Kamis, 24 Februari 2011

are we smart?

Cerdas seringkali diidentikan dengan kemampuan intelenjsia. Akademik. Namun, pemahaman saya -yang awam-, cerdas tidak selalu terkorelasi dengan pencapaian akademik. Orang-orang yang sukses dalam akademis, dalam pengamatan saya, terbagi menjadi tiga tipe, yaitu Pintar, Rajin, dan Cerdas.

Orang yang pintar belum tentu cerdas. Bisa saja seseorang berhasil dari sisi akademik, begitu brilian dan bersinar di bidangnya, namun memiliki masalah dalam kematangan emosi. Biasanya orang yang seperti ini sulit sekali untuk menerima masukan orang lain dan cenderung defensif, karena merasa diri hebat. Pada tahap yang lebih parah, akan muncul sikap merendahkan orang lain. Contoh nyata, lihatlah ke gedung bundar Senayan. Tidak heran jika alm Gus Dur menyebut mereka sebagai sekelompok anak TK

Well, back to cerdas, pagi ini aku memperoleh definisi yang luar biasa mengenai hal itu dari status seorang sahabat di Fb (sepertinya kutipan). Definisi baru ini melengkapi teori yang selama ini aku yakini.

Kecerdasan adalah ketika anda tetap bahagia walaupun kondisi anda dalam keadaan sulit. Anda bahagia bukan sekedar karena meyakini bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan, tetapi ketika meyakini bahwa kesulitan itulah kemudahan yang sejati. Sebab, kesulitan itulah yang membersihkan jiwa.

So, are we smart?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar