Sabtu, 15 Mei 2010

Ada Rupa Ada Harga

Lately, aku suka berdandan. Ini akibat dari pengaruh mba Santi yang baru saja mengikuti beauty class produsen kosmetik Mac. Mba Santi ini memang gorgeus dalam hal penampilan. Tidak lebay, tapi tidak standar juga.Tidak heboh dan ramai dengan pernak pernik tetapi tidak pula polos. Kesan yang tertangkap adalah elegan dan berkelas.

Dari mba Santi inilah aku mendapatkan sedikit pencerahan mengenai eye-liner. Yap, selama ini aku bermasalah dengan eye liner dan tidak pernah punya waktu serta niat untuk sungguh-sungguh mendalami cara pemakaiannya. Padahal untuk jenis mata-ku yang bulat, penggunaan eye-liner akan berkontribusi banyak terhadap hasil make-up secara keseluruhan.

Oya, kau salah jika mengiraku tidak pernah berdandan sama sekali. Aku masih sama seperti wanita kebanyakan yang berteman dengan peralatan make up. Tetapi memang hanya untuk special occasion saja. Suamiku yang paling sering protes kalau aku berdandan all the time. Bahkan, jika berangkat ke kantor, aku hanya menggunakan pelembab dan bedak. Not even a lipstick. Sesampainya di kantor, biasanya aku baru menambahkannya dengan eye shadow, blush on, lipstik dan lipgloss supaya lebih segar. Aku tidak punya brand favorit, pokoknya asal nyaman dan tidak alergi.

Suatu hari beauty kit-ku tertinggal di rumah, maka aku pun mengorek-ngorek isi beauty kit mba Santi untuk memilih beberapa items yang bisa kupinjam. Mba Santi memperhatikan dengan seksama. Akhirnya pilihan jatuh pada compact powder Mac, Eye shadow dan Blush on The Body Shop, serta Lipstik dan Lip gloss Mac. Done, kupikir. Tetapi Mba Santi kemudian menawarkan sebuah botol kecil ajaib bertuliskan Bobbi Brown untuk digunakan sebagai eye liner. Well, aku akhirnya menyadari inilah yang mereka sebut sebagai eye liner gel. Perfecto! Aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Bobbi brown.

Akhirnya, aku pun pergi ke Harvey Nichols Grand Indonesia untuk membeli Eye liner gel itu. Sampai di gerai Bobbi Brown, alih-alih hanya mencoba eye liner dan kuas, aku akhirnya malah di make over oleh Make up artist mereka. Overall, aku puas sekali. Akhirnya aku juga tergoda untuk membeli blush on (kebetulan shimmering blush on ku pecah). Aku sempat merasakan sesak nafas ketika menggesek kartu kreditku untuk membeli dua benda itu, tapi kemudian terhibur oleh fakta bahwa blush on yang aku beli tidak luntur meskipun aku sudah 2 kali shalat. Yeaahh!

Memang benar ya, ada rupa ada harga.

Harapan selanjutnya adalah semoga ini bukan euforia sesaat. Mudah-mudahan aku benar-benar membeli apa yang akan kugunakan. Hmmm..bukan justifikasi, tapi undangan pernikahan dan acara-acara ringan lainnya lately banyak sekali. Hehehe.. 

6 komentar:

  1. Aduhhh, harusnya kau foto2an waktu abis dipermak, jeng...


    eh eh...gak boleh lagi make2 alat kecantikan punya orang...ketularan bakteri taukk...hehehehe

    BalasHapus
  2. Aku ga sempat, mba. Waktu aku di make over itu pas after lunch, sekitar jam 1-an. Padahal jam 2 aku ada meeting. Perjalanan Thamrin-Grandi aja 15 menitan kl lancar (kl macet, wallahu alam), belum spare waktu untuk shalat dan mompa.

    Alhasil pas di make over aku rasanya mw kabur. Gelisah banget, ngliatin jam tangan mulu. Make up artist-nya kesel kali yaa..

    Tp sedikit gambaran aja, hasil akhirnya rupaku seperti Katie Holmes pake kerudung n kacamata. Wkakaka.. kepedean mode:on

    Iya, iya, aku usahain ga minjem-minjem lagi alat-alat kecantikan punya orang. Keknya dalam hal ini, aku sebagai rockers dan Ojeckers yang potensial menulari bakteri pada orang yang kupinjam make-up nya.. hihihi..

    * mba Santi: Maafkaaannn...

    BalasHapus
  3. Hahaha, Katie Holmes, jadi ingat zaman kau disebut Katie Holmes ya Cha :)


    Dasarnya kau kan dari dulu pedandan ya, Cha.
    Mungkin karena kesibukan kerjamu ampe insting
    aslimu tenggelam hehhe

    BalasHapus
  4. wakaka.. zaman kapan itu ya mba? masih valid kah? mari kita tanya Tom Cruise.. hihihi..

    Ahhh.. iya, ya.. kl inget-inget zaman kuliah dulu aku termasuk pedandan ya mba? aku baru cek testimoni sahabat-sahabatku. Kesibukan dan tipe pacar yg sekarang jadi suami yang ga suka aku dandan itu-lah yang bikin insting asliku ga terasah. Si aa ini "plain-ers" sejati. Aku jadi ikut-ikutan cuek, eh ternyata enak juga. Ringkes.

    Oya, another perubahan lainnya adalah aku mulai migrasi dari sepatu dan sendal high heels menjadi "teplek-ers", kecuali sepatu rapat yang rata-rata masih 7cm. Naik motor dengan rok dan high heels jelas bukan diriku lagi. Hahaha. Dan kesan rapi? Oh, tunggu sampai aku mendownload foto kubikalku. Wakakaka. People changes ya mba.. hihihi..

    Tp kl kondangan atau acara gathering ya lain cerita ya mba. Cara kita menghargai diri kita sebagai undangan adalah dengan berpenampilan baik di acara itu. Kl kita bertemu di acara undangan pernikahan, definetely you will see that i'm still the old Icha..

    BalasHapus
  5. Long live Bobbi Brown & MAC!!!
    Oh ya, Madame Marcos Wannabe... yakin ga nyesel beralih dr high heel-ers ke teplek-ers? High heels bagus lho buat postur tubuh... wkwkwkwkwkwkwk....

    BalasHapus
  6. Hey, Mba Santi, suru berdandan-ku.. Yap, Those brand are really great!

    Hihi, enak ya mba bisa beli those costly things pake uang sendiri , tp mudah-mudahan gelarku cukup sampai Imelda Marcos becoming dan Madam Overspent. Jgn smp jd Maria Antoinette becoming ah. Serem. Kendalikan nafsu belanja.. kendalikan..kendalikan..

    Ga ah, high heels ga nyaman kl dipake jalan-jalan. Tp kl meeting or kondangan, ya teteup lah high heels berjaya. Oya, aku naksir berat sepatumu itu (Next ya?)

    Mba Santiiii.. tolong itu profil picture diganti dong? zaman kapan ituuu? Perlihatkan hasil fitnes dan beauty class-mu dong? it really amazing!

    BalasHapus