Sudah jam 4. Suasana kantor masih tidak terlalu hectic. Waktunya menulis blog sebagai penyeimbang hidup..
Aku amat tersentuh dengan headline koran hari ini. Yap, it's about pemakaman Ibu Ainun Habibie kemarin. Inalillahi wa inna ilaihi roji'un. Selamat jalan ibu, semoga ibu memperoleh tempat yang layak di sisi Allah SWT.
Sebuah koran memasang gambar bapak BJ. Habibie yang terlihat luluh lantak menaburkan bunga di atas makam istrinya. 48 tahun bersama, tentu dalam berbagai suka dan duka, pastinya menorehkan kenangan yang tak kan mampu tergantikan. Alm. Ibu Ainun konon meninggal dalam genggaman tangan suaminya.
Ya Allah, kisah cinta ini begitu mengharukan. Aku hampir menangis membaca ulasan berita mengenai pasangan ini. Aku rasa mereka salah satu contoh nyata pasangan sejati. True love is exist. Belahan jiwa itu ada dan janji pernikahan.. "til death do us part" bukanlah slogan romantisme belaka.
Then I look at my self.. my marriage.. it's been 2 years already, and i'm expecting so much to step into the next following years.
Cinta memang tidak dapat ditebak kadarnya sampai kita kehilangan orang yang kita cintai. Dan kekuatan cinta hanya dapat dirasakan jika kita mengalami ujian. Masihkan kita berbicara tentang cinta dan rasa saat dia bukan siapa-siapa? Masihkah kita ada disampingnya ketika dia tidak punya apa-apa?
Pada awalnya, cinta memang hanyalah sebuah rasa. Romantisme yang terungkap melalui ekpresi pujian dan sanjung menyanjung. Beberapa diantara kita bahkan menuangkannya dalam puisi. Pada tahap awal, cinta memang butuh pengakuan dan manifestasi dalam wujud yang kita bisa lihat atau rasakan. Siapa sih yang tidak suka di rayu? Siapa yang tidak berbunga-bunga kala sang pujaan hati membacakan puisi sambil memberikan buket bunga mawar putih? Kado dan aneka pemberian kadang juga diartikan sebagai bentuk cinta dan perhatian.
Tetapi pada tahap tertentu, romantisme tadi kemudian berkembang menjadi pengorbanan yang tulus. Cinta yang dewasa. Cinta yang tidak menuntut. Cinta yang memerdekakan. Bukan lagi berbicara mengenai rayuan, perhatian serta kemanjaan, tetapi lebih pada berusaha memahami karakter orang yang kita cintai. Saat suamiku memberikan kebebasan kepadaku untuk memilih karir yang aku inginkan, menurutku itu adalah puncak romantisme cinta kami. Dia membiarkanku menjadi diriku sendiri, bahagia dengan pilihan-pilihan hidupku, meskipun dengan begitu aku mungkin tidak seperti istri-istri lainnya yang menunggu suaminya pulang dari kantor dengan berbagai hidangan lezat di meja. Aku rasa, dalam hal ini aa yang menganut budaya maskulin, pasti telah mengalami akslerasi ego yang luar biasa. Thanks ya a..
Hari ini aa menulis status fb-nya seperti ini.. " fall in love everyday with my wife"..
Aku berbunga-bunga. Padahal saat menulis status itu di kereta, dia tampak sibuk merevisi thesisnya dan aku sibuk dengan Hp-ku. Itulah suamiku, di luar dia tampak begitu cuek. Mungkin benar kata pepatah, "dalamnya laut dapat ditebak, hati orang siapa yang tahu". Thanks ya a..
Seorang teman menuliskan komentar atas status tersebut dan mendo'akan kami semoga bisa menjadi the next habibie couple yang hangat hingga tutup usia. Amin ya Rabbal Alamiin.
Ah jadi kangen aa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar