Akhirnya tema ini aku posting juga setelah mengalami penundaan sehubungan situasi "politik" yang tidak memungkinkan (ciaelah!).
Seminggu yg lalu aku chat dengan salah satu sahabat baikku, Masayu . Kami membahas banyak hal hingga sampailah pada julukan ini "Ibu Kepala Sekolah". Ahahaha. Kaum B5-ers mungkin sudah tidak asing dengan sebutan ini yang akhirnya melekat padaku (well, pencipta julukan ini adalah Mba Mei. Errr).
Bagi yang telah mengenalku dengan baik, tentu sudah memahami sisi "keras" dalam diriku. Hey, I'm not an angel instead. Meskipun seringkali digolongkan sebagai kaum yang bersumbu panjang, toh pada hal-hal tertentu yang melampaui batas toleransiku, taringku juga keluar. Dan jeleknya, ketika itu terjadi maka aku akan bertransformasi menjadi antitesisku sendiri : galak dan tidak sabaran.
Tetapi caraku mengungkapkan ketidaksukaan, ketidaksetujuan, maupun keberatanku tidaklah dengan cara yang terselubung. Mohon maaf, sindir menyindir jelas bukan tipeku. Selain -menurutku- kurang elegan, cara tersebut belum tentu tepat sasaran apabila yang bersangkutan tidak peka. Dan please, disaat taringku keluar, sudah jelas aku tidak punya banya kesabaran untuk berharap orang lain mengerti dan merespon sinyal-sinyal yang aku kirimkan kepada mereka.
So, tidak ada sindir menyindir. I would rather say what i feel, directly and personally. Head to head. Aku utarakan langsung apa yang aku tidak suka dan alasannya. Awalnya memang seperti shock theraphy. Siapa sih yang suka dikritik anyway?
Setelah mengeluarkan unek-unek, aku juga kerap dihinggapi rasa bersalah karena bersikap terlalu frontal. Padahal ini kan cuma salah satu bentuk pengungkapan sudut pandang yang berbeda. For this, oke, maybe it's one of my weaknessess. Padahal bergaul dengan berbagai orang dengan latar belakang budaya yang berbeda tentu sedikit banyak menimbulkan gesekan.
Aku sendiri mencoba untuk bersikap terbuka dan dewasa menghadapi gesekan-gesekan itu. Aku juga kerap berbeda pendapat dengan sahabat-sahabatku, dan kami terbiasa untuk berkomunikasi lugas dan jujur meskipun menyakitkan. Betul, rasanya seperti shock therapy. Tapi bukankah itu lebih baik dari sekedar berpura-pura atau basa basi? Toh persahabatan serupa seleksi alam. Kecocokan dan ketidakcocokan nanti juga akan menemukan ritmenya sendiri. Aku tidak akan memaksakan diri dalam suatu hubungan, apapun itu bentuknya, bila perbedaan value yang dianut sudah sedemikian jauh dan tidak bisa di tolerir. Tidak ada yang salah atau benar, it's just a difference.
Bagiku, persahabatan adalah proses yang mendewasakan. Idealnya, membuat kita menjadi orang yang lebih baik.
Tidak ada sedikitpun niat jahat terbesit di hatiku ketika aku bersikap frontal. Maka ketika julukan "ibu kepala sekolah" melekat padaku, aku hanya bisa tertawa geli. Untuk adik-adik kost B5 yang pernah merasakan periode kepsek-ku, maafkan ya. Kalian terpaksa menerima beberapa teguran karena bersikap seenaknya. Hidup berdampingan kan tidak bisa semau gue. Kita juga harus belajar berempati. Jangan memandang sesuatu dari sudut pandang diri sendiri atau bahasanya "coba kalo lo jadi gw", tapi belajar juga untuk menempatkan diri kita pada posisi orang lain atau.. "coba kalo gw jadi dia".
Oya, perlu dicatat bahwa aku hanya akan bereaksi pada orang-orang yang dekat denganku. Sisanya, EGP! Untuk apa bersusah payah mempertaruhkan perasaan untuk orang-orang yang kehadirannya cuma gitu-gitu aja di hidupku. Kepala sekolah hanya bereaksi terhadap value yang umum, namun menjadi personal jika aku menginginkan sebuah hubungan yang tulus dari orang yang aku percaya atau aku anggap dekat.
Bukan berarti aku memposisikan diriku yang paling benar. Tentu aku pun memiliki banyak kelemahan. Once again, ini hanya masalah cara pengekspresian.
Talking about Kepala Sekolah.. deep down inside, sebetulnya cita-citaku adalah menjadi guru TK atau bahkan merangkap sebagai kepala sekolah. Semoga segera terwujud yah supaya julukan itu tidak hanya sekedar julukan, tetapi mengalir menjadi do'a yang mengantarkan kepada kenyataan. Amin.
Setelah mengeluarkan unek-unek, aku juga kerap dihinggapi rasa bersalah karena bersikap terlalu frontal. Padahal ini kan cuma salah satu bentuk pengungkapan sudut pandang yang berbeda. For this, oke, maybe it's one of my weaknessess. Padahal bergaul dengan berbagai orang dengan latar belakang budaya yang berbeda tentu sedikit banyak menimbulkan gesekan.
Aku sendiri mencoba untuk bersikap terbuka dan dewasa menghadapi gesekan-gesekan itu. Aku juga kerap berbeda pendapat dengan sahabat-sahabatku, dan kami terbiasa untuk berkomunikasi lugas dan jujur meskipun menyakitkan. Betul, rasanya seperti shock therapy. Tapi bukankah itu lebih baik dari sekedar berpura-pura atau basa basi? Toh persahabatan serupa seleksi alam. Kecocokan dan ketidakcocokan nanti juga akan menemukan ritmenya sendiri. Aku tidak akan memaksakan diri dalam suatu hubungan, apapun itu bentuknya, bila perbedaan value yang dianut sudah sedemikian jauh dan tidak bisa di tolerir. Tidak ada yang salah atau benar, it's just a difference.
Bagiku, persahabatan adalah proses yang mendewasakan. Idealnya, membuat kita menjadi orang yang lebih baik.
Tidak ada sedikitpun niat jahat terbesit di hatiku ketika aku bersikap frontal. Maka ketika julukan "ibu kepala sekolah" melekat padaku, aku hanya bisa tertawa geli. Untuk adik-adik kost B5 yang pernah merasakan periode kepsek-ku, maafkan ya. Kalian terpaksa menerima beberapa teguran karena bersikap seenaknya. Hidup berdampingan kan tidak bisa semau gue. Kita juga harus belajar berempati. Jangan memandang sesuatu dari sudut pandang diri sendiri atau bahasanya "coba kalo lo jadi gw", tapi belajar juga untuk menempatkan diri kita pada posisi orang lain atau.. "coba kalo gw jadi dia".
Oya, perlu dicatat bahwa aku hanya akan bereaksi pada orang-orang yang dekat denganku. Sisanya, EGP! Untuk apa bersusah payah mempertaruhkan perasaan untuk orang-orang yang kehadirannya cuma gitu-gitu aja di hidupku. Kepala sekolah hanya bereaksi terhadap value yang umum, namun menjadi personal jika aku menginginkan sebuah hubungan yang tulus dari orang yang aku percaya atau aku anggap dekat.
Bukan berarti aku memposisikan diriku yang paling benar. Tentu aku pun memiliki banyak kelemahan. Once again, ini hanya masalah cara pengekspresian.
Talking about Kepala Sekolah.. deep down inside, sebetulnya cita-citaku adalah menjadi guru TK atau bahkan merangkap sebagai kepala sekolah. Semoga segera terwujud yah supaya julukan itu tidak hanya sekedar julukan, tetapi mengalir menjadi do'a yang mengantarkan kepada kenyataan. Amin.
Pd dasarnya ibu kepsek itu baik hati loh cha..cm pembawaannya aja yg terkesan galak&jutek. hahahaha
BalasHapusHehehe.. thanks ayu..
BalasHapusIbu kepsek juga ga galak setiap waktu kok yu.. hanya pada hal-hal yang udah melewati batas toleransiku aja. Itu pun bertahap..
Pertama-tama, aku kasih tau baik-baik. Analogi : Ayu, aku sedih loh kamu kok ga mikirin perasaanku sih. Udah tau aku ga suka durian, kok kamu makan durian di depanku kamarku. kan jadi mual. Besok-besok jangan diulang yaa..
Kalo step satu ga ngaruh, aku mulai menegur agak keras..
Analogi : Ayu, kalo kamu jadi aku gimana perasaanmu? iya memang untukmu durian itu enak, aku juga tau kl kamu udah kepingin banget makan durian itu. Tapi bisa kah kamu cari tempat lain untuk makan durian itu selain di depan kamarku? Aku ga melarangmu makan durian, aku cuma minta kamu makan di tempat lain. Gampang kan. Tolong berempati dong. Ini kan kamarku, yu.
Kalo masih aja keulang, atau malah lebih parah aku akan menegur lebih kasar :
Analogi : Ayu, mungkin selama ini aku yang salah karena berharap terlalu banyak sama kamu. At the end keknya malah capek sendiri ya, aku udah bilang baik-baik, tapi ga pengaruh tuh. Mungkin aku harus muntah-muntah trus masuk IGD ya utk membuat kamu ngerti kalo bau durian itu betul-betul menggangguku. It's okay kl km masih merasa apa yang kamu lakukan itu benar. Tapi buatku itu udah keterlaluan, ayu.
(pada step ketiga ini aku akan meremove-mu dari kehidupanku, yu)
Hehehe.. itu cuma analogi yaaa.. *hug ayuu*
Oya, selain speak up utk diri sendiri,
terkadang aku jadi spoke person utk mbak sumi dan temen2 B5 laen yang ga berani atau malas negur sesama teman. Dari situlah aku dijuluki ibu kepsek. hahaha. Gapapa lah, daripada ngedumel atau ngomongin dibelakang. Paling sebel jg ngeliat orang yang ga punya empati.
Hidup Kepsek!
hahaha! siip se7 dg buk kepsek! ;)
BalasHapus