Siang ini lunch (lagi) di Grand Indonesia. Well, I really like to hang out there. Karena besok libur, maka jatah hang out siang dialihkan hari ini. Yay! Entah mengapa, selalu saja ada alasan untukku kembali ke tempat itu, minimal seminggu sekali. Ke Bank Mandiri, BNI, Harvey Nichols, dan sekarang The Body Shop (TBS). Sebetulnya bisa saja sih ke Menteng Huis kalau alasannya hanya ingin ke TBS, tp kurang sip rasanya kalau tidak sembari window shopping. Hehe..
Dan, aku lagi-lagi menjadi korban diskon. Buy 2 For Three. Awalnya hanya ingin membeli White musk shower gel dan brush, tapi berujung pada satu kantong besar TBS. Tidak heran mba Santi terus menggerutui aku perihal madam overspent, hihi. Ya, janji deh, bulan depan aku ga ke TBS lagi.
Selama lunch, aku dan Mba Santi becerita tentang seseorang yang amat menyebalkan. You know, istilah kompor kan? istilah yang amat populer di Indonesia yang dialamatkan pada orang yang suka menghembus-hembuskan opini pribadinya untuk mempengaruhi orang lain. Oh Tuhan, aku amat membenci tokoh yang satu ini.
Mengapa ya Tuhan menciptakan rasa iri dan dengki pada manusia. Sifat inilah yang menjadi bumbu dasar kompor-kompor itu. Gosh, sejak kapan kah perasaan dan pendapat pribadi kita harus menjadi pendapat publik. Menurutku itu amatlah jahat. Ketika kita memiliki permasalahan personal dengan seseorang, menurutku cara terbaik untuk mengatasinya adalah berhadapan langsung dengan orang itu. Bilateral. Nah, sayangnya dalam kultur Indonesia yang masih mengagungkan rasa sungkan, penyelesaian masalah dengan cara itu tidak terlalu populer ya. Kebanyakan orang suka sekali membicarakan keburukan orang lain plus prasangka-prasangka pribadinya dibelakang layar.
Contoh nyata bisa dilihat di koran atau tayangan gosip (ambil contoh, kasus Arumi-Miller) dimana permasalahan pribadi seseorang diekspos sedemikian rupa sehingga seolah-olah itu menjadi urusan publik. Bila salah satu pihak tersulut, bahkan mereka saling serang lewat media Amat tidak elegan dan murahan.
Mengapa aku bilang kompor itu jahat? Karena masalah yang tadinya mungkin remeh temeh mendadak menjadi headline yang harus diberitakan ke semua orang. Lalu ditambah dengan prasangka yang berlipat-lipat (tergantung panjang narasumber), jadilah fitnah dan semua orang tau bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Fitnah sama dengan pembunuhan karakter.
Semoga Allah cepat menyadarkan kompor-kompor itu. Dan bila kau berada dalam posisi victim, don't worry. Time will tell the truth. Just be your self..
*dedicated to my lovely friend, SP*
Kompor mledug kah? hihiii...sumbunya pendek kali ? itu berarti perlu dibersihkan, atau migrasi ke gas sebelum tuh benda unjuk gigi di dapur umum :)
BalasHapusHmm.. mungkin salah satu pertimbangan pemerintah dalam pencanangan program migrasi kompor minyak ke gas adalah masalah sumbu pendek tadi..
BalasHapusUdah ga zaman lagiiii..
Hahaha..yoi Cha, ringkasnya, mleduglah di tempat yang seharusnya, dengan seperlunya, dengan cara yang benar. Namun yang namanya kompor minyak bersumbu pendek ya tetep aja kompor minyak, sisa dibekap ama karung goni...hahahaa
BalasHapus