Senin, 30 April 2012

When she's back

And finally, she is back. She attended Atha's birthday party last saturday..

I love you sister. As I said in my previous post, tidak ada satu orang kakak yang tidak menginginkan adiknya bahagia. Bahwa kemudian kamu tetap dengan pilihanmu, itu tidak lagi menjadi masalah bagi kami karena pada akhirnya, kamulah yang akan menjalani semua.

No, kami tidak pernah menjaga jarak darimu. Maka, ketika adik datang ke rumah kakak kemarin, kakak senang, dik. Kakak sudah melupakan apa yang terjadi sebelumnya karena dari awal pun ini bukanlah permasalahan horizontal diantara kita.

We always love you. We really glad to have you back.

Sometimes, we need time to rethink about our choice,
Once it's been made, be brave to show your choices. Take any risk and go..

Sometimes, untuk menunjukkan kedewasaan pilihan, merendahkan ego adalah cara yang terbaik. We all made mistakes, but only few who do the reflection. I'm happy that you are one of those few people.

Keluarga kita tidak pernah diajarkan untuk lari dari masalah atau mengangkat dagu saat diserang. Bukan, bukan itu caranya, karena perdamaian yang abadi tidak pernah diperoleh dari gencatan senjata, tapi melalui diskusi, komunikasi dan proper approach yang konsisten.

Welcome home, sister. Thanks Alloh..

Jumat, 27 April 2012

Memorable picture

Saya barusan buka Fb suami, eh ada foto Atha waktu umur 10 bulan hasil jepretannya aunty Nadia yang belum sempet diupload disini, padahal memorable banget..


The innocent face with ice cream on his lips


Senyum yang mama akan selalu ingat..

Lucu yah? Fotonya candid gitu.  Eh ada lagi nih foto waktu Athazka lagi gemuk..

Atha, si bayi ASI

Sama satu lagi, foto bertiga kami yang jadi vintage, ihiy, keliatan muda banget ya saya sama husband (ngarep)


Thanks Aunty Nadia untuk foto-fotonya. Ayo cepet kelarin kuliahnya, terus kita foto-foto lagi di.. hhmmm.. Belanda? (ngarep kedua).


Kamis, 26 April 2012

Treat me fairly!

Adil. Siapa yang tidak mau diperlakukan dengan adil? Saya sendiri termasuk orang yang sangat menghormati fairness. Dimanapun itu, tidak terkecuali di dalam keluarga (apalagi di lingkup yang lebih besar seperti organisasi).

Masalahnya, definisi adil itu berbeda-beda. Pada organisasi yang kaku dan  feodal, adil adalah sama, equal treatment. Tetapi since manusia adalah makhluk yang unik, tidak ada satu pun manusia di dunia yang sama persis dari ujung kaki ke ujung rambut. Teori equality fairness sebagai wujud dari perlakuan yang adil tadi rasanya jadi kurang pas.

Saya sendiri dibesarkan di keluarga yang cukup fair. Bapak dan Ibu saya menetapkan standar nilai yang sama kepada semua anak-anaknya, tetapi approach mereka terhadap masing-masing anaknya dalam menetapkan standar nilai tadi, beda-beda. Teori equity fairness.

Bapak cenderung keras kepada kakak saya karena karakter kakak saya sendiri kuat. Tetapi kepada saya yang perasa, Bapak akan cenderung berhati-hati, every words that came from him were very proper. Kepada adik saya yang introvert, Bapak tidak banyak bicara, he'll just make sure that he always there for her. Kepada adik saya yang manja, Bapak akan berbicara dan masuk ke dunia kanak-kanak yang semua tentang-gue- itu penting.

 I adore him so much. The way he treats us.

Dengan sikap yang beda-ebda itu, do he treats us unfair? off course not, at the end pesan yang disampaikan Bapak kepada anak-anaknya akan sama. The do's and the don'ts masih sama. Ketika kami melanggar aturan main Bapak, beliau akan marah, dengan  rasa marah yang sama kepada semua anak-anaknya.  Ketika kami berprestasi, beliau juga akan memberikan reward, tentu reward yang sama untuk prestasi yang sama.

Jadi adil tidak harus selalu berarti sama..
Dan membeda-bedakan, bukan berarti pilih kasih..

Yang jelas, reward dan punishment dalam penegakkan standar nilai yang harus sama. Saat melakukan hal yang baik atau berprestasi, kami diapresiasi. Namun jika kami salah tetaplah salah (jangan mentang-mentang saya perasa atau adik saya introvert terus berharap Bapak Ibu tidak pernah memarahi kami. Jangan mentang-mentang saya berprestasi lalu Bapak Ibu akan bersikap permisif dan melupakan semua kesalahan saya seperti tidak terjadi apa-apa. Kami tidak pernah mengenal yang namanya pembenaran, karena sama saja itu mementahkan nilai yang susah payah Bapak Ibu tanamkan pada anak-anaknya).

Itu baru adil..


Selasa, 24 April 2012

3rd Birthday

This baby, who was born on April 24th 2009,

Athazka, 30 minutes after born

Is now officially a kid..

Athazka, posed infront of his masterpiece (coretan tembok)

Happy Birthday Athazka,
3 years alerady.. time does flies, doesn't?

Mommy loves you so much..
I wish you nothing but your health and happiness..

Be a sholeh person ya nak,
and make me proud of you just like you always do..

Senin, 23 April 2012

A story close to mine..

I've just finished reading this book ..


Antalogi Rasa by Ika Natassa


Ya, rencana 'menu' buku mingguan kami memang sudah mulai jalan. Those book is one of our books-to-read this week selain : Notes from Qatar (Muhammad Assad), Negeri 5 Menara (A.Fuadi), Mendidik Anak cara Rasulullah (.. lupa).


Menghabiskan wiken yang suntuk, saya memilih buku Ika Natassa sebagai buku pertama yang saya baca dengan harapan buku tersebut ringan, lucu dan meghibur. Apa yang saya dapatkan ternyata lebih dari itu. Ada bagian dari diri saya yang merasa sedang membaca kisah hidup saya sendiri. Well, tidak terlalu mirip sih, tapi ada bagian-bagian yang saya merasa 'saya banget', from Keara's side ya. Not the guys.


Oh yeah, saya sedikit banyak tau perasaan Keara tentang bagaimana mencintai orang -cenderung sahabat sendiri- secara diam-diam, while ada orang lain -cenderung sahabat juga- yang justu selalu ada disaat saya butuh dan rela jadi sangsak keluh kesah cinta sepihak saya.


Saya juga tau, bagaimana rasanya jatuh cinta dengan orang yang tipenya bukan-gue-banget but at the same times I feel so much alike with him. Saya tau gimana rasanya jatuh cinta tanpa tau alasannya kenapa sama dia. Kenapa ga sama orang lain yang jelas-jelas will do anything for me. 

Sampai disitu, saya merasa mirip. Apalagi si Keara ini juga diceritakan sebagai bankers which is also profesi saya sekarang. Tapi gaya hidup saya tentu beda seratus delapan puluh derajat dengan Keara. Saya bukan lulusan Stern, meski GPA kami sama. And I hate night-life. I don't drunk and I don't adopt free sex.


Cerita saya tidak sedramatis itu but, I married my Ruly. Hehe. For those who want to know how's Keara feels if she finally got him, you can ask me. Hehe. And I my self would answer that..  it's biasa-biasa saja. Yes, I win him, then what? my life just run as it used to. At first when he proposed me on bended knee, yes i cried. I cried remembering how long I've been waiting for this. But, that's it. At the end, I encounter my marriage life as any other couples do. Do I happy? Of course, though ternyata.. dia ga segitu perfectnya. Hahaha.


Life must go on. Apapun yang terjadi di hidup kita, we have to pick our own happiness. Saya tidak tahu mana ending yang lebih happy, Keara atau saya. Karena pada akhirnya kebahagiaan itu bukan tentang orang lain, tapi tentang kita dan bagaimana kita menyikapi hidup ini. It's in within.


For now, saya hanya ingin mensyukuri apa yang saya miliki sekarang dan berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi setiap harinya. I mean it..

Bukunya menghibur, Thanks mba Ika Natassa..

Jumat, 20 April 2012

Hits banget

Yap, minggu ini adalah minggu yang hits banget buat saya.

Setelah selasa kemarin kena smash  atasan gara-gara miskom, hari ini jadi combo double karena dimarahin lagi, sama orang yang beda, cuma karena doski ga mau kalah.  Hiks.

Nasib jadi asisten manajer *garuk-garuk meja*

Bonus lagi, suasana di rumah lagi ga enak gara-gara event sialan yang selalu bisa jadi topik perang dingin antara saya dan husband.

Sebel.

Semoga weekend ini bisa jadi pelipur lara. Amiin.

Kamis, 19 April 2012

Kerja dimana?

Pertanyaan ini sering saya jumpai, ehm.. sering banget malahan. Pas ketemu orang baru di arisan, pas reuni, pas kumpul keluarga, di kereta, di toko jam, toko baju.. ehmm.. kayaknya di hampir semua event yang percakapannya dimulai dengan pertanyaan basa-basi. Standar banget kan pertanyaannya.

Jawaban saya sendiri macam-macam. No, no, bukan bohong. Cuma, saya biasanya menyesuaikan jawaban saya dengan lawan bicara saya. Kalau perlu jawaban yang detail, ya dijawab detail. Kalo perlu kartu nama sekalian. Tapi kalo sama orang yang bener-bener asing, saya cuma jawab "di Thamrin". Standar banget, secara di sepanjang Jl.Thamrin yang namanya perkantoran ada berapa coba? hahaha..

Bukan ga ada sebab saya pilih-pilih jawaban. Saya suka agak risih sama komentar atau reaksi orang kalo saya bilang saya kerja di instansi saya sekarang. Reaksi yang pernah saya jumpai diantaranya :

1.Nyeletuk, 'wah enak ya, banyak uang'.

Gubrak. Ya emang sih, kewenangan pengelolaan dan pengedaran uang rupiah masih diamanatkan ke instansi saya, Tapi itu kan uang negara pak, bu, mas, mbak. Gara-gara ini pula kalo saya bilang kerja dimana, ekspektasi dan persepsi orang langsung beda. Paling pengaruh tuh kalo saya lagi tawar menawar di tanah abang. Begitu tau saya kerja dimana, harga susah turunnya. Ah sebel. Saya kan mau diskon juga. Oiya, sama kalo lagi menghadapi pengemis/pengamen waktu naik metromini. Ga segan-segan mereka menuduh saya pelit atau dengan kerasnya ngucapin 'astagfirullah' di telinga kalo saya ngasih uang sedikit apalagi ga ngasih sama sekali. Kesannya jadi gimana gitu. Padahal, kadang-kadang saya ga mau ngasih itu karena ga suka sama cara-caranya. Ya peralat anak lah, ya ancam-ancam lah. Teorinya, kalo dikasih kan sama aja dukung mreka pake cara-cara itu.  Errr. Serba salah ya. Just let it be..


2. Mikir, 'keren banget, gimana cara lolosnya sih?'.

Bukan GR, tapi bukan sekali dua kali saya dimintain sharing tentang pengalaman saya masuk sini. Kalo personal sih gapapa. Lewat email gitu. Lah, kalo di kereta tiba-tiba ditanyain gitu kan jadinya kuliah umum. Malu. Soalnya saya sendiri merasanya biasa-biasa aja. Kan rejeki semuanya Allah yang ngatur.

3. Komentar, 'Oh kamu anak Bapak X yang kerja di instansi itu ya?', atau " menantunya bu Y yang di  instansi itu?'
Ehmm, risih ga sih kalo yang diinget orang itu adalah instansi dimana kita kerja daripada kita sendiri? Saya sih risih.

4. Tiba-tiba nanya tentang kebijakan perbankan atau moneter plus numpahin uneg-uneg kenapa KPR mahal banget.

Kalo dikasih pertanyaan tembakan ini sih saya sebisa mungkin menjelaskan sebatas pengetahuan saya. Kalo memang ga tau, saya bilang ga tau. Daripada ngarang, trus salah dan yang tercoreng malah instansi saya. Meski begitu, saya kadang sebel juga kalo diceletukin, 'masa kamu ga tau?'. Rasanya pengen bilang, "asal lo tau ya,  di kantor gw itu satuan kerjanya kan banyak dan kita masing-masing udah ada spesialisasinya!". Tapi tentu bunuh diri namanya kalo saya sampai benar-benar mengumpat. Akhirnya sih yang keluar adalah cuma senyum kecut dan kata maaf yang sopan. Habis gimana lagi coba, nyerah deh saya kalo sampe diminta urusin masalah KPR yang spread rate-nya udah kebangetan dibanding BI-rate. Bukan cuma bapak aja yang punya KPR pak, saya juga. Sama pak, uneg-uneg kita. *sigh*

5. Komentar, " kerja di instansi itu kok masih naik kereta/bus?"

Believe me, masih ada loh yang iseng komentar gitu. Ini mungkin terkait sama alasan No.1 di atas ya. Biasanya, saking malesnya nanggepin, saya kalo dikomentarin begini akan acuh ga acuh. Bodo amat. No reply. Ih ga tau apa ya, di New York, Paris, Tokyo dan semua negara maju, orang naik public transportation itu biasa banget.

So, karena alasan-alasan yang tadi itu, sekarang saya lebih suka memperkenalkan diri saya sama orang yang masih asing sebagai Icha, Saya istrinya Yosi Tapjani, mamanya Atha, anaknya Pak dede, menantunya Pak sukiryo. Kerjanya di Jakarta. Jakartanya mana? Thamrin. Thamrinnya mana? Jakarta. Pusing deh. Hahaha..

Selasa, 17 April 2012

Buku, jendela dunia

Waktu seminar parenting long wiken lalu pembicaranya berkata bahwa salah satu ciri-ciri keluarga muslim sejati adalah banyaknya buku di rumah itu. Kenapa? karena buku adalah jendela ilmu, jendela dunia.  

Plak, rasanya seperti ditampar. Iya, meskipun saya gemar membaca, tapi saya jarang sekali mengoleksi buku. Biasanya cuma pinjam.  Lagipula, kadar hobi membaca saya ini dibandingkan seluruh anggota keluarga saya, bisa dibilang paling minim. Abal-abal.

Maka, ketika ditanya ada berapakah koleksi buku di rumah saya? seratus, dua ratus? Saya hanya bisa diam. Lalu saya berpikir, ada benarnya juga pembicara ini. Bagaimanapun, agama dan ilmu pengetahuan adalah hal yang saling berkaitan. Bagaimana mau mendidik seorang muslim yang tangguh jika tidak berbekal dua hal tadi. Untuk membekali anak-anak saya dengan ilmu, sekolah saja tidak cukup. Ilmu juga berkaitan dengan wawasan, dan ini bisa diusahakan salah satunya dengan menyediakan media membaca yang cukup. Syukur jika anak-anak memiliki minat baca seperti keluarga saya.

Then, saya berdikusi dengan suami saya. Husband setuju untuk mulai menumbukan minat baca di keluarga kami sejak dini. Sebagai pilot project, kami  membeli banyak buku-buku bagus untuk 'menu' mingguan. Hasilnya? Alhamdulillah! Selain menambah wawasan, buku juga bisa menjadi sarana terapi untuk mengurangi ketegangan-ketegangan kecil saya dan husband yang umumnya disebabkan kondisi emosi yang tidak stabil. In short, ada pelampiasan lah. Saya tidak menyangka suami saya juga hobi membaca.

Dengan keterbatasan waktu yang ada, kapankah waktu yang tepat untuk membaca? Pagi, saya sudah sibuk memasak, siang bekerja, dan malam memasak serta mendongeng. Lalu tiba-tiba muncul ide, bagaimana jika di KRL? waktu yang selama ini saya habiskan untuk browsing, chatting dan blogwalking dialihkan sedikit untuk membaca. It works.  Jadi sejak minggu lalu, ritual kami sekarang setiap hari adalah naik KRL yang jadwalnya lebih pagi (otomatis lebih renggang sedikit jejalan manusianya) supaya bisa membaca buku sambil berdiri. Lumayan. Selain menghibur dan menambah wawasan, membaca buku juga mengurangi rasa jengkel karena lamanya perjalanan.

Jadi apa saja 'menu' buku kami minggu ini? Ini dia..

Author : Hanum Salsabilla Rais&Rangga Almahendra


Author : BJ Habibie
(kami memilih yang english version untuk latihan bahasa inggris)


Author : sita karina


Author : Rei Kimura

Author : Dahlan Iskan

Sementara itu dulu buku yang kami miliki sebagai permulaan. Buku-buku yang ringan karena minat membaca kami juga tidak segitunya. Alhamdulillah, saya sudah menyelesaikan 4 dari 5 (kecuali buku Habibie dan Ainun), husband juga sama (saya memang tidak merekomendasikannya untuk membaca buku sita karina,hehe).

Ke depan, mudah-mudahan resolusi 'menu' buku mingguan kami bisa bertambah dan teralisasi secara konsisten. Bagaimanapun kami ingin Atha bisa mencintai buku, lebih dari orangtuanya.

Membacalah nak, karena buku adalah jendela dunia..
Membacalah nak, dan taklukan dunia dengan wawasanmu..

Oya, mungkin kapan-kapan saya akan tulis resensi dari buku-buku yang menarik yang saya baca disini..

Senin, 16 April 2012

Back to Habitat

Ihiy, Jum'at minggu lalu saya karaokean di Inul Vista bareng temen-temen kantor. I was very happy. Rasanya, seperti kembali ke habitat..

Yes, I love to sing :)

Kapan lagi yaa..

*foto menyusul*

Kamis, 12 April 2012

Katun Satin

Sejak lama, saya adalah pecinta comfy and cozy room. Ketika saya mendesain dan membeli perlengkapan kamar, saya cenderung menjadi perfeksionis, dalam artian harga tidak lagi menjadi masalah asalkan saya suka dan barang tersebut nyaman. Dan.. saya jatuh cinta dengan sprei katun satin. Menyiasati cuaca yang semakin lama semakin tidak terkendali, saya memilih sprei yang berbahan halus, dingin, dan mudah kering jika dijemur. Pilihan bahan yang paling memungkinkan menurut saya yaitu jaquard dan katun satin. Tapi karena Jaquard mahal, pilihan yang lebih efisien adalah katun satin. Meski sedikit lebih mahal dari katun biasa, it's worth to try..


House Of Windsor (Jaquard)


Ada motif gradasinya..


Katun Satin - Picasso/Town and Country


Katun biasa motif bunga dari Thamcit


Motif bunga, dari dekat

Ah, jadi ingin pulang dan bobo siang..

Senin, 09 April 2012

Car-less weekend (Part II)

Hehe, geli sendiri baca judul postingan saya. Udah lah  bukan orang enggres, pake istilah car-less yang saya sendiri ga tau masuk di vocabulary kamus oxford atau engga.

Eniwei, my last long weekend was just superfun! Yah, meski si mobil semata wayang masih betah di bengkelnya, itu semua ga mengurangi esensi dari family time kita. Alhamdulillah lokasi rumah deket banget sama stasiun kereta, jadi meski ga ada mobil, kita masih bisa kemana-mana.

Jadi, hari pertama long wiken saya habiskan dengan mengikuti seminar parenting dengan tema "menanamkan tauhid kepada anak sejak dini" di Rumah Pelangi, daycare kompleks rumah. Pembicaranya dari Tim bunda Neno warisman. Keren. Habis itu lanjut ke rumah enin, nginep sampai hari kedua. Seru banget bawa gembolan banyak terus naik KRL, dan sampe stasiun di jemput sama Aki. Ya Alloh, rasanya kayak Mudik! Atha was so excited.

Hari kedua di rumah enin aja, ngobrol ngalor ngidul sama enin. Dari rencana nikahannya yoga-rani, gosip infotainment, sampe issue politik. Pokonya kalo ngobrol sama enin aki ga terasa tenggorokan saya tau-tau haus banget. Kebanyakan ngobrol kayaknya. Husband banyakan tidur sih, jadi mereka ga ada tandem untuk ngobrol selain saya. But, talking with them is alwasy fun anyway..

Oya, tadinya hari kedua itu kita mau berenang, tapi cuaca ga mendukung. Kita akhirnya pulang siang harinya. Athazka setiap Sabtu sore juga ada jadwal les musik di Yamaha, jadi nginep di enin ga bisa lama deh. Siang kita dianter aki ke stasiun, sejam kemudian udah leyeh-leyeh di rumah.

Oya, di hari kedua ini juga for the first time, Athazka naik motor keliling Depok. Tadinya kita mau cari makan malem aja yang deket-deket, tapi kok ke Pempek Pak Raden seru juga ya. Akhirnya kesana momotoran bertiga. Husband di depan, Atha ditengah, saya dibelakang. Thanks God, motornya muat. Hahaha. Ah seru! Jadi inget zaman pacaran. Apalagi liat reaksi amazed-nya Atha.. hihi.. namanya juga pertama kali ya. First Experience is always memorable..

Hari ketiga. Saya dan husband mengajak Atha ke Gramedia depok, terus lanjut Margocity untuk beli bahan-bahan masakan. Kali ini kita naik angkot! And it was also Athazka's first experience of using this kind of transportation. Wajah amazed-nya anak ini.. lucuuuu. Atha sangat-sangat waspada. Tau aja di angkot rawan kejahatan. But it's okay, ada mama papa. Turun dari angkot,  kita naik jembatan penyebrangan dan Atha begitu terpukau sama traktor yang lagi beroperasi di bangunan depan margocity. Dari depan kan dikasih penutup jalan, tapi kalo dari atas kelihatan jelas. Ya ampun susahnya ajak Atha turun dari jembatan penyebrangan. He was so so so happy!

Sampai di Gramedia, saya borong beberapa buku bagus yang belum sempat dibaca, beli DVD edukatif untuk Atha, mainan, dan ahhh.. I love bookstore.. I love books.. I love read. So, sisa waktu di hari ketiga sudah ketebak ya saya habiskan untuk apa. Yes, reading. And I feel so much relax after I read some of them..

Alhamdulillah, car-less memberi warna baru dalam hari-hari saya, dan bahkan memberikan pengalaman-pengalaman seru bagi saya sekeluarga. Ternyata, sesuatu yang terlihat buruk di awal, malah memberikan kebaikan pada akhirnya. Dan, terutama, selama saya menjalani hari saya bersama keluarga kecil saya, Insya Alloh every little things will mean a lot..

Rabu, 04 April 2012

Apapun, Alhamdulillah

Minggu lalu saya mengajukan diri untuk ikut seminar mengenai governance in a central bank di Frankfurt, Jerman. I'm so excited and could not stop gigling up until now. Seminarnya off course akan menambah wawasan saya sebagai orang bank sentral, tapi sebetulnya yang membuat lebih bersemangat tentunya adalah perkiraan itenerary yang akan saya jalani kalau usulan saya tadi diapprove. Hihi, eropa lagi. Kalau kesampaian, mungkin saya akan mengunjungi negara yang kemarin belum sempat dikunjungi. Mungkin Swiss, Austria, Spanyol dan Inggris. Ah senang..

Tapi itu baru usulan, Belum tentu diapprove. Tapi, in case ga diapprove pun, saya masih punya rencana cadangan. Temanya tetap going abroad, tapi kali ini bertiga (saya, husband dan Atha). Ehmm.. kebetulan saya sudah selesai mengurus paspor Athazka kemarin. Jadi, Insya Alloh we are ready to travel.

Whatever the decision, bagi saya semuanya Alhamdulillah..

Oh iya, ngomong-ngomong tentang luar negeri saya sampai kelupaan bilang makasih sama Mba Santi untuk oleh-oleh dompet Kate Spade sama Foundie+bedak MAC dari New York. Makasih ya mba, you're rock! Muach..

Selasa, 03 April 2012

Siapa sekar?

Berikut percakapan sebuah keluarga kecil di Depok pada suatu sore..

Mama : Atha.. Jadi nanti atha sekolahnya pindah ya ke Pre-School Pratiwi?

Atha : Ga mau, ma.. *sibuk main kereta-keretaan*

Papa : Kenapa ga mau ta? *sambil bolak balik koran*

Mama : Iya. Katanya kemarin Atha mau sekolah di Pre-school Pratiwi? Ada teteh kekey loh..

Atha : Ga mau ma, Atha mau di Qonita aja.. *berhenti main kereta, lalu natap mama dengan mimik serius*

Mama : Ih, enakan di Pre-school lagi ta.. *nada bujuk, posisi eyes to eyes*

Papa : *no comment sambil lirik-lirik ekspresi Atha dari balik koran*

Atha : Ga mau ma.. *sambil geleng-geleng, terus memalingkan wajah dari mama*

Mama : Kenapa sayang?

Atha : Di Pre-school Pratiwi mah ga ada Sekar..

Mama : *panic attack*

Mama : Sekar siapa ta? *nada bicara dibuat senormal mungkin*

Atha : Sekar, temen Atha di Qonita. Baik deh. Atha suka dikasih makanan. Atha seneng main sama Sekar

Mama : *tepok jidat*

Papa : Cari lagi ta, sekar-sekar yang lain di Pre-school Pratiwi.. *nada santai sambil bolak balik koran*

Mama : *speechless*

Resmi sudah, this two Tapjanis genetically share a similar value..

Senin, 02 April 2012

Car-less weekend

Weekend kali ini car-less. Mobil saya akhirnya kena baret parah gara-gara sepupu saya salah parkir di Garut. Baret perdana tuh ceritanya. Meski dicover asuransi, tetep aja pas lihat dan denger bunyi.. brraaakk.. ssrroook.. trus mendapati mobil saya nempel di pilar beton depan rumah, rasanya.. hiks..

Jadi, begitu pulang ke Depok, si mobil langsung dibawa ke dealer untuk diurus asuransinya. Resmi, untuk sementara saya car-less. Belum tau sampai kapan, hopefully minggu ini kelar. Amin.

Humm, karena car-less, maka weekend kemarin saya habiskan dengan membereskan semua pekerjaan domestik yang sebelumnya ga sempet kepegang. Ada hikmahnya juga sih, saya jadi tau spot-spot rumah saya yang kelewat kalau disapu, bisa coba-coba resep baru, dan bisa menyelesaikan setrikaan segunung imbas dari pulkam kemarin. Sungguh melelahkan jiwa raga. Tapi selalu ada pembelajaran sih. I think I have such a  progression in handling domestic things :)

Voila!