Alhamdulillah, hari ini Athazka sudah mulai tersenyum setelah seminggu kemarin sakit. Lega, ini pertanda kesehatannya mulai membaik. Athazka, kamu tampan sekali, nak. Thanks for smiling ya sayang..
Aku sungguh khawatir kemarin itu. Puteraku ini bisa dibilang termasuk jarang sakit. Kalaupun sakit, paling hanya flu biasa, dan tidak pernah selama ini sakitnya. Satu minggu sudah..
Semua dimulai ketika Minggu dini hari aku mendapatinya demam dan diare. Itu berlangsung selama 2 hari. Pada saat itu Atha tampak baik-baik saja. Tidak rewel sama sekali. Dan amat lincah. Satu-satunya yang membuatku khawatir adalah demamnya yang masih naik turun, meskipun sudah diberi obat penurun panas. Hari senin sore, aku pun membawanya ke Hermina. Dokter mendiagnosis Athazka flu perut. tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Selasa subuh, Athazka rewel, pup dan kembali demam. Aku pun memberikannya obat sebagaimana yang disarankan dokter. Namun ternyata Athazka semakin rewel. Pagi harinya, tangisnya meledak parah seperti sedang kesakitan. Aku dan pengasuhnya tidak bisa menenangkannya. Atha menangis hingga berguling-guling di kasur. Dengan gemetar, aku pun segera membawanya ke hermina dengan diantar aki dokter dan Om yoga. Kebetulan di Hemina, aki bertemu dengan rekan sejawatnya yang dokter anak. Tanpa mengantri, Atha langsung diperiksa. Dokter mengatakan Atha kolik karena ada masalah di pencernaannya. Obat pun diganti. Sebetulnya aku berat hati memberikan obat-obat itu pada Atha, tetapi jika membayangkan tangisan kerasnya, rasanya aku betul-betul tidak tega. Setelah sekian lama, akhirnya Atha meminum obat dokter. Selasa sore, Atha membaik. Meskipun masih rewel dan tidak bisa tidur, tetapi dia sudah mulai menunjukkan minat untuk bermain.
Rabu, Atha sudah relatif lebih tenang. Aku pun memutuskan untuk ke kantor. Formalitas saja sebetulnya, karena otak ini sudah konslet dan tidak bisa digunakan untuk memikirkan pekerjaan sama sekali, tetapi berhubung jatah cuti tahunanku sudah habis, maka mau tidak mau aku harus ke kantor. Sementara itu, Atha dititip di rumah enin di Yasmin. Menurut laporan, Atha sudah membaik dan mulai makan. Namun, malam harinya Atha masih rewel. Hari ke ke-empat sudah aku bergadang.
Kamis, setengah melayang, aku tetap memaksakan diri untuk ke kantor meskipun aku amat mengkhawatirkan Atha yang semakin rewel saja. Aku tidak ingin melanggar ketentuan cuti di kantor. Masih formalitas juga karena kali ini aku betul-betul low-batt. Aku pun meminta izin kepada atasanku untuk beristirahat di mushala. Migrain. Sore hari aku mendapati puteraku semakin rewel, dan jangan ditanya malam harinya. Tulang ini rasanya seperti mau patah. Jam 1 malam, Atha menangis dan tidak berhenti hingga keesokan harinya. Hari kelima bergadang.
Jum'at, aku menyerah. Aku bolos. Entah skim mana yang akan kutempuh sebagai alasan : pura-pura sakit dan meminta surat dokter atau menghadap Direktur untuk meminta kebijakannya memberikanku hutang cuti. Athazka seharian sangat rewel, kali ini dia muntah-muntah hingga 4 kali dan kembali diare. Sungguh mengkhawatirkan. Padahal saat itu adalah hari keempat Atha meminum obat dokter. Akhirnya keputusan cepat aku ambil. Aku stop semua obat-obat itu lalu aku kembali ke cara-cara tradisional : Bawang merah, minyak keletik dan daun jarak. Untuk memperoleh semua itu, aku pergi ke Cibinong. Tidak ada yang lebih membuatku tenang selain kehangatan keluarga dan rasa empati mereka. Kakakku langsung pulang dari kantor. I really didn't feel alone. Mereka pun membantuku mengupayakan pengobatan secara tradisonal itu.
Alhamdulillah Jum'at sore Atha sudah tidak terlalu rewel. Aku terus memeluknya dan memberikannya ASI karena Atha masih tidak mau makan. Tanpa terasa aku hampir pingsan. Aku memikirkan puteraku hingga lupa memikirkan diriku sendiri. Aa yosi memaksaku berobat ke Hermina. Dokter mendiagnosis aku kelelahan akut, harus istirahat. Selembar surat dokter ditandatanganinya. Tanpa aku minta, aku diberikanNya jalan untuk tidak berbohong atau menghadap Direktur. Secara formal, absensiku memiliki legitimasi.
Sekarang Atha sudah membaik. Ya Allah, melihatnya tersenyum merupakan anugerah yang amat luar biasa. Maafkan aku ya Allah, mungkin selama ini aku menikmati itu semua as something that i take it for granted. Mungkin aku lupa bersyukur bahwa nikmat-Mu tidak melulu tentang gelimangan materi dan kesuksesan karir. Mudah-mudahan dengan peristiwa ini aku dapat menjadi ibu yang lebih baik dan tangguh. Amin..
Tapi PR-ku belum selesai. Meskipun sekarang atha sudah tidak rewel dan mulai tidur nyenyak, dia masih belum mau makan. 2 hari belakangan aku berkutat di dapur. Selain memasak untuk suami, aku pun mencoba membuatkan berbagai menu untuk Atha. Hasilnya, semangkuk sup kaldu dan nasi yang diblender. Atha suka. Meskipun menyuapinya membutuhkan kesabaran super ekstra.
Atha, cepet pulih ya nak. Ayo makan yang banyak, biar Atha bisa berenang lagi. Nanti kita ajak Teteh Kayla, Mas Arju, Uni Zahwa, Kakak Heyza, Kakak Danish, Kakak Neisha, Mas Enggal, Ade Razki, Ade Nabila, Ade Carissa, Ade Laras, Ade Shamey dan temen-temen Atha yang lain biar rame..
Mama dan papa always love you..
Thanks to all fams yang memahami kecanggunganku sebagai ibu muda yang mengalami hal ini untuk pertama kali. Thanks for being surround me. Thanks juga untuk si Bibi. Two thumbs up!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar