Wiken ini aku di rumah saja. Sebetulnya aku sudah berencana untuk mengikuti Metro Big Sale yang kebetulan sedang menjalin kerjasama dengan kartu kredit bank-ku. Aku tertarik untuk membeli tempat tidur King Koil dan Florence untuk di rumahku kelak. Those things are so much expensive with normal price and i may think twice to buy it, but my bank offering me a 60+20% dicsount and 0% installment for 12 months. very interesting package, isn't? This queen of discount is just can't stand it. Hehe
Tapi Athazka demam. Sudah sejak malam Jum'at sebetulnya. Jadi aku memutuskan untuk di rumah saja mengawasi Atha. Bye bye King Koil. Nanti kl ada rezekinya, we will buy you. hehe. yang penting sekarang adalah Atha cepat sembuh. Temanku menyarankan agar aku gencar memberinya ASI supaya demamnya cepat turun. And I did! Alhamdulillah, at the moment I'm writting this blog, demamnya Atha sudah turun. Alhamdulillah..
Mama mertuaku datang menjenguk Atha kemarin. We talk a lot. Selain mendiskusikan kesehatan Atha, kami juga berbagi cerita tentang banyak hal, Akhir-akhir ini kami sering curhat. Bahkan karena keasyikan ngobrol, minggu lalu kami pulang agak larut dari rumah mama. Aku ga menyangka, ternyata banyak sekali value kami yang sama. Aku bahkan melihat diriku dalam mama mertuaku. Apabila saatnya nanti aku menjadi ibu rumah tangga, mungkin aku akan seperti beliau. Mengabdi dengan ketulusan dan totalitas seorang wanita sejati.
Mama mertuaku adalah salah satu wanita paling bersahaja yang pernah kukenal. Meskipun cukup berada, namun penampilannya amat sederhana, jauh dari kesan glamour. Mama juga tidak brand minded, meskipun kl mama mau, mama bisa membeli brand termahal sekalipun. Dan aku amat terkejut kala mama bercerita bahwa mama tidak pernah facial. What?? Kata mama, kecantikan yang paling penting adalah hati. Oh so sweet. Meskipun mama memang sedikit concern dengan masalah berat badan (well, i guess all moman does) tp alasan sesungguhnya adalah kesehatan. Waktu seusiaku, mama cantik sekali, dan langsing. Beliau memang merawat tubuhnya, tetapi tidak berlebihan. Mama juga yang mensupport aku untuk tidak terlalu memusingkan berat badan. Nanti juga kurus sendiri katanya. Mama khawatir ASI-ku akan berkurang kl aku diet dll. Lucunya, beliau juga wanti-wanti suamiku untuk tidak menuntut seorang ibu menyusui untuk bertubuh langsing yang justru membuat suamiku terheran-heran karena tidak pernah merasa menuntut apapun dari aku. Hahaha. Mama, you're so cool!
Dan tentang totalitas, She is really a person to be starring at. Mama mertuaku adalah seorang sarjana kedokteran gigi yang memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. I really give my best applause for her decision. Bukan pilihan mudah pastinya, apalagi pada saat itu, lulusan KG amat bonafid. Mama juga bercerita bahwa rekan-rekan kuliahnya sekarang rata-rata telah menjadi pejabat. Tetapi mama juga tidak kalah hebatnya kok menurutku. Dia menggunakan setiap menit dalam hidupnya untuk sesuatu yang berguna. Besuamikan seorang dokter yang memiliki jam kerja padat, praktis mama menjadi tumpuan untuk segala macam rupa-rupa urusan domestik rumahtangganya. Keadaan membentuknya menjadi seorang ibu yang mandiri dan telaten. Oya, selama aku tinggal di rumah mama (kurang lebih 4 bulan), tidak sekalipun aku menemui mama sedang bermalas-malasan. Pembantunya memang banyak, tetapi she is the queen of the house. Mama juga terafiliasi dengan beberapa kelompok pengajian dan darma wanita.
Mama juga suka memasak, perlengkapan memasaknya lengkap..kap..kap.. dan sebut saja kue atau masakan tertentu, dia pasti bisa membuatkannya. Dan yang paling spesial adalah abon sapi. Wah, untuk abon sapi mama mertuaku, sudah melegenda hampir sekota bogor. Mama bahkan pernah mendemo-kan caranya membuat abon sapi di depan ibu-ibu darma wanita rumah sakit tempat papa praktek. Hobi mama yang lain adalah menjahit. Mama juga punya beberapa hobi yang berkembang menjadi keterampilan khusus yang membuatnya semakin istimewa. Bahkan yang menghias seserahan ketika aku menikah dulu adalah mama.Prinsip mama, Jika bisa membuat sendiri, untuk apa membeli? Ahaha, untuk prinsip ini, aku kayaknya masih jauuuuuhhhh.. hehe.. Mungkin karena sekarang aku bekerja dan tidak punya banyak waktu ya, jadi aku lebih suka membeli.. membeli..dan membeli.. hahaha.. Maaf ya maaaa..
No wonder kl papa mertuaku amat menyayangi mama. Hubungan mereka mesra sekali. Aku kadang suka geli sendiri kl menyaksikan papa yang mau meluangkan waktunya untuk sekedar membantu mama menjahit (yap, mama mertuaku pintar menjahit), atau tiba-tiba mengambil alih pekerjaan memasak di dapur (Aku suka masakan papa yang pedas). They are so romantic.
Oya, sampai sekarang aku masih menyimpan hasil jahitan papa, yaitu kain sarung yang kukenakan waktu menjelang kelahiran Atha. Mama cerita kl yang menjahitkan kain panjang itu menjadi sarung adalah papa. Wow, benda langka nih. A sarung made by a doctor! Aku simpan baik-baik kain itu sebagai bukti sejarah. Hehe.
Awalnya kupikir mama kurang setuju aku bekerja, tetapi minggu lalu mama mengatakan sesuatu yang hampir membuatku menangis. Mama mengatakan padaku bahwa aku harus berprestasi di kantor. She supports me!
Aku sampai tertegun mendengarnya. Sebelumnya aku memang bercerita tentang kondisi pekerjaanku dimana after mutasi intern, aku menjadi satu-satunya staff. Aku mengeluh betapa aku letih karena semua pekerjaan bermuara di aku, sedangkan aku tidak punya pengalaman dengan bidang yang kugeluti sekarang. Betul-betul frustasi. Mama mendengarkanku dengan penuh empati, lalu tiba-tiba dia berkata demikian. Mama lalu berpesan agar aku dapat membagi waktu-ku dengan baik. Aku harus positif thinking dan lebih sabar lagi. Apalagi kan sekarang Atha masih menyusui. Kl kata orang sunda mah "wayahnya". Anggap aja semua ini adalah fase yang harus aku lewati. Dan yang terpenting, aku harus memperhatikan kesehatanku.
Mama lalu bercerita betapa nikmatnya kesenangan jika kita pernah mengalami kesusahan. Karena dalam setiap tahapannya, akan ada pembelajaran yang akan membuat kita semakin bijaksana dan tentu saja bersyukur kepada Allah. Mama juga menceritakan kisah hidupnya yang penuh lika liku. Aku mendengarnya dengan tertegun. Setuju ma, aku akan menjadi orang yang lebih kuat dan sabar lagi.
Kami juga sempat membahas tentang rencana keluarga kami ke depan. Impian-impianku, harapan-harapan mama. Mama bahkan sempat menitikkan air mata ketika kami membahas tentang adik iparku. Mamaku memang berhati lembut sekali dan mudah tersentuh..
Aku bahagia dapat berbagi banyak hal dengan mama. Perfeksi dan idealisme beliau awalnya membentangkan jarak antara kami, namun syukur Alhamdulillah semuanya sudah tidak ada lagi. Semakin aku mengenalnya, semakin aku menemukan diriku dalam dirinya. Kemandirian seorang ibu rumah tangga kuperoleh dari teladannya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar