh diri jika sesuatu merusak wajahnya? and what should i also say untuk orang yang merasa merasa berhak untuk menuntut kehidupan yang karena kecantikannya lantas merasa berhak menuntut kehidupan yg glamour sebagai timbal balik dari upayanya merawat diri? Lebih parah lagi, mereka juga menilai orang lain dengan standar mereka! Tell me, how should I say?
Syukurlah mereka tidak berada dalam lingkaran keluarga besarku..
yah, tidak apa-apa mba. seperti katamu, dalam setiap sisi kehidupan akan ada hal yang menyenangkan maupun tidak..
Thanks for the comment..
O, soal kemandirian, saya melihatnya ke soal mentalitas. Ketika seorang perempuan menikah, dia harusnya tetap menjadi dirinya sendiri, tidak kehilangan identitas dan otonomi dirinya. Meski dalam relasi apapun, akan selalu terjadi adaptasi dan kompromi.
BalasHapusIngat frasa "Cinderella Complex" yang kusebut di FB? Ini sebuah sindrom ketika jauh di dasar hatinya perempuan 'takut' sendirian dan menjadi mandiri serta selalu mengharapkan seorang pangeran (dalam hal ini tentu saja sang suami) akan melindungi dan menyelamatkannya.
Kerap juga kita menemukan, pernikahan bagi segolongan perempuan dijadikan sarana mencapai "hasrat dan cita2" yang tak sampai. Dalam proporsi wajar, gak napa2. La, kalo melebihi kapasitas suami, keok lah.
Ada remeh-temeh lucu. Ada kawan baru menikah. Dulu zaman mahasiswi, beberapa resto/warung makan tak mau dimasukinya dengan alasan "mahal". Begitu jadi manten baru, yang dibikin daftar "resto2 masa lalu" itu. Bener2 menggelikan dan malu2in.
Paragraf terakhir, intermezo. Tapi nyata adanya :)
Setuju soal KEMANDIRIAN cha,,, dan semua pendapat icha tentang itu,, menikah itu kan terjadi karena kita emang punya visi dan misi yang sama dalam mengarungi hidup berumah tangga tapi akan selalu ada bagian dari diri kita yang ingin melakukan hal2 lain yang terpisah dan mebuat diri sendiri berguna. Aktualisasi diri itu penting (ingat hirarki Maslow kan cha).
BalasHapusBeauty and brain doesn't come together?? it sure does for some people cha,, but it surely not u icha dear,,, for u beauty and brain do come together,,, i knew it for sure,,,
Hanya orang dengan pikiran picik dan dangkal yang menilai orang lain dari penampilan/riasannya aja. Pertama ketemu tidak dipungkiri yang dilihat orang pasti luarnya/penampilannya. Tapi setelah itu, yang dinilai lebih ke dalamnya/otaknya. Uni siy malessssssssssssssssssssssssssss banget sama orang yang cuma cantik doankkkkkkkkkk tapi pas diajak ngomong ga nyambung. Tapi uni sangat mengagumi perempuan cantik dan pintar sekaligus.
Terakhir, sebagai perempuan selain punya otak/cerdas juga kudu kuat apalagi saat sudah menjadi istri dan ibu. Tanpa itu, bullshit bisa menjalani ombak dan badai dalam rumah tangga dengan baik.