Jumat, 27 Januari 2012

Diary of a working moms (Part III)

Hola, akhirnya tema working mom sampai juga ke Part III. Cerita tentang working mom memang tidak ada habisnya. Ini semua karena tantangan yang dihadapinya pun beda-beda. It's a never ending process.

Kali ini tantangan saya adalah menghadapi kepintaran anak berusia hampir 3 tahun. Sudah satu minggu ini Athazka mogok sekolah. Tiba-tiba. Jika mengingat usia Atha yang bahkan belum masuk usia pre-school, harusnya saya tidak khawatir. Mungkin saja dia bosan atau sedang ingin bermain.

Tapi sisi lain dari saya tetap ingin mengobservasi sebab akibat mogoknya Atha tersebut. Saya kurang setuju jika penekanan terus menerus diarahkan hanya kepada Atha, tanpa mencari tahu sebab mengapa dia tidak mau sekolah. Kekhawatiran pertama, mengenai perilaku bullying temannya. Kekhawatiran kedua, jika saya bersikap terlalu permisif, lama-kelamaan sikap mogok sekolah ini menjadi kebiasaan. Saya memang kerap berkomunikasi dengan guru Atha via bbm, tapi tentu tidak afdol jika saya tidak mencoba menggali informasi dari sudut pandang Atha. Satu-satunya cara adalah observasi langsung ke TKP.

Namun apa daya, jadwal rapat di kantor yang padat tidak memungkinkan saya untuk melakukan obseravsi tersebut. Syukur alhamdulillah Papa Atha bersedia menggantikan peran saya. Ya, suami saya akhirnya mengajukan cuti setengah hari hanya untuk mengantar Atha ke sekolah dan bercakap-cakap dengan gurunya. It went good. Problem solved. Atha akhirnya mau kembali ke sekolah. Sebenarnya masih dalam kategori percobaan, karena baru hari ini berhasil. Semoga hari-hari selanjutnya begitu juga.

Tapi bagaimanapun, saya senang dengan hasil observasi hari ini. Meski begitu, tetap saja ada sebagian diri saya yang merasa egois tidak dapat memprioritaskan Atha. Harusnya saya yang ke sekolahnya. Tapi inilah tantangan working mom. Tarik-tarikan hati terus saja terjadi. Untuk itu saya bersyukur suami saya sekarang mau sedikit-sedikit berbagi peran. Tapi yang sedikit-sedikit itu justru bagi saya merupakan kontribusi yang luar biasa. Thanks husband.

Rabu, 25 Januari 2012

Payment day, yippie!

Untuk seorang pegawai kantoran seperti saya, tanggal 25 itu.... sesuatu banget.. hehe..


Meskipun kenyataannya kadang hanya numpang lewat, tetap saja saya suka euforia setiap tanggal 25. Rasanya seperti kaya mendadak :)

Happy payment day! Use your money wisely *looks who's talking, hehe*

Jumat, 20 Januari 2012

Cinta untuk adik

Ini cerita tentang dilema seorang kakak yang ingin melihat adiknya bahagia.

Kakak sayang adik. Bagaimanapun juga, kita dilahirkan dari rahim yang sama. Dan darah yang mengalir di tubuh kita pun berasal dari laki-laki yang sama.

Apapun keinginanmu, meski tak sama dengan harapanku, selama itu membuatmu bahagia, kakak akan mendukung. Sungguh, tidak ada seorang kakak yang menginginkan adiknya menderita.

Tapi bisakah adik bersabar sebentar, berkontemplasi sejenak, dan menurunkan ego sedikit saja. Demi sosok perempuan separuh baya di kota sana yang saat ini tengah bersujud di sajadahnya. Beliau pun tengah berdo'a untuk kebahagiaanmu, kita, anak-anaknya.

Kakak sayang adik. Tapi melihat air matanya, hati kakak pun sakit. Kakak harus apa dik?

Selasa, 17 Januari 2012

The Last Bachelorette

Akhirnya sempet juga menulis tentang ini. The Last Bachelorette alias perawan terakhir dari geng galau B-5ers. Sebutan untuk 'geng' temen-temen barengan waktu ngekost dulu. Tapi since yang ngekos itu umurnya beda-beda, ada yang udah S-2 segala, nah geng galau ini yang umurnya abegeh. Off course kita mingle sama semuanya, tapi kalau urusan cinta-cintaan, kelas geng galau ini kelasnya pasien curhat, nah yang senior-senior biasanya duduk jadi pembicara atau narasumber. Hihi.

Oke, dalam formasi lengkap, ini dia foto B-5ers (waktu itu belum ada Ayu dan Mba Meidi) 

Kiri ke kanan : Pamela, Kak Rani, Rina, Mba Dian, Yasmin, Mba Wulan, saya, Yeyen, Mba Alfi, Puspa.

Nah, diantara kesemua anak B-5 itu yang drama percintaannya mondar-mandir jadi bahan curhatan adalah yang nama-namanya saya bold ya. Itulah geng galau kita. Serunya, setelah lulus kuliah semuanya ngumpul di Jakarta. Kebetulan memang bukan orang Jogja, dan alhamdulillah dapet kerja di Jakarta juga. Kalo udah ketemuan, wah kacau, ketawanya sampe menggelegar dan bahkan sampai keluar air mata (ga peduli di pacific place atau di plaza indonesia). Pokoknya kalau lagi stress tingkat tinggi, kudu wajib manggung deh bareng geng galau ini. Bener-bener stress healer. Snapshot ringkas deh ya tentang mereka:

1. Pamela vidiarsi
Kita biasa manggilnya Ela. kuliah di Psikologi UGM, asal Depok, sekarang kerja di Badan Kepegawaian Negara dan lagi urus scholarship ke Rotterdam, married Februari 2011 and baru aja melahirkan bayi laki-laki yang dikasih nama Aldy. Ini foto ela waktu married :

Ela- Iwan

2. Ranni Resnia 
Kita biasa manggil Kakak atau Kak Rani, kuliah di Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UGM, asal Jakarta. Kerja di Kementrian Perdagangan dan baru selesai S2 di Monash University. Married April 2008, sekarang udah punya anak umur 2 tahun 10 bulan namanya Raka. Oh iya, suaminya kakak namanya Caca.

Kakak-Caca



3. Rina Rahmatika
Ini adiknya Kak Rani (itulah kita semua akhirnya ikut-ikutan manggil kakak). Kuliah di Psikologi UGM sampe S2. Sekarang udah jadi dosen di Yarsi (meskipun sering dikira mahasiswa), baru aja married September 2011 lalu. Ini dia foto rina dalam adat betawi :

Rina-Andri

4. Yasmin Widya Maharani
atau biasa dipanggil yasmin, mimin, minche. Ini temen saya dari SMU. asal Bogor. Waktu di jogja dulu ngehits banget sampe penggemarnya bejibun dan off course drama percintaannya paling seru. Finally found her soulmate Agustus 2008 and udah punya Carissa sekarang (umur 2 tahun 8 bulan). Oh iya, Yasmin ini kerjanya di Pricewater Cooper. Ini dia fot yasmin waktu nikah :

Yasmin- Kukung

5. Saya - Ga perlu dijelasin lagi ya.

6. Ni Luh Yeyen Udayani
alias yeyen, yensen, yenche. Naah, ini dia the last bachelorette kita. Yeyen ini asal Bali, tapi sekarang tinggal Jakarta. Kerja di Conoco Philips. Tanggal 30 Desember 2011 kemarin akhirnya yeyen nikah. Aaahh, senaannnngggg. Tapi sayangnya nikahnya di Bali, tanggal 30 Desember pulak. (Bali tanggal segitu udah ketauan lah ya tingkat okupasi kayak apa, and harga tiket juga melambung banget)Yah, yang ada kita bikin party lagi deh di I-Ta Suki Plaza Indonesia. And It went great.  Oh iya ini foto-foto nikahan yeyen dengan adat Bali :
Yeyen-Olis


I'm Very happy. Akhirnya geng galau selesai juga dengan pencarian soulmate masing-masing. Lucu deh, kalau ingat perjalanan cinta kita menuju proses 'i do' itu. Drama-dramanya, ga terlupakan deh. Kalo dibahas pasti aja ketawa ngakak ga jelas. Ada yang bertahan sama pacar yang itu aja dari zaman kuliah, ada yang ce-el-be-ka, ada yang pacarnya ganti-ganti trus berlabuh di nama baru yang dulu ga kesebut. Ah macem-macem.

Senengnya melihat sahabat-sahabat saya ini menapaki lembaran barunya. Menjadi seorang istri, lalu menjadi ibu. It's just so amazing. Inspiratif juga secara kita semua bisa dibilang working mom. Jadi sering tukar pikiran. Oh iya, Alhamdulillah suami kita juga saling kenal satu sama lainnya, jadi kalau tiba waktunya manggung bareng, suami-suami udah maklum. Tapi kalo suami mau dibawa ndak masyalah. Mingle kok.


Show time geng galau di Pancious Pacific place

Oh iya, sebagai barang bukti kalau saya selaku bendahara sudah menunaikan amanat temen-temen B5 (termasuk mba meidi dan mba alfi), ini dia foto waktu ketemuan di I-Ta Suki kemarin..

Minus kakak dan yasmin (Raka dan Carissa lagi sakit waktu itu)


Anyway, untuk Yeyen-olis, congratulation ya say. Semoga bahagia selalu dan langgeng sampai maut memisahkan. Amiin..

Untuk yang lainnya.. ayo, semangaaaatttt!!!

Kamis, 12 Januari 2012

Bukan Motivator

Hari ini saya bete. Kaget? Hih, siapa bilang saya motivator. Oke, memang saya suka membagi value positif tapi tetap aja saya cuma manusia biasa. Kalau lagi grafiknya oke, oke. Kalau down ya tetap down lah. Tapi karena blog adalah media virtual yang terbuka, seminim mungkin perasaan negatif ditumpahin disini. Pertama, takut nyesel dan malu-maluin aja bacanya kalau pas masalahnya udah lewat. Kedua, takut masalahnya jadi tambah lebar karena banyak yang ikut campur.

Tapi hari ini saya ga tahan. Kesel to the max. Udah beberapa minggu ini kecipratan energi negatif (yang saya tularin lagi ke husband dengan terus-terusan ngeluhin hal yang itu lagi-itu lagi meskipun reaksi husband sama, cuma nanya 1 pertanyaan aja : "worst comes to worst-nya apa?" dan jawaban saya juga selalu sama " "ga ada").

Just don't get it. Kok ada yang orang yang bisa menghalalkan segala cara untuk dapetin apa yang dia mau, dari yang memaksakan kehendak, sampai merendahkan harga diri. Terus pas dia tetep ga dapet apa yang dia mau, ujug-ujug ngebete-in orang lain yang ga salah apa- apa. Ngelimpahin semua sebab unaccomplished-nya tujuan dia sama orang lain yang ga terkait masalahnya hanya karena -mungkin-kebetulan orang itu memperoleh penilaian yang lebih baik dari dia.

Hiih. Engga banget. Harusnya tuh ya, kalau ada orang yang menilai buruk (dalam kasus ini bahkan bukan buruk, hanya bukan the best aja), instead of protes, coba koreksi dulu, introspeksi dulu. Ga mungkin kan ga ada api kalau ga ada asap. Kenapa sih maksa orang lain melihat sesuatu dari sudut pandang dia semata? Siapa sih yang ga butuh penghargaan? Ayolah, semua orang di dunia pasti punya kepentingan, punya kebutuhan. Jangan merasa kepentingan dia yang paling besar. Tau darimana coba kalau kepentingan orang lain itu ga seberapa? Ga takut apa kalau cara-cara persuasi dia ga sengaja merampas hak orang lain.

Dan tentunya, yang paling dirugikan ya orang yang kecipratan musibah dijutekin ujug-ujug itu. Semua yang dikerjain ada-ada aja salahnya. Jadi susah juga kan berpikir objektif. Errr..

Yah, anggap aja ini pemicu supaya cepet-cepet urus scholarship ke luar negeri. Amin. 

Hihi, lucu juga marah-marah lewat blog. Gini to rasanya. 

Rabu, 11 Januari 2012

Menakar Kemampuan

Okeh, tulisan pertama di tahun 2012 nih ceritanya. Sebagai permulaan, temanya agak berbobot lah, dalam artian bukan tulisan yang melulu menceritakan tentang diri saya yang narsis ini.. hehehe..

Menakar kemampuan. Saya tergelitik untuk menulis tema ini sejak satu-dua minggu lalu sebetulnya. Pencetusnya sendiri adalah kampanye PT KAI agar di tahun 2012, tidak ada lagi penumpang yang naik di atap kereta. Caranya cukup unik, yaitu berdakwah. Ya, berdakwah dengan mendatangkan ustadz dan kelompok rebana di stasiun. Saya yang kebetulan menunggu kereta disana ikut menyimak. Intinya ya itu, tentang menakar kemampuan. Maksudnya menakar kemampuan adalah jujur kepada diri sendiri mengenai kondisi keuangan kita. Jika memang mampu, gunakanlah fasilitas, apapun itu, sesuai kemampuan kita tadi.

Dalam kasus commuter misalnya, jika mampu membeli tiket commuter line, janganlah membeli tiket kereta ekonomi, apalagi sampai tidak membeli tiket. Kereta ekonomi sesungguhnya disediakan bagi kalangan ekonomi bawah. Selisihnya memang jauh. commuter line dihargai Rp6.000, ekonomi cukup Rp1.500. Jauh sih, apalagi jika dikalikan hari kerja selama sebulan. Tapi cobalah kita jujur pada diri kita sendiri, sesungguhnya apakah fasilitas tersebut memang untuk kalangan kita. Apakah dengan kita menggunakannya, ada hak orang lain yang tidak sengaja kita ambil?

Betul saya paham tentang betapa pentingnya konsep berhemat pada masa sekarang. Tapi berhemat, bukan berarti merampas hak orang lain. Jika krl ekonomi diisi oleh orang-orang yang memang semestinya menempati, mungkin kondisinya akan lebih baik. Mungkin orang-orang yang naik ke atap akan berkurang. Mungkin pendapatan PT KAI dari commuter line yang meningkat bisa linear dengan peningkatan pelayanannya. Tapi saya hanya bicara mungkin, atau anggap saja harapan ideal. Saya memang menghilangkan variabel lain seperti jadwal kereta dan tingkat korupsi karena itu di luar kewenangan saya. unpredictable.

Saya bukan humas PT KAI, saya hanya commuter biasa yang juga sering jengkel pada perusahaan ini. Itu hanya perumpamaan saja.

Perumpamaan lain misalnya kasus premium vs pertamax. Pagi ini saya terlibat diskusi seru dengan teman-teman kuliah saya tentang ini. Agak terheran-heran dengan teman seorang pegawai bank bumn (yang juga dikabarkan menempari 4 besar bank dengan karyawan berpenghasilan tertinggi) yang berkilah tentang konsumi premium vs pertamax. Hmm, betul selisihnya sudah sangat tinggi. Tapi pernah kah terbayang betapa tingginya anggaran subsidi premium di APBN Negara kita? Saya sedih jika pajak yang sudah susah payah kita bayarkan kemudian digunakan untuk mensubsidi orang-orang yang tidak berhak. Rasanya tidak adil.

Ayolah, jujur pada diri sendiri. Apakah kita memang benar-benar pantas menggunakan fasilitas yang seharusnya ditujukan oleh kalangan ekonomi menengah bawah?

Saya sendiri tidak pernah menempatkan posisi saya sebagai the have's. Masih jauh. Kita kan tidak boleh menilai kemampuan finansial seseorang hanya dengan melihat sisi aktivanya saja. Saya hanya ingin menjalani hidup dengan penuh berkah. Menggunakan sesuai hak. Apa susahnya? Toh semua kebaikan akan kembali pada diri kita bukan?

I don't mind di tengah krismon domestik ini dompet saya menjadi semakin tipis demi mengisi mobil saya dengan pertamax dan demi membeli tiket commuter line, yang penting hidup saya jadi berkah. Saya juga percaya bahwa Allah tidak akan diam saja dalam kesulitan-kesulitan saya. Jadi, bagaimanapun kondisinya, insya alloh optimis.

That's why ketika saya mendengar ceramah ustadz tempo hari di stasiun, hati saya tergugah untuk menyampaikannya kembali. Kebetulan, itu juga value yang saya yakini..

Sebetulnya masih banyak contoh lain tentang subsidi dan menakar kemampuan ini. Tapi karena keterbatasan waktu saya hanya menuliskan dua saja. Semoga cukup untuk mendeskripsikan maksud saya tentang hal ini.

Jadi, di tahun 2012, mari kita menakar kemampuan. Tidak usah kegayaan, tapi jangan juga rendah diri. Yang sedang-sedang aja lah :)