Jumat, 25 Juni 2010

Langsing

Postingan kali ini tidak bermaksud SARAF, teman-teman. Aku juga tidak terlalu setuju dengan penggambaran wanita cantik adalah yang tinggi, putih dan langsing. Believe me, setiap wanita itu cantik. But since we're not an angel, maka kelebihan dan kekurangan tentu juga melekat di setiap individu. Termasuk aku. Masalahnya sekarang hanya tinggal bagaimana kita mengolah gift yang dianugerahkan Tuhan. Tutuplah kekurangan kita dengan kelebihan kita. Selain itu, jujurlah pada diri sendiri untuk menerima kekurangan tadi and stop comparing. Bagiku, hidup dengan penuh syukur adalah kunci dari kebahagiaan.

Aku sendiri mengakui bahwa aku memiliki banyak sekali kelemahan. Aku termasuk orang yang cuek dalam penampilan. Aku moody dalam berdandan. Aku tidak terlalu pandai menata rumah (aku tidak memiliki selera interior design yang baik). Aku ceroboh. Aku pelupa. Aku canggung dalam memasak. Aku masih berjiwa happy puppy. Aku tidak bisa jauh dari 21. Aku sering terjerat diskon.

Dan penangkalku atas semua kekurangan itu baru satu : Aku mau belajar. Aku tidak keberatan untuk berubah selama itu mendatangkan kemaslahatan untukku.

Beruntung aku memiliki suami yang tidak pernah menuntut apa-apa dari sisi penampilan. Waktu berat badanku menggelembung hingga 17 kg, di matanya aku tetap wanita paling cantik di dunia. Saat wajahku kacau dan mataku menghitam karena lelah atau kurang tidur pun dia tetap mengatakan bahwa aku panda tercantik di dunia. Ok aa, thanks untuk gombalisasinya.

Berkat sikap aa itu, selama pernikahan, tidak pernah aku menjalani diet, satu kali pun. Sedari dulu aku memang paling susah berpantang terhadap makanan. Rasanya lebih baik olahraga mati-matian daripada dilarang makan ini dan itu.

Tapi Tuhan sungguh baik padaku. Dengan pola makan yang beringas seperti itu pun, you know, berat badanku justru susut sedikit demi sedikit. Ehm, saat ini, ehm, aku sudah kembali kepada berat badanku sewaktu awal pernikahan! Aku sebetulnya tidak terlalu memperhatikan saat rekan kerjaku satu per satu berkomentar perihal tubuhku yang semakin kurus, hingga tadi pagi aku mengenakan batik yang biasa aku pakai dan merasakan betapa baju itu sekarang longgar. Lalu aku cek dan ternyata benar, ukuranku sekarang jauh menyusut. Semua cincin, termasuk cincin kawin pun tidak cukup lagi.

Entah harus senang atau sedih. Yang jelas, tidak ada pengaruhnya untuk aa (katanya), tetapi justru berpengaruh pada budget rumahtanggaku. It's another expenses. Gosh, masalah perubahan size ini telah menjadikan expensesku untuk belanja pakaian menjadi meningkat sekali. Jika tidak salah, aku telah mengalami 4 kali perubahan size dalam setahun belakangan.

Tapi ada satu hal yang menarik, saat aku menjadi langsing (jangan membayangkan aku seperti Catherine Wilson. Langsing versiku adalah cukup memiliki lekukan yang ketika mengenakan gaun panjang/gamis, aku tidak tampak seperti karung goni. Tubuhku kan tidak terlalu tinggi), aa sepertinya terlihat lebih senang. Ah, jangan-jangan dia sama saja seperti pria pada umumnya. Aku pernah mengklarifikasi hal ini, aa hanya senyum-senyum. Dan berulang-ulang bilang bahwa dia mencintaiku apa adanya. Halah. I'm now thinking that he's just an ordinary man.

If he is an ordinary man, I have no problem. I feel fine with my body. And I feel fine also with my heart. Those two combined things will keep my marriage fine. Insya Allah.

1 komentar:

  1. Setidaknya kau masih waras menilai diri sendiri dan orang lain, tidak menjadikan diri sendiri ukuran bak katak dibawah batok kelapa,atau koar-koar mencela orang dengan standar diri sendiri :)


    Selamat jadi orang normal yang manusiawi...
    Cepeettt ke sin..kita kongkow ngopi dan nonton pilem.....:)

    BalasHapus